Zio menatap Calina yang menyambutnya dengan setengah melirik. Bagaimana bisa gadis itu kembali bangkit dan kembali seperti pagi - pagi sebelumnya. Bukankah semalam ia sudah menghina, menampar bahkan membandingkan antara kedua istrinya?
' Tunggu, kenapa dia sudah siap dengan seragam kerja seperti ini? rambutnya biasa di ikat, bukan? kenapa di gerai? '
Zio tersenyum sinis, "Kau ingin seperti Naura?" tanyanya berhenti tepat di depan Calina.
Calina menarik nafas dalam, meredam emosi di dalam dirinya dengan cara apapun. Ia tidak peduli dengan kalimat perbandingan yang akan di lontarkan Zio. Ia sadar diri, tak akan pernah sebanding dengan Naura. Terlalu kerdil jika di sandingkan dengan Naura.
Sungguh terlihat sangat memalukan jika memang terlihat ingin menyamai seseorang.
"Mas, aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita!" ucap Zio mengabaikan pertanyaan Zio.
Tersenyum culas, "Sejak kapan aku mau memakan masakan mu!" ujar Zio cuek. "Masakan Naura jauh lebih enak di banding masakan sampah mu itu!" menunjuk meja makan menggunakan dagunya.
Hati rapuh yang sudah ia bangun semalaman, harus kembali pudar, runtuh oleh sebaris kalimat Zio.
Zio berjalan menuju pintu yang menghubungkan bagian dalam rumah dan garasi.
Melihat Zio yang hendak berangkat kerja, Calina segera menyambar tas kerjanya di atas meja makan. Tak lupa kotak hadiah anniversary yang sudah ia siapkan.
"Mas, bisakah aku menumpang untuk berangkat kerja?" tanya Calina. "Motor ku belum aku perbaiki!" lanjut Calina penuh harap.
Zio yang sudah menyentuh daun pintu mobil berhenti seketika saat mendengar permohonan Calina. Ia toleh Calina yang berdiri tepat di depan mobilnya, dengan wajah dan senyum tipis yang penuh harap.
Tersenyum smirk, "Jadi begini caramu menggoda laki - laki semalam? berpakaian yang tak biasa, kemudian berharap di beri tumpangan?"
"Aku tidak pernah menggoda siapapun, Mas!" sahut Calina serius.
"Mana mungkin aku percaya..." jawab Zio mencibir.
"Aku mohon, Mas! percaya padaku! aku tidak pernah menggoda laki - laki manapun!" ucap Calina. "Pria semalam hanya menolongku! Kamu bisa lihat sendiri ban ku seperti ini!"
Zio tersenyum sinis, "Itu balasan untuk mu! siapa suruh jalan - jalan ke mall tidak izin suami! apa kau lupa sudah bersuami? Kau sudah milik seorang pria, bukan lagi milik orang tua mu!"
Calina menarik nafas panjang. Berulang kali mencoba menahan diri untuk tidak terbawa emosi yang terus saja di pancing oleh suaminya.
"Aku membeli ini untukmu, Mas!" Calina menyodorkan kedua tangan dengan sebuah kotak hadiah yang sempat ia sembunyikan di balik tubuh. "Hadiah Anniversary kita yang pertama." ucap Calina tulus dengan senyuman manis.
Zio menatap kotak hadiah bertuliskan Happy 1st Anniversary. Jelas ia tahu, kotak itu berisi sebuah jam tangan. Karena ia tau kemarin Calina membawa paper bag bertuliskan merk jam tangan.
Beberapa detik kemudian, Zio berganti menatap dalam Calina. Ada sesuatu yang sulit di jelaskan dari sorot matanya, tapi entah itu apa.
"Kamu tau? aku tidak pernah sekalipun membuka hadiah darimu!" ucap Zio kemudian. "Bahkan saat kau memberiku hadiah di hari ulang tahunku, sampai detik ini pun aku tidak menyentuhnya!" ucap Zio tanpa rasa menyesal.
"Aku tau, Mas! aku tidak peduli akan kamu menyentuhnya atau tidak. Aku juga tidak peduli kamu membuka atau tidak hadiah ini. Yang jelas aku akan selalu memberi hadiah di hari spesial kamu!" ujar Calina gamblang tanpa ragu.
Entah kemana rasa panas di pipinya, dan rasa sakit di hatinya semalam. Semua seolah lenyap begitu saja. Dan dia kembali menjadi dirinya setahun yang lalu. Yang berjuang untuk mendapatkan cinta suaminya.
Zio menatap lekat Calina yang menurutnya keras kepala dan mungkin tidak tau malu. Tangan rasanya sangat enggan mengambil kotak hadiah yang masih saja di sodorkan Calina padanya.
Menghela nafas panjang, akhirnya tangan Zio bergerak untuk meraih kotak hadiah berwarna merah itu dengan raut wajah yang sangat malas.
Calina tersenyum senang. Luka hatinya seolah sembuh saat itu juga. Tapi entahlah apa yang sebenarnya terjadi dengan Calina, hati manusia tidak ada yang tau.
"Jangan mimpi aku akan membukanya!" ketus Zio sembari membuka kembali pintu mobilnya. Membuang muka dari tatapan Calina yang terlihat begitu cerah.
"Iyaa..." jawab Calina sumringah. "Jadi, apa boleh aku menumpang?"
"Kalau kau mau duduk di belakang, silahkan! karena Naura akan duduk di depan, bersamaku" ketus Zio penuh penekanan sembari masuk ke dalam mobilnya. Duduk di balik kemudi, sembari melempar kasar kotak hadiah ke dalam dashboard mobilnya.
Calina yang sedang kacau karena harus berada dalam satu mobil dengan Naura pun sempat melihat, jika hadiah itu masuk ke dalam dashboard mobil suaminya.
' Biarlah, setidaknya tangannya sendiri yang menerima dariku ... '
Batin Calina.
Calina berjalan mendekati pintu penumpang bagian belakang. Karena jarak rumah yang tidak terlalu dekat, Calina langsung duduk di kursi belakang. Tepat di belakang suaminya.
Selain takut nantinya di usir dengan kalimat pedas, ia juga sadar diri. Jika dia adalah istri kedua Zio.
Sepasang mata Calina menatap orang di depannya itu dengan penuh luka. Andai waktu dapat di putar. Andai tidak ada perjodohan. Andai dirinya masih punya pindak yang kokoh untuk di jadikan tempat berkeluh kesah, mungkin detik ini ia sudah akan pergi meninggalkan Zio.
Kata andai dan andai terus bermunculan di benaknya. Sampai mereka berhenti tepat di depan sebuah rumah yang sudah pernah di singgahi Calina, walau cuma sekali.
"Eh, ada Calina!" seru Naura saat membuka pintu penumpang bagian depan dan mendapati Calina di kursi belakang.
"Hai, Ra!" jawab Calina ramah.
"Mas, aku duduk di belakang saja, ya?" ucap Naura pada Zio.
"Lalu apa kata orang?" tanya Zio. "Aku akan terlihat seperti supir, Sayang!" protes Zio pada Naura.
Mendengar panggilan Sayang yang terlontar dari bibir Zio untuk Naura, berhasil membuat dada Calina kembang kempis menahan rasa perih. Bergemuruh bagai petir yang siap menyambar benda kecil di bumi.
Calina tersenyum miris, semenyedihkan inikah hidupnya? Luka itu tak terlihat. Tapi sanga terasa sakitnya.
Calina menatap lirih pada Naura. Mengagumi keberuntungan perempuan itu dalam diam.
"Tapi, Mas... kasian Calina di belakang sendiri!" ucap Naura menatap lekat suami mereka.
"Aku tidak peduli!" sahut Zio menatap lurus ke depan. Enggan untuk di bantah lagi.
Naura menatap Calina lirih. Calina yang sadar diri, mengangguk pelan dengan seulas senyuman. Mempersilahkan Naura untuk duduk di kursi yang sudah di sediakan suaminya.
Naura tampak ragu untuk duduk, namun akhirnya ia duduk juga. Menoleh ke belakang, tersenyum pada madunya.
"Mas, nanti kita jemput saja Naura lagi. Kita jalan - jalan bertiga, ya?" usul Naura membuat Zio melirik Naura penuh tanda tanya. "Aku ingin belanja berdua dengan Calina, dan kamu yang bayar! aku ingin beli baju yang sama! pasti seru!" lanjut Naura.
"Terus apa kata orang yang melihat kita?" tanya Zio. "Mereka akan tau kalau punya dua istri."
"Memangnya kenapa?" tanya Naura sedikit cemberut. "Toh di mall tidak ada yang mengenal kita!" dengkus Naura.
"Tetap saja, aku tak mau orang lain beranggapan aku punya dua istri!"
Hati Calina kembali serasa di sentil. Bagaimana tidak, secara tidak langsung itu adalah cara Zio menolak untuk jalan bersamanya.
"Maaf, Ra... pulang kerja nanti aku harus memperbaiki motorku!" sahut Calina, agar pasangan di depannya berhenti berdebat.
"Memangnya kenapa motor kamu, Cal?"
"Bannya bocor!"
"Oh ya?"
"Iya, jadi aku harus segera membawanya ke tukang tambal ban." jawab Calina. "Nggak mungkin juga kan setiap hari aku numpang pada kalian..."
Jawab Calina dengan bibir dan hati sedikit bergetar. Menaiki mobil suaminya sendiri, tapi rasanya setara dengan menumpang mobil orang lain.
"Menumpang?" tanya Naura tak percaya. "Cal, ini mobil Mas Zio. Suami kita!" ujar Naura. "Bagaimana mungkin kamu di sebut menumpang?" tanyanya menatap lekat Calina. "Justru seharusnya Mas Zio memang mengantarkan kita berdua kemana saja, bukan?"
Calina hanya tersenyum mendengar kalimat protes Naura. Sesungguhnya ia belum tau, Naura benar - benar baik atau hanya untuk mengambil perhatian orang di sekitarnya saja.
Tapi jika di lihat secara kasat mata. Naura memiliki pribadi yang baik. Kesalahannya hanya satu, menikah tanpa sepengetahuan keluarganya juga keluarga suaminya.
"Maksud aku, kita kan tidak satu tempat kerja, jadi rasanya merepotkan kalau aku satu mobil dengan kalian."
"Kamu ngomong apa sih, Cal..."
"Sudahlah, sayang!" potong Zio. "Jangan memaksanya!"
Zio meraih rahang Naura dengan lembut, untuk membuat istri pertamanya itu berhenti melihat ke belakang.
' Sesakit ini melihat kalian bersentuhan... '
...🪴 Happy reading 🪴...
Dear readers.... 🥰
Pro dan Kontra oleh para pembaca adalah hal biasa dalam jalan cerita novel maupun sinetron. Tapi percayalah, Author manapun pasti sudah punya alur yang sesuai dengan jalan cerita.
Protagonis utama akan seterusnya menjadi protagonis utama. Tapi Antagonis bisa saja kelak akan menjadi protagonis. Begitu juga protagonis tambahan, bisa saja ternyata antagonis yang tersembunyi.
So, jangan lupa dukung terus novel ke - enam Author ini ya... 🤩
Jangan lupa vote, hadiah, dan ulasannya di ⭐⭐⭐⭐⭐ 🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Samsia Chia Bahir
Yg penting jgn smpe calina mo kasih perawanx k suami lucnutx thoooorrr 😄😄😄😄😄
2023-08-31
2
epifania rendo
calina
2023-05-13
1
blecky
bodoh calia..demi orng tua mngorbanan diri sndiri toh orng tua g mnjlni
2023-04-02
1