Jika Naura pulang dari mall bersama Zio menggunakan roda empat. Maka berbeda dengan istri kedua Zio, Calina melajukan roda duanya sendirian. Menembus angin malam. Membiarkan polusi kendaraan lain menyentuh kulitnya.
Karena arah rumah yang berbeda, maka Calina dan Mereen berpisah arah sejak beberapa meter yang lalu.
Calina membelokkan motornya ke kiri, memasuki sebuah pom bensin untuk mengisi bahan bakarnya. Ia berhenti tepat di barisan beberapa motor yang sedang antri. Ada enam motor di depan, yang membuatnya masih betah menunggu antrian sembari duduk di atas motor.
Beberapa menit kemudian, sebuah mobil Toyota Yaris berwarna putih terlihat memasuki pom bensin yang sama. Calina menoleh ke kanan, dimana mobil itu memasuki pompa khusus roda empat. Hanya ada satu mobil yang sedang di isi bahan bakarnya. Membuat mobil putih itu harus menunggu sesaat.
Jantung Calina bergetar, ia tahu mobil putih itu milik siapa. Ia hafal plat nomor mobil itu.
Kaca mobil itu di turunkan saat hendak memasuki lantai bercat merah itu, samar - samar Calina dapat melihat jika dua orang di dalamnya tengah bercanda gurau.
Ia tatap sendu istri pertama suaminya. Hidupnya tampak terlihat begitu bahagia dan sempurna. Pekerjaan yang bagus, uang belanja yang lancar, juga mendapat cinta utuh yang di berikan suaminya.
Jika tidak di tahan, mungkin saja air mata akan jatuh begitu dari pelupuk matanya. Menunjukkan pada dunia bahwa sang pemilik sedang tidak baik - baik saja.
Naura berada di dalam sebuah mobil ber-AC, tanpa harus terkena angin dan debu, tanpa harus lelah menyetir sendiri. Karena ada pria yang setia dan sabar mengantar kemanapun ia pergi. Ada yang di ajak bicara di sepanjang perjalanannya.
Calina melihat dirinya, melihat motornya sembari mendorongnya kedepan. Karena antrian mulai berjalan. Hatinya serasa teriris. Miris dengan keadaan yang tak pernah ia perkirakan sebelumnya.
Dirinya juga seorang istri dari pria yang sama. Istri dari pria bermobil yang sedang mengemudi untuk istri pertamanya. Pria yang menebar senyum pada wanita yang saat ini ada di sampingnya.
Tapi kenapa nasibnya begitu jauh berbeda?
Ia tak pernah di akui, ia tak pernah di kenalkan pada teman - teman suaminya. Ia juga tak pernah di sapa dengan kelembutan. Ia bahkan tak pernah di ajak menaiki mobil itu, selain untuk pulang dan pergi ke kampung halaman mereka. Sebagai formalitas agar terlihat harmonis di mata orang tua mereka.
Calina menghela nafas panjang, matanya tak sanggup melihat perbedaan nasib yang begitu jauh berbeda.
Ia pun jadi tampak melamun, karena sudah tak ingin melihat mobil putih itu lagi. Ia hanya menatap kosong ke depan. Berharap mobil itu segera pergi, dan antrian di depannya juga cepat selesai.
Hatinya semakin rapuh. Serpihan hati bertebaran sedikit demi sedikit. Entah sampai kapan hati itu mampu bertahan. Entah sampai kapan pula mata itu sanggup melihat suami dan istri pertamanya berbahagia dengan sebuah ikatan pernikahan, sedang ia menderita dengan sebuah ikatan pernikahan oleh pria yang sama.
Tibalah bagi Calina untuk mengisi bahan bakarnya. Ia turun dari motornya, untuk membuka jok motor.
"50 ribu ya, Mas!" ucap Calina pada operator pompa.
"Siap!" jawab operator itu.
Sudah tak ingin melihat ke pompa khusus roda empat, tapi nyatanya sorot mata Calina tetap sampai di sana. Bertepatan dengan Zio yang berdiri di samping mobilnya bagian belakang. Menunggui tangkinya terisi penuh.
Naluri Zio bekerja saat merasa ada yang mengawasi dirinya dari sisi kiri, hingga akhirnya dua sorot mata bertemu.
Hati Calina semakin perih, karena saat sorot mereka bertemu untuk beberapa detik. Ekspresi Zio seperti orang yang tak saling kenal. Datar dan terkesan cuek.
Calina menghela nafas kecewa, kemudian membuang pandangan ke arah lain. Ia kembali menyadarkan diri, bahwa ia hanyalah istri yang tak di anggap, dan tak di harapkan.
Lebur sudah mimpi Calina, pria tampan itu sama sekali tak melihatnya lagi. Setelah Calina memalingkan pandang, Zio pun melakukan hal yang sama. Dan langsung masuk mobil saat operator menutup tutup tangki mobilnya.
Bersamaan dengan itu, Calina pun sudah selesai. Cepat - cepat ia melajukan motornya, meninggalkan pom bensin dengan kecepatan penuh. Melintas beberapa meter di depan mobil Zio.
Naura tak melihat saat Calina melintas. Wanita itu tengah fokus pada ponsel sembari menunggu suaminya melajukan mobil kembali.
Berbeda dengan Naura, justru Zio sempat melihat Calina melintas. Sesat itu juga ia menoleh Naura. Memang ada sedikit rasa kasihan pada Calina. Tapi rasa tidak pedulinya masih jauh lebih besar.
Zio melajukan mobilnya, meninggalkan pom bensin, saat malam semakin larut. Namun jalanan kota rupanya masih cukup padat. Membuat kendaraan tak bisa melaju cepat.
Di tengah kemacetan, lampu merah masih 100 meter di depan sana. Tapi motor Calina sudah harus berhenti. Saking banyaknya kendaraan yang menunggu lampu berubah menjadi hijau.
Saat lampu sudah berubah menjadi hijau, motor Calina mulai merambat maju ke depan. Begitu juga kendaraan yang lain. Beberapa meter melaju, motor Calina mendadak oleng tak beraturan.
"Mbak, bannya kempes!" suara seseorang di belakang Calina membuat Calina menyadari jika udara di bannya mulai berkurang.
"Eh, iya, pak!" jawab Calina mengangguk.
Di tengah keramaian kendaraan yang jalan merambat, Calina turun dari motor. Melambaikan tangan kirinya, meminta kendaraan di belakangnya untuk mengurangi kecepatan, atau berhenti. Supaya ia bisa menepi.
Calina berhasil menepi, ia parkir motor di tepi jalan. Ia periksa ban yang mulai kempes.
"Yaa Tuhan, dimana ada tukang tambal ban malam begini?" gumam Calina celingak - celinguk.
Hanya barisan penjual makanan saja yang ada. Sedangkan bengkel ataupun tukang tambal ban, sudah tak terlihat.
Menghela nafas berat, "Bukan cuma hati ku yang harus berjuang, pundak ku juga harus kuat menghadapi hal seperti ini!" lanjutnya mengoceh sendiri.
Jarak perumahannya masih kurang 3 kilo meter lagi. Belum lagi harus memasuki komplek perumahan kurang lebih 1 kilo meter. Haruskah ia mendorong sejauh itu? Tapi tidak ada cara lain selain mendorong motor sampai rumah.
Mau tak mau, sanggup tak sanggup, akhirnya Calina mendorong motornya sendirian. Ia lepas jaket yang akan membuatnya gerah, menyisakan baju kerja yang ia pakai. Selangkah demi selangkah motor berhasil melewati lampu merah.
Rasa lelah dan letih ia tanggung sendirian. Mau menghubungi siapa untuk minta tolong di kota ini.
Mereen? dia perempuan dan arah yang berlawanan, rumahnya pun lebih jauh daripada rumahnya. Tak mungkin meminta Mereen untuk membantunya.
Selain Mereen, ia hanya punya suami di kota ini. Hanya saja suami yang tak pernah menganggapnya ada. Jadi mana mungkin suami macam itu mau menolongnya.
Rasa lelah, dan sedikit malu mulai dirasakan. Karena beberapa orang yang lewat, semua hanya melihat dirinya yang sedang kesusahan. Mungkin sebagian dari mereka ada yang ingin menolong, namun ragu. Atau mungkin juga mereka memang hanya ingin tau kenapa motornya ia dorong.
Tanpa di rasa air mata menetes begitu saja. Tergelincir bebas. Reflek ia hapus dengan cepat. Malu rasanya harus menangis di jalanan. Padahal jika di telaah, bukan karena mendorong motor yang membuatnya menangis.
Melainkan ia memiliki suami, harusnya di saat seperti ini ada yang menolongnya, bukan?
' Kau pasti kuat, Calina! kau sudah tangguh sejak kecil! Biarlah apa kata mereka! '
Calina berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Tanpa ia tau, mobil suaminya ada di barisan kendaraan yang sedang melaju di badan jalan.
Zio, pria itu melihat seseorang yang mendorong motor beberapa meter di depan sana.
"Kasian sekali malam begini bannya bocor, mana perempuan lagi!" gumam Zio tanpa tau jika itu adalah istri keduanya.
"Siapa?" sahut Naura.
"Itu!" Zio menunjuk dengan mengarahkan dagunya.
"Yaa Tuhan, semoga ada pengendara motor yang bersedia membantu mendorongnya." ucap Naura tulus.
Naura pun tak tau jika itu adalah Calina. Karena jarak mereka pun terhalang motor - motor di sisi kiri.
"Kamu benar, Sayang!" sahut Zio kembali fokus ke depan.
Saat sudah melewati Calina yang mendorong motor, tanpa sengaja Zio menoleh spion di sisi kiri. Saat itu lah spion menunjukkan siapa perempuan yang mendorong motornya dengan masih memakai helmnya itu.
' Calina! ' batin Zio menajamkan pandangan.
...🪴 Happy reading 🪴l...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
meE😊😊
tobat...tobat... pny suami macam s zio smoga kna karma degh.. smoga jg ad cwo yg bnerw bucin ma calina yg mau meratukan calina
2023-09-11
2
Samsia Chia Bahir
hadeeeeeehhhhh 😣😣😣😣
2023-08-31
1
selpi selpiayhk
baca cerita calina malah gua yg nyesek😭
2023-07-28
1