"Terima kasih ya, Mas!" ucap Calina setelah sampai di depan rumahnya dan menyalakan lampu teras rumah.
"Sama - sama!" jawab pria itu memarkirkan motor Calina di halaman depan rumah Calina. "Kamu tinggal sendiri?" tanyanya setelah melihat rumah yang lampunya masih padam semua.
"Em..." Calina tampak ragu untuk menjawab. "Saya tinggal dengan suami saya. Mungkin dia juga belum pulang kerja..." jawab Calina tersenyum getir. Karena sebenarnya dia tau dimana suaminya sekarang berada.
"Kamu sudah menikah?" tanya pria itu menatap tak percaya pada Calina.
"Iya, saya sudah menikah." jawab Calina menunjukkan cincin pernikahan di jari manisnya.
Cincin sendirian, karena pasangan dari cincin itu tak pernah di pakai oleh Zio. Yang di kenakan Zio setiap hari adalah cincin pernikahannya dengan Naura.
Pria itu menatap lekat cincin yang di tunjukkan Calina.
"Sudah berapa lama kamu menikah?"
"Em... besok adalah satu tahun pernikahan kami!" jawab Calina kembali tersenyum getir.
Senyum getir itu tentu tak lepas dari pengawasan pria bertubuh tinggi dan sangat proposional itu. Dan mungkin saja pria itu sesungguhnya sangat tampan. Hanya saja helm teropong yang dia kenakan, sama sekali tidak pernah ia lepaskan selama berkenalan dengan Calina.
"Tapi kamu terlihat seperti masih gadis!" heran pria itu mengamati penampilan juga tubuh Calina.
Calina hanya tersenyum manis tanpa sepatah katapum. Dalam hatinya ia berkata, tentu saja dia terlihat masih gadis, karena dia memang seorang istri yang masih perawan sampai satu tahun pernikahan. Tidak salah jika orang mengatakan dia terlihat seperti masih gadis.
"Siapa namamu?" tanya pria itu.
"Calina!" jawab Calina singkat. "Kalau Mas?"
"Panggil saja aku... Gilang!" jawab pria yang mengaku bernama Gilang itu.
"Oh, terima kasih ya, Mas Gilang. Hati - hati di jalan, ini sudah malam!" ucap Calina berharap pria itu segera pergi, dan tak lagi bertanya - tanya tentang hidupnya yang tak semanis di lihat orang.
Merasa di usir secara perlahan, Gilang paham jika Calina merasa tak nyaman dengan keberadaan dirinya.
"Hem... Ya! Kamu benar! Bye Calina!" pamit Gilang membalikkan badan, keluar dari pagar besi, dan menghampiri motor merah miliknya yang di parkir Calina di pinggir jalan.
"Bye!" jawab Calina sembari menutup kembali pintu pagar rumahnya.
Cepat - cepat ia berlalu dari pagar dan masuk ke rumahnya melalui pintu garasi bersama motornya. Takut jika tiba - tiba suaminya pulang dan melihat ia di antar oleh lelaki asing.
Meskipun yakin suaminya itu tidak akan cemburu. Tapi ia takut suaminya akan marah karena dia mendatangkan laki - laki ke rumah yang jelas milik Zio itu.
Belum lagi jika sampai ada tetangga yang melihat, dan membuat kericuhan di mana - mana. Bisa jadi Zio akan marah karena merasa di rendahkan atau bahkan merasa di selingkuhi.
Calina menatap lesu pada motor matic miliknya. Memikirkan bagaimana caranya untuk besok bisa berangkat bekerja. Zio tak mungkin memberinya tumpangan. Meski kantor Zio melewati kantor tempatnya bekerja.
Menghela nafas berat, Calina meninggalkan motor perjuangannya, masuk ke kamarnya untuk membersihkan dirinya dari keringat dan debu jalanan.
Sementara itu, mobil yang di kendarai Zio memasuki gang rumahnya, jl. Strawberry. Dengan jelas ia dapat melihat seorang pria duduk di atas motor merah sembari menyalakan mesin motornya. Kemudian berputar arah untuk berhadapan dengan mobilnya kini.
Pria itu berbalik arah tepat di depan rumahnya.
Zio memicingkan matanya, mencoba mengenali siapa pengendara motor yang dapat di pastikan jika pria itu baru saja berhenti di depan rumahnya.
Namun helm teropong yang di pakai pria itu membuatnya tak dapat melihat dengan jelas siapa pengendaranya. Bahkan saat mobilnya dan motor yang tak lain adalah Gilang itu bersisipan jalan, Zio masih tak dapat memastikan siapa pria itu.
"Apa di lakukan pria itu di rumahku?" gumam Zio lirih.
Sampailah mobil Zio didepan pagar rumahnya. Ia keluar dari mobil untuk membuka pagar. Ia sempat memperkirakan dimana pria tadi menyalakan motor.
Zio memasukkan mobilnya ke dalam, dan kembali mengunci pagar. Lampu rumah sudah menyala. Artinya Calina sudah sampai di rumah.
' Apa Calina di antar pria itu? '
Pikirnya. Zio membuka pintu garasi untuk memasukkan mobilnya. Saat itulah ia dapat melihat motor Calina terparkir di tempat biasa.
' Ternyata kempes! '
Ucapnya dalam hati setelah melihat ban belakang Calina.
' Apa mungkin dia mendorong sampau san hingga di rumah? atau pria tadi menolongnya? '
' Hah! berani sekali dia membawa pria lain ke rumah ku! '
Lanjutnya mulai bernada emosi.
Zio berjalan cepat memasuki rumah. Melewati ruang tengah dan mendekati sebuah pintu yang menjadi ruang terbaik yang dimiliki Calina semenjak pertama kali menginjakkan kaki di rumah itu.
Doorr dorr doorr door!
Suara gedoran pintu membuat Calina yang sedang mengambil baju di almari terlonjak kaget.
"Calina! buka pintu mu!" teriak Zio dari luar.
"Mas Zio!" gumam Calina buru - buru memakai pakaian dalam. "Sebentar, Mas!"
Dooorr dorrr dorr!
Belum juga memakai baju, Zio kembali menggedor pintu kamar Calina lebih kencang dari sebelumnya.
"Calina!" teriak Zio semakin kencang.
"Iya, Mas! sebentar!" teriak Calina kembali.
Dengan hanya memakai pakaian dalam, Calina melilitkan kembali handuknya dan berlari ke pintu.
"BUKA PINTUNYA!" teriak Zio membabi buta.
Ceklek!
"Ya, Mas! ada apa?" panik Calina mengintip di daun pintu.
"Buka pintu mu!" hentak Zio karena merasa tidak di hargai dengan hanya membuka pintu sedikit saja.
"Tapi aku belum pakai baju, Mas!" jawab Calina ragu. Dengan hanya kepala saja yang terlihat. Tubuhnya yang terlilit handuk tersembunyi di balik pintu.
Zio terlihat begitu murka. Eskpresi wajahnya menyiratkan aura kejam yang belum pernah di lihat Calina sebelumnya.
' Kenapa ekspresinya begitu... ' lirih Calina dalam hati.
"Memangnya kenapa kau belum pakai baju?" tanya Zio sinis.
"Aku malu, Mas!" jawab Calina.
"Malu?" tanya Zio mencibir. "Malu pada suamimu sendiri?" lanjutnya memicing. "Aku bahkan punya hak melihat kau telanjang, Calina Agasta!" seru Zio.
Calina membelalakkan matanya lebar. Tak menyangka Zio berucap dengan terdengar sedemikian menjijikkan.
Calina menggeleng tak percaya. Calina tau, jika dirinya adalah sorang istri. Dimana suaminya berhak sepenuhnya atas tubuhnya.
Hanya saja hal seperti itu tak pernah terjadi selama setahun pernikahan. Tentu saja telanjang di depan Zio baginya sama dengan telanjang di depan orang lain. Sangat memalukan dan menjijikkan.
"Kenapa?" tanya Zio mendorong daun pintu dengan satu tangan.
"Mas!" Calina mencoba menahan pintu agar tidak sampai terbuka.
Zio semakin mendorong dengan kuat, Calina menahan pintu dengan mati - matian. Jangan sampai Zio berhasil memasuki kamarnya dan melihat tubuhnya yang hanya terlilit handuk, dan pakaian dalam saja.
Toh selama ini tak pernah sekalipun Zio memasuki kamarnya. Jangankan masuk, mengetuk pintunya untuk bertanya saja tidak pernah.
"Berhenti, Mas!" ucap Calina penuh harap.
Zio justru tersenyum sinis, dan semakin ingin membuka pintu kamar Calina. Tenaga Calina tam sebanding dengan tenaga Zio. Satu hentakan saja pasti sudah bisa membuat pintu itu terbuka. Hanya saja Zio ingin bermain - main dengan istri keduanya yang di anggap baru saja membangkang.
"Maaas! Stoopp!"
BRAAKK!
Daun pintu terbuka dengan menghentak dinding. Cepat - cepat Calina mundur ke belakang. Reflek ia pegang pengait handuk di depan dada.
Namun Zio justru tersenyum sinis. Menatap Calina dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.
...🪴 Happy reading 🪴...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
meE😊😊
cihh😒😒😒 liat sndri istri y ksusahan glirn ad yg nlongin ksel stgah mampoos tuh org..dsar sintingg
2023-09-11
1
ani surani
curiga nih Zio
2023-07-08
1
ani surani
katanya gk cemburu bro ? 🤭
2023-07-08
2