Setelah resepsi pernikahan berakhir dan segala riasan sudah di lepas dan kami kembali berpakaian normal, kami pulang ke rumah orang tua Mas Zio.
Waktu itu bukan kali pertama aku menginjakkan kaki di rumah orang tua Mas Zio. Karena Papa ku dan Mertua ku bersahabat erat, sehingga aku pernah beberapa kali di ajak Papa dan Mama ke rumah itu.
Hanya saja aku tidak pernah bertemu secara langsung dengan Mas Zio, suamiku.
Aku pernah mendengar, jika sebenarnya kedua mertua ku memiliki dua anak. Mas Zio adalah anak pertama. Anak keduanya bernama Zhika Alexa. Gadis yang saat itu berusia 20 tahun yang saat aku memasuki rumah itu, belum ku tanyakan kembali keberadaannya. Ia tak nampak di hari pernikahan kami.
Mungkin dia kuliah di luar negeri? Entahlah... Pikiranku saat itu hanya bagaimana aku harus bersikap di rumah mertuaku. Meskipun kini aku sudah tau, dimana Zhika berada.
"Ajak istrimu ke kamar mu, Zio!" ucap Mama mertuaku yang bernama Reni.
"Ya, Ma!" jawab Mas Zio ramah. "Ayo..." ucap Mas Zio lembut padaku.
Saat itu aku merasa Mas Zio memiliki pribadi yang baik dengan keluarganya. Sekilas dengan ku terlihat juga sangat baik dan ramah.
"Masuklah, aku ada urusan sebentar!" ucap Mas Zio datar bahkan setengah ketus padaku, saat kami sampai di depan salah satu pintu kamar di lantai 2.
"Iya, Mas!" jawab ku ramah. Tanpa peduli dengan nada bicaranya yang ku kira karena kelelahan.
Ku lihat, Mas Zio berbalik dan meninggalkan aku sendirian di depan pintu tanpa sepatah kata lagi. Ku tatap punggung tegap yang membuat ku tak berkedip untuk beberapa saat.
Postur tubuh yang sangat ideal. Menyejukkan setiap pasang mata wanita yang melihatnya. Dari segi fisik, aku tidak salah jika jatuh cinta pada pandangan pertama.
' Kenapa pria sesempurna itu tak menolak di jodohkan dengan aku yang seperti ini? Padahal di kota banyak gadis cantik! '
' Dia sangat tampan, berwibawa dan terlihat sangat menyayangi keluarganya. '
' Dan... apa mungkin pria nyaris sempurna seperti dia tidak memiliki kekasih? '
Batin ku terus bertanya - tanya. Jika bisa ku bilang, melihat punggungnya saja bagaikan menemukan bidadara yang jatuh dari surga.
Untuk pertama kali aku memasuki kamar seorang pria, yang lebih tepatnya kamar suamiku.
Jantungku berdetak hebat, membayangkan apa yang akan kami lakukan di malam pertama?
Aku penasaran, seperti apa cara Mas Zio akan meminta hak nya padaku. Dan betapa malunya aku nanti saat menyerahkan diriku padanya.
Hatiku berdebar, bibir ku tak mampu menahan senyum. Membayangkannya saja sudah membuat wajahku memerah.
Namun sayang, apa yang ku bayangkan sejak menginjakkan kaki di kamar itu ternyata tak ada gunanya.
Sore telah berganti malam, Mas Zio belum juga kembali. Sampai Mama Reni memanggilku untuk makan malam.
"Ma, Mas Zio dimana?" tanyaku saat itu.
"Di ruang tamu dengan Papa." jawab Mama Reni.
"Oh.." Aku hanya ber O ria dengan sebuah anggukan paham.
Kami bertemu di meja makan. Kami duduk bersebelahan. Aku mencoba mengakrabkan diri dengan suamiku. Bukan hal yang salah, kan?
"Mas Zio mau makan apa, Mas?" tanyaku semangat.
"Terserah..." jawab Mas Zio datar, tanpa melihatku.
Aku sedikit canggung mendapat perlakuan seperti itu. Sangat jelas terlihat jika Mas Zio cukup cuek padaku.
"Zio.. kalau bicara dengan istri harus di lihat istrinya!" seru Mama Reni.
"Iya.. Maa.." jawab Mas Zio lalu menoleh padaku. "Kamu makan apa? ambilkan aku menu yang sama denganmu." jawab Mas Zio dengan nada bicara yang membuatku melayang - layang.
"Iya, Mas!" jawabku semangat.
Ku ambilkan menu yang sama denganku sesuai permintaan baginda raja ku. Kami makan dengan khidmat. Dan aku berharap hari - hari berikutnya akan lebih baik untuk kami.
Waktu makan malam telah berakhir, aku kembali ke kamar. Namun Mas Zio entah kemana. Ia masuk ke ruang perpustakaan setelah Papa dan Mama meninggalkan kami di meja makan.
Malam semakin larut, aku masih setia menunggu suamiku yang tak kunjung datang. Kemana dia? Ku lirik jam di ponsel ku sudah menunjukkan pukul 12 malam. Tapi Mas Zio belum juga memasuki kamarnya, yang kini menjadi kamar kami.
Mataku mulai mengantuk, ku lihat jam dinding sudah menunjukkan pukul satu malam. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur. Meninggalkan debaran yang tadi kurasakan saat pertama kali memasuki kamar.
Ku buang pikiran - pikiran tentang indahnya malam pertama. Ku ganti dengan mimpi, yang meskipun tidak nyata setidaknya pernah ada.
***
Sayu - sayu ku dengar suara masjid yang mulai mengumandangkan adzan. Aku menggeliat malas, karena rasanya aku baru tertidur sebentar.
Ku nyalakan lampu menggunakan remot. Untuk mencari dan mengecek jam di ponselku. Namun aku di buat terkejut oleh sosok yang tidur di sofa panjang, sebrang tempat tidurku.
"Mas Zio?" lirih ku nyaris tanpa suara.
Segera aku bergegas turun untuk membangunkan suamiku. Namun saat aku mendekatinya, aku justru tertegun. Ia tetap tampan saat tertidur sekalipun. Ia tetap terlihat maskulin meskipun rambutnya berantakan.
Sekelebat dalam benakku terlintas, apa mungkin Mas Zio enggan berdekatan dengan ku?
Kenapa ia memilih tidur di sofa di bandingkan tidur dengan ku di tempat tidurnya yang berukuran king size?
' Ya Tuhan, apa Mas Zio terpaksa menikahi ku? '
Seketika nyaliku untuk membangunkan Mas Zio menciut. Ku urungkan niatku untuk mengganggu tidurnya. Rasanya aku terlalu kerdil untuk menyentuh kulitnya.
Akhirnya aku memilih keluar kamar setelah membersihkan diri, dan sholat subuh yang hanya... sekilas. Ya... beginilah aku. Bukan wanita agamis yang layak di sebut sholeha. Aku bahkan lupa, jika kita tetap harus berdo'a, meskipun hidup kita baik - baik saja.
Aku mendatangi dapur, sebagai tempat pertama untuk aku berusaha berbakti pada suamiku. Ya, memasak untuk suamiku, yang berhasil membuat ku jatuh cinta padanya.
"Zio sangat suka berbagai olahan sayur dan daging, dan dia kurang suka dengan olahan daging ayam." ucap Mama Reni memberi ku penjelasan.
"Kalau begitu, aku harus masak apa pagi ini, Ma?"
"Bagaimana kalau sup daging?" tanya Mama Reni. "Kamu bisa?"
"Bisa dong, Ma!" jawabku sumringah.
Sup daging? hal yang mudah untuk aku kerjakan. Sedari kecil Mama ku selalu meminta ku untuk ikut nimbrung di dapur. Membantunya untuk memasak.
***
Sup daging buatan ku sudah tersaji di meja makan. Ku tengok tangga saat ujung mata ku menangkap pergerakan dari arah sana. Suamiku turun dengan baju casual, celana pendek dan kaos lengan panjang berwarna merah.
"Mas, Sarapan sekarang?" tanya ku antusias.
"Hm.." jawabnya cuek, bahkan tanpa melihat ku.
Hati kecil ku tergores melihat sikap suami ku seperti itu. Saat ada orang tuanya dia akan bersikap manis. Dan saat tak ada siapapun, maka dia akan menganggap ku angin lalu yang tidak di butuhkan.
Kekecewaan ku berawal dari pagi ini. Susah payah aku memasak sup daging yang kata Mama Reni kesukaannya, ternyata ia tak menyentuhnya sama sekali saat tau aku yang membuatnya.
' Sebegitu jijiknya kah kamu denganku, Mas? '
Tanya ku dalam hati.
...🪴 Happy reading 🪴...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
meE😊😊
klo g suka knp nerima aja mau d jdohin
2023-09-11
1
epifania rendo
sabr
2023-05-12
1
Lee
Semangat ya thor..
skuntum 🌹 utkmu ..
slam dri Beauty..
2022-12-17
1