Meninggalkan kekecewaan ku pagi itu, ternyata sampai malam tiba pun Mas Zio tak pernah mengajak ku bicara secara pribadi. Jika ada Papa dan Mama mertua ku saja ia akan bicara dengan ku. Bahkan sesekali merangkul pundak ku.
Namun saat kami tinggal berdua, tak sepatah katapun keluar dari bibirnya untukku. Aku seperti patung berjalan yang tak berguna baginya.
Dan bahkan saat malam telah larut, ia segera tidur di sofa kamar. Tanpa menyapaku, tanpa peduli perasaanku. Menganggurkan perawan ting - ting seperti ku.
Apa mungkin sebenarnya Mas Zio tidak normal? Ah, mana mungkin.
Hari berikutnya, Mas Zio mengajakku untuk kembali ke kota. Ke tanah rantau kami. Untuk pertama kali, aku di bawa ke rumahnya di kota. Kami mengendarai mobil Mas Zio, hingga sampai di depan sebuah rumah berlantai dua dan terlihat cukup bagus meski tak terlalu besar.
"Loh, kok motor ku sudah di sini, Mas?" tanya ku saat melihat motor ku tercinta terparkir di garasi.
"Papa mu yang mengantar!" jawab Mas Zio datar, bahkan setengah ketus dan cuek.
Mendengar Mas Zio menyebut Papa mu padaku, hatiku tersentak. Bukankah Papa ku kini juga menjadi Papanya? Kenapa seolah Mas Zio tak menganggap Papa sebagai mertuanya.
Harusnya ia bisa berkata dengan lebih baik menggunakan sebutan lain. Misal, Papa Rudi yang mengantar.
Sejak hari itu, aku semakin tau. Hidupku kedepannya akan terasa hambar. Indah pernikahan tidak akan pernah aku dapatkan.
Dan apa yang aku pikirkan hari itu, benar adanya. Kami tidur di kamar terpisah. Mas Zio tidur di lantai 2. Sedang aku tidur di kamar bawah.
Tak ada pembantu di rumah Mas Zio. Sampai saat ini pun pembantu hanya datang 3 hari sekali untuk bersih - bersih pakaian dan pekerjaan berat lainnya.
Hari - hari ku lalui tanpa menceritakan pada siapapun apa yang aku alami. Sampai akhirnya Mereen berhasil membuat ku bicara.
Satu bulan berlalu sejak hari pernikahan kami. Aku mendapati kenyataan yang sangat pahit. Hingga sejak hari itu aku hanya bisa menangis, bersedih karena sesak luar biasa. Meratapi takdir yang membuatku menikahi pria seperti Mas Zio.
Saat aku berbelanja di super market, aku tak sengaja bertemu dengan Mas Zio. Saat aku hendak menghampiri, ternyata dia memasukkan sesuatu di troli yang berada di samping seorang wanita.
Awalnya aku sekedar shock saja, namun saat melihat Mas Zio mendekati wanita itu lalu merangkul pinggangnya, maka saat itu juga tubuhku terasa lemas. Kaki ku terpaku tak dapat bergerak. Dunia seakan runtuh di atas kepalaku.
Mereka terlihat begitu mesra dan romantis. Mas Zio pun tertawa lepas dengan wanita di sampingnya. Ia bahkan mendorong troli tanpa di minta. Benar - benar terbalik dengan saat bersamaku.
Siapa dia? Kisah apa yang aku jalani ini?
Batin dan otak ku terus bertanya - tanya tentang siapa wanita berambut hitam lurus, dan tubuh ramping bak peragawati itu.
Aku masih hanya diam terpaku di tempatku berdiri. Sampai tanpa ku sadari sepasang mata pria yang membuatku linglung saat itu ternyata mengetahui keberadaan ku.
Ia berjalan mendekatiku. Tanpa rasa bersalah, ia mengajak wanita seumuran dengan ku itu mendekat padaku dengan cara yang cukup mesra. Ku pikir ia akan memberikan penjelasan yang memuaskan hati ku. Tapi ternyata ia memberikan kenyataan begitu pahit.
Wanita bernama Naura Azalea, ia kenalkan sebagai istri pertamanya. Wanita yang ia nikahi beberapa bulan sebelum perjodohan kami. Ia bahkan memberikan penjelasan kenapa tidak bisa menikah dengan Naura secara sah.
Pertama, kedua orang tua mereka sama - sama tidak merestui. Mas Zio sudah di siapkan orang tuanya untuk berjodoh denganku. Sedang Naura pun sudah di siapkan berjodoh dengan seseorang yang masih menempuh S - 3 di luar negeri. Hanya saja Naura enggan menikah dengan pria itu.
Kedua, mereka berada dalam satu perusahaan yang sama. Dimana di sana di larang untuk menikah satu kantor.
Ketiga, karena Mas Zio tidak ingin menyakiti hati orang tuanya. Sehingga ia menikah tanpa satu keluarga yang tau. Karena cinta mereka begitu besar.
Jika tadi dunia seakan runtuh, maka sekarang dunia benar - benar runtuh di atas kepalaku.
Pantas saja ia tak mau berlama - lama dengan urusan perjodohan. Sialnya, aku lah wanita yang di jodohkan dengan pria macam Mas Zio. Lebih sial lagi, aku telah mengagumi nya sejak pandangan pertama. Yang pada akhirnya mengantarkan aku untuk jatuh cinta padanya.
Ya, cinta yang dalam...
Lebih mengenaskan lagi, aku pernah berjanji pada mendiang Papa untuk hanya menikah dengan pria pilihan Papa. Menjaga cinta kedua setelah cintaku pada Papa.
Hal aneh yang ku tangkap dari pertemuan ini adalah, Naura sangat baik padaku. Ia berbicara dengan sangat santun padaku. Seolah sama sekali tidak marah suaminya menikahi wanita lain.
Semua itu terlihat dari cara Naura bicara padaku.
Hatiku hancur remuk redam, karena pertemuan pertama itu membuat aku dan Naura lebih dekat. Kami saling mengenal dan beberapa kali Naura berkunjung ke rumah kami.
Aku sempat kaget, saat tau jika Naura tinggal di perumahan yang bersebelahan dengan perumahan Mas Zio.
Mau tak mau, sejak hari itu aku menerima kenyataan pahit yang harus ku jalani. Pantaslah jika Mas Zio kadang tak pulang ke rumah dimana aku berada.
Hari - hari berlalu begitu cepat. Siang itu saat aku tengah bekerja, aku mendapat telpon dari Mama yang mengabarkan jika Papa jatuh di kamar mandi. Karena Papa mengidap penyakit darah tinggi, membuat Papa pingsan di tempat, dan beberapa jam kemudian Papa di nyatakan meninggal.
Bahkan saat motor yang ku kendarai seorang diri untuk pulang ke kampung halaman ku itu belum sampai di rumah.
Sehingga saat aku sampai, Papa sudah terbujur kaku di atas dipan. Dengan banyak tetangga yang mengelilingi untuk mendo'akan.
"Papa..." lirihku berderai air mata.
Dunia ku telah runtuh. Cinta pertama ku telah pergi untuk selama - lamanya. Pria paling tulus yang mencintai ku telah kembali ke pangkuan Tuhan.
Seketika aku teringat saat terakhir aku mengunjungi rumah bersama Mas Zio, beberapa hari setelah perkenalanku dengan Naura.
Papa menghampiri ku yang duduk di sofa ruang tamu. Papa memintaku untuk berjanji agar selalu tegar, kuat dan bertahan dalam mengarungi cobaan rumah tangga yang terkadang terasa sangat berat. Namun Papa sangat yakin jika Mas Zio adalah pria yang terbaik untukku.
"Jadilah istri yang baik, Calina. Suami mu adalah imam dan panutan mu." ucap Papa kala itu. "Papa yakin Zio suami yang baik... jangan ragu untuk memiliki anak dari Zio!"
"Ya, Pa!" jawab ku ragu. Karena kenyataannya seluk beluk rumah tangga kami tak seindah yang Papa lihat. "Tapi... bagaimana jika aku merasa lelah, Pa?"
"Setidaknya kamu harus terus berjuang tanpa lelah, Nduk. Dan jika pundak mu benar - benar tak sanggup dan jalan mu buntu, kau boleh mengambil keputusan yang menurutmu terbaik! Tapi ingat nak, jangan egois. Kamu juga harus memikirkan persahabatan Papa dan mertuamu. Jadilah menantu yang baik!"
"Terima kasih nasehat Papa!"
"Tapi ingat, Nak. Jika bisa, menikahlah cukup sekali seumur hidup!"
"Iya, Pa!" jawab ku menunduk. Kemudian ku peluk tubuh ringkih Papa.
Yang di lihat Papa memang Mas Zio adalah pria yang sopan dan santun. Selalu mencium tangannya jika bersalaman dengannya. Papa dan Mama tak tau jika putrinya di perlakukan seperti patung tak berguna di rumah menantunya.
Bahkan Mas Zio memiliki istri yang lain. Yang lebih berharga di bandingkan aku yang di anggap seonggok sampah tak berguna.
...🪴 Happy reading 🪴...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
meE😊😊
ya kn nma y prnikahan km yg jlani cal sdgkn org tua mu pun ga tau ap yg trjdi dlm rmh tngga mu.. prceraian memang d bnci n jg gada yg nm y org mau brcrrai klo mrk baik2 sja n sanggup hdapi smua y.. tp prtnyaan y mw smpe kpn km hdup sbg istri yg tak d anggap itu? d madu saja rsa y udh skit bgd lohh aplg km smpe g d bri nafkah batin jg kn.. pbh baik carilah kbhgiaan mu sndri cal klo papa mu tau knytaan y mngkn papa mu jg akn mnyesal krn udh jdohin km sma lki2 yg g brtnggung jwb itu
2023-09-11
2
Samsia Chia Bahir
ni maaahhh teserah othorx mo cerai tdkx 😄😄😄😄😄
2023-08-31
1
Apidut
secara tidak langsung ngancem ya si bapak :)
2023-07-21
1