Menikah Dengan Calon Suami Adikku
Rambut Nami masih basah. Dia baru saja membersihkan diri setelah pulang dari kerja satu jam yang lalu. Tangannya juga masih menggosok rambutnya dengan handuk agar rambut itu segera kering. Saat itu suara mama terdengar sedang memanggilnya.
“Nami," panggil perempuan paruh baya itu.
“Ya, Ma.” Nami mendekat ke asal suara yang kian mendekat. Rupanya mama berjalan mendekat ke arahnya.
“Mama ingin bicara dengan mu. Mama tunggu di ruang tengah, Nami.” Setelah mengatakan itu, mama berjalan mendahului kesana. Tangannya masih sibuk menggosok rambutnya yang basah. Nami berjalan mengikuti beliau dari belakang dengan bingung. Ada apa?
“Ada apa, Ma?” tanya Nami setelah sampai di ruang tengah. Mama yang sudah duduk terlebih dahulu menghela napas.
“Kamu duduklah, dulu,” pinta mama dengan raut wajah tertekan. Nami bingung melihat ekspresi itu. Namun dia duduk terlebih dahulu seperti pinta mama. Setelah melihat putrinya duduk, mama langsung menatap lurus putrinya. “Mama ingin bicara serius denganmu.”
Nami mengerjapkan mata. Ini tampak aneh. Raut wajah mama tampak tidak baik. Namun Nami tidak ingin mencoba menerka-nerka.
“Soal apa?” tanya Nami lambat. Dia juga akhirnya terbawa suasana tidak nyaman yang membuat cara bicaranya menjadi hati-hati.
“Adikmu. Vera," kata Mama mulai bicara.
“Soal pernikahannya?” Nami sedikit tenang karena sudah mendapat kata kunci apa yang akan di bicarakan mamanya. Namun saat mendengar apa yang di katakan mama selanjutnya, Nami kembali di liputi rasa was-was.
“Ya, tapi mama juga ingin membicarakan kamu.”
“Aku? Ada apa dengan Nami, Ma?” tanya Nami heran. Setahu dia, dirinya tidak punya masalah serius. Hanya belum menikah saat umurnya sudah 29 tahun. Ya ... Mungkin bagi mama ini masalah serius. Apalagi dia mau di langkahi oleh Vera adiknya yang masih berusia 22 tahun.
“Mama akan bicara soal Vera terlebih dulu,” kata mama. Nami mengangguk. Dia berusaha mendengarkan baik-baik apa yang akan di katakan mamanya. “Vera hamil, Nami.” Deg!
“Apa?! Hamil?!” Mata Nami membulat. Tangannya yang sejak tadi mengusap rambutnya agar kering, mulai diam. Mengambang.
“Ya,” sahut mama pelan. Otak Nami berputar-putar sejenak. Kemudian turun ke atas pangkuan.
“Oke. Hamil di luar nikah itu memang tidak baik, tapi bukankah Vera akan menikah dengan Yugi? Jadi ... kehamilannya akan tersamarkan,” kata Nami berusaha bersikap biasa. Meskipun itu sangat mengejutkan baginya. Sangat! “Mama tidak akan terkena masalah,” lanjut Nami merasa kalimatnya tidak masuk akal.
“Masalahnya bukan hanya itu.” Mama seakan-akan tidak sanggup mengatakannya. Matanya mulai berkaca-kaca. Rasa was-was kembali menyerang Nami. “Masalahnya Vera hamil dengan pria lain.”
Deg!
Kembali jantung Nami terpukul dengan keras. Tangannya menutup mulut kemudian karena sangat terkejut dengan kabar ini.
Hamil dengan pria lain? Bukan dengan Yugi calon suaminya? Otak Nami kembali berputar-putar. Kali ini lebih dahsyat daripada yang tadi. Dia pusing.
Mama terlihat menunduk setelah mengatakan itu. Lalu mama menangis.
“L-lalu, bagaimana dengan pernikahan mereka? Apakah terpaksa batal?” tanya Nami terbata-bata.
“Tidak. Mama sudah mengatakannya pada pihak keluarga Yugi. Mereka ingin pernikahan ini tetap berlangsung,” jawab mama dengan isak tangis.
“Jadi Yugi mau menerima walaupun bayi yang ada di dalam rahim Vera, bukan anaknya?” tanya Nami heran.
“Tidak.”
“Lalu?” tanya Nami tidak sabar. Mama seakan-akan mengulur-ulur waktu untuk mengungkap semuanya. Itu membuat Nami makin tidak sabar.
“Mama menawarkan pernikahan ini untukmu. Menikahlah dengan Yugi,” kata mama langsung membuat mulut Nami kembali menganga. Beberapa detik hening. Nami masih perlu mengumpulkan jiwanya yang melayang sejenak barusan.
“Aku?! Mama bilang, aku yang menikah dengan Yugi?!” tanya Nami dengan nada tinggi. Perempuan ini bahkan berdiri dan meninggalkan handuknya di kursi. Nami langsung frustasi seketika. “Ba-bagaimana bisa aku yang menikah dengan Yugi, Ma?” tanya Nami terbata-bata. Dia tidak habis pikir dengan ide ini.
“Keluarga Yugi setuju,” kata mama mendesak.
“Setuju? Meskipun keluarga Yugi setuju, apakah mama tidak perlu menanyakan bagaimana perasaanku lebih dulu?” tanya Nami tidak percaya. Wajahnya mengiba. Mama diam. Nami menelan ludah. Dia membuang muka ke arah lain. Mama memang tidak ingin bertanya padanya, setuju atau tidak. Mama sengaja mengambil keputusan tanpa peduli dengan dirinya.
Sejak kecil, Vera kesayangan mamanya. Dan perlakuan istimewa ini mungkin terus berlanjut hingga papa meninggal. Pun soal pernikahan yang terancam gagal ini. Mama rela menjadikan Nami tumbal agar pernikahan tetap terjadi. Lalu itu akan menyelamatkan wajah semua orang tanpa memedulikan hati dan perasaannya.
“Dengan umurmu itu, bukannya memang kamu harus menikah lebih dulu dari Vera, Nami?” tanya mama mulia menyinggung dirinya yang melajang. Tangan beliau menyeka air mata yang membasahi pipinya.
“Jangan membahas soal itu, Ma.” Nami lelah dengan pertanyaan kapan nikah dan nikah. Apalagi sekarang, mama sengaja bertanya untuk menyudutkannya.
“Mama harus bahas. Karena memang waktunya mama membahas soal pernikahan denganmu.” Mama mulai kekeh untuk memaksa Nami. Itu terlihat dari sorot mata mama sekarang. Beliau serius. Nami berdecih dalam hati.
“Kenapa pembicaraan ini jadi berganti soal aku ...” keluh Nami sedih.
“Yugi itu baik. Keluarganya juga baik. Bahkan masih setuju pernikahan ini berlanjut meskipun tahu soal skandal Vera.”
“Kalau memang setuju lanjut, kenapa tidak dengan Vera saja?! Bukannya mereka baik?! Jadi mereka pasti menerima Vera, meskipun dengan skandal seperti itu. Lagipula sejak awal, mereka berdualah yang menjalani hubungan cinta ini. Bukan aku.” Nami mengutarakan apa yang ada di pikirannya sekarang.
“Kamu harus melakukan ini, Nami! Selain untuk dirimu yang belum mendapat jodoh bahkan saat umur kamu hampir kepala tiga, semuanya juga demi mama. Demi nama keluarga ini,” desak mama tidak sabar. Mama mulai frustasi.
Bukan belum mendapat jodoh. Ada hal yang membuatku juga gagal ke arah sana, batin Nami.
“Dalam kasus ini, yang harus berkorban untuk menjaga nama baik keluarga ini adalah Vera sendiri, Ma. Bukan aku.” Berulang kali Nami mengingatkan bahwa yang salah disini adalah Vera. Jadi yang harus bertanggung jawab adalah adiknya.
“Mama pusing. Lebih baik kamu dengarkan mama dan persiapkan dirimu,” kata mama memilih pergi seraya menutup bibirnya karena Isak tangis makin keras. Beliau melimpahkan tanggung jawab nama baik keluarga padanya yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan semua ini.
Nami tertegun di kursi. Sementara mamanya pergi menjauh darinya. Ia terpukul. Sorot matanya terus saja tertuju pada satu titik. Sorot mata itu tidak fokus. Dia masih teringat-ingat dengan pembicaraan dengan mama tadi. Itu tidak mungkin. Tidak mungkin ia menikah dengan pria yang menjadi calon adik iparnya.
..._____...
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
MA⏤͟͟͞RGIE💖💞
akhirnya sambil menunggu Lisa ketemu Nami deh my lady...
heeemmm menikah'dengan calon adik ipar,calon suami adx...kok Vera bisa hamil bukan dengan calon suami nya.. Sungguh rumit
2023-01-08
1
🥀Acihlicious 🥀
aku baru mampir thoor heee di dah bab 50 GK mau ketigalan dengan karya "mu thoor
2022-12-30
1
tististis
selalu mengikuti semua karna othor di sini.
2022-12-09
0