Semua susunan acara setelah pernikahan adalah murni ide dari Yugi. Nami tidak ikut andil sama sekali tentang hal itu. Karena dia tidak ingin melakukan apa-apa. Bahkan Nami tidak peduli dengan itu semua.
Akhirnya, tidur dalam satu kamar pun terjadi lagi. Karena tidak mungkin mereka beda kamar tidur. Itu akan membuat keluarganya kebingungan. Akhirnya mereka menempati kamar yang di pakai Yugi saat masa lajang dulu. Seperti di rumah Nami.
“Aku sudah menyiapkan semuanya untuk Mbak Nami. Kalau ada yang kurang cocok, Mbak Nami bisa bilang ke aku,” kata Yugi.
Nami hanya mendengarkan saja. Dia tidak menanggapi.
“Di lemari itu ada bajuku dan beberapa baju buat Mbak.” Yugi menunjuk ke arah lemari warna cokelat khas kayu jati.
“Aku enggak mau pakai baju milik adikku,” sergah Nami ketus. Yugi mengerjapkan mata. Sepertinya pria ini terkejut saat Nami mengatakan itu.
“Adik? Vera maksud Mbak Nami?" tanya Yugi bingung. Nami diam meski tebakan Yugi benar. "Hhh ... Baju wanita yang ada di dalam lemari bukan milik siapa-siapa. Juga bukan milik Mbak Yana. Itu baru. Bunda sama Mbak Yana yang memilih,” jelas Yugi. Nami menoleh cepat.
Bunda dan Mbak Yana? Sampai segitunya mereka sama perempuan yang jadi istri Yugi. Kalau mereka baik, kenapa Vera tega mengkhianati?
“Mbak bisa ganti baju pakai itu.”
Nami mengerjapkan mata. Dia tidak menduga kalau itu pilihan mertua dan kakak iparnya. Kakinya berjalan menuju ke lemari pakaian yang ada di sebelah kanan kamar ini. Perlahan ia membuka pintu lemari yang besar dan tinggi itu.
"Yang pintu kanan ..." ujar Yugi berniat mencegah. Namun terlambat, Nami sudah terlanjur membuka pintu lemari sebelah kanan dan tidak sengaja menyentuh pakaian dalam yang ada di sana. Yugi mendesis pelan.
Mata Nami mendelik hebat. Karena terkejut, dia lemparkan cellana dalam pria itu sembarangan. Alhasil cellana dalam pria itu tergeletak di lantai dengan tidak berdaya. Ini sungguh memalukan.
Yugi menghela napas. “Maaf, sisi kanan itu berisi semua pakaianku.”
“Maaf,” kata Nami yang langsung menyingkir dari sana. Dia sudah sempat merasa aneh tadi dengan itu. Namun tangannya sangat penasaran. Kakinya berjalan menjauh dari cellana dalam pria itu.
Yugi tersenyum tipis kemudian seraya membungkukkan badan mengambil cellana dalam miliknya. Dia meletakkan cellana dalam yang terlanjur terekspos itu ke dalam lemari. Lalu Yugi menutup lagi pintu lemari. Kemudian membukakan pintu sebelah kiri untuk Nami.
"Ini untuk Mbak Nami." Yugi menunjukkan lemari yang berisi beberapa pakaian untuknya. Nami melirik. Memang ada beberapa pakaian. Tidak banyak. "Aku mau keluar jika Mbak mau ganti baju."
"Ya," sahut Nami pelan.
...***...
Biasanya Nami bangun pagi. Namun saat menyadari bahwa dia sedang berada di rumah mertua, ia malas bangun. Saat menoleh ke samping, pria itu sudah tidak ada. Itu berarti dia harus bangun juga. Mbak Yana dan suaminya sudah pulang tadi malam.
Nami menggeliat di atas ranjang dengan menggerutu. Ia masih gusar dengan pernikahan ini. Namun sungguh tidak sopan jika ia masih di atas ranjang saat pria yang menjadi suaminya itu sudah beraktifitas.
Setelah mandi, Nami segera turun ke bawah. Di dapur, mertuanya sudah melakukan aktifitas memasak. Nami panik karena ia baru saja bangun.
“Oh, Nami. Sini, ikut riweh di dapur.” Mertua mengajak Nami. Pastinya menyuruh membantu masak. Bukan karena Nami tidak bisa, tapi gugup karena dia baru saja bangun saat mertua sudah ribet sama pekerjaan di dapur.
Kegugupan Nami terbaca oleh mertua. Ini langsung membuat Bunda Yugi menegur pelan.
“Ada apa?” tanya mertua membuat Nami terkejut. Ternyata, meskipun umurnya lebih tua dari Yugi, dia tetap bagai bocah saat berhadapan dengan mertua. Kepala Nami menggeleng kikuk.
“Mungkin dia canggung karena bangun siang, Bun,” celetuk Yugi membuat Nami mendelik seraya menoleh ke arah pria itu. Entah darimana pria ini tadi, sekarang sudah muncul dengan tiba-tiba. Pun mengucapkan kalimat yang tidak perlu. Meskipun benar adanya.
Mertua yang ikut menoleh ke arah Yugi, mendadak tersenyum.
“Oohh ... Karena bangun siang.” Mertua tersenyum misterius. “Enggak apa-apa Nami ... Bunda ngerti kok. Namanya juga pengantin baru. Jadi pasti kesiangan,” ujar mertua ternyata berpikirnya ke arah sana.
Nami menoleh ke Yugi lagi untuk mendelik marah. Sepertinya pria itu juga tidak menduga bahwa bunda malah menuju ke arah sana. Pria itu mengerjapkan mata. Namun kemudian memasang wajah tidak peduli.
Apa yang ada di dalam pikirannya sih?Meskipun mendadak ganti calon istri saat akan menikah, dia terlihat biasa saja. Bahkan meski tahu kalau kekasihnya gagal dinikahinya karena telah dihamili pria lain, dia juga tidak merespon. Apakah dia psikopat? Hii ... Mungkinkah dia semengerikan itu?
Nami bergidik. Lalu dia memilih segera membantu mertua dan tidak memedulikan Yugi.
...***...
Setelah makan pagi bersama, ayah berangkat ke kantor. Beliau adalah pegawai negeri. Sementara Bunda ke ruang tengah untuk nonton tv. Sebenarnya beliau sudah mengajak Nami untuk bergabung, tapi Yugi segera mencari alasan untuk menghindarkan perempuan ini dari kewajiban memenuhi permintaan orang tua.
“Biarkan Nami denganku, Bun,” ujar Yugi segera mendahului menjawab sebelum Nami mengiyakan ajakan mertua.
Nami? Ternyata di depan keluarganya, dia tidak memanggilku dengan embel-embel Mbak.
“Biarkan? Kamu ingin menguasai istrimu sendirian?” tanya bunda jenaka.
“Ini masih suasana bulan madu. Meskipun kita tidak memilih berlibur ke suatu tempat untuk melakukannya, ini masih momen bulan madu kita berdua. Jadi biarkan Nami berdua denganku saja, Bun.” Yugi betul-betul pintar berkata-kata. Pria ini terdengar pintar dengan segala kalimat bantahan yang tidak terdengar kasar.
Apa karena ini, adikku jatuh cinta padanya? Atau justru karena kalimat indah itu hanya ada di ujung bibir, hingga menutupi sifat asli sebenarnya, dia memilih pria lain.
Nami menghela napas pelan. Otaknya terus saja berkelana mencari tahu apa penyebab adiknya mengkhianatinya. Bahkan hamil dengan pria lain.
“Baiklah, baik. Bunda akan memberikan istrimu padamu. Bunda tidak akan mengajaknya kemana-mana dulu kalau masih dalam momen bulan madu.” Bunda mengalah.
Ini membuat Nami tidak enak hati juga malu karena kata bukan madu. Meskipun tadinya ia begitu senang Yugi memberi alasan dan itu menyelamatkannya, tapi setelah tahu raut wajah ibu mertua yang terlihat kecewa, dia jadi kebingungan sendiri. Bunda Yugi benar-benar ingin menonton tv dengannya.
“Tidak perlu mengatakan maaf. Aku sudah membuat Bunda memaklumi jika Mbak Nami enggak ikut Bunda nonton tv.” Yugi tahu kalau Nami tidak enak hati.
“Kamu terlihat sangat santai menghadapi semuanya ya ...” kata Nami yang terlihat ingin mengusik Yugi yang tengah mengutak-atik ponselnya dan minum segelas teh hangat. Ini terlalu minim drama.
...____...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Mbah Edhok
sampai part ini masih penuh misteri ... Author hebat ...
2023-11-30
0
Yati Rosmiyati
Nami mungkin dari dulu yugi sukanya sama kamu
2023-08-16
0
@arieyy
masih tebak tebak
2023-03-13
0