Setelah acara masak-memasak di dapur tamat, Nami membawa masakannya ke meja makan. Karena sudah mengusir pria itu agar menjauh dari dapur, Nami bertanggung jawab dengan membuat sarapan ini dua porsi.
Pria itu baru saja dari kamar mengambil ponsel. Lalu kembali duduk di meja makan.
“Harum,” puji Yugi.
“Tapi jangan berekspektasi tinggi. Aku bisa memasak, tapi untuk rasa aku tidak tahu,” kata Nami seraya duduk karena makanan sudah tersedia.
“Seharusnya masakan ini sepadan dengan kamu yang mengusirku.”
“Aku terpaksa melakukan itu karena sangat ribet jika kita harus memasak sendiri-sendiri seperti itu,” jelas Nami mengecam tindakan Yugi yang memaksa tetap memasak, meski Nami juga masih ada di sana. Padahal kompor hanya dua di tempat yang sama.
“Apa sebaiknya aku diam saja dan memperhatikanmu memasak dari sofa tadi? Sepertinya kamu bisa memasak untukku,” kata Yugi. Nami mengurungkan niat untuk makan dan menatap pria di depannya.
“Aku akan melakukannya jika mood ku baik, Yugi. Dan berhenti bersikap seperti itu. Apa kamu benar-benar menikmati pernikahan ini? Sepertinya kamu sendiri yang tidak punya beban. Padahal kamu gagal menikah dengan calon istrimu, bahkan kamu menikah dengan aku_mantan kakak ipar kamu. Bukankah itu sangat melenceng jauh?” Nami bicara dengan panjang dan lebar.
Anehnya Yugi tidak terganggu dengan itu. Raut wajah pria ini nampak biasa saja. Dia mendengarkan dengan baik apa yang di katakan Nami barusan.
“Ya. Akulah yang di khianati di sini. Jadi aku rasa aku bukan di posisi yang salah. Aku tidak perlu merasa terbebani karena Vera yang bersalah.” Yugi menjawab dengan enteng.
Nami mengerti. Saat ini semua kesalahan ada pada Vera_adiknya.
“Jadi kamu ingin membalas dendam padaku, karena aku kakak dari wanita yang sudah mengkhianati mu?” tanya Nami serius. Yugi diam.
“Apa aku terlihat seperti itu? Sedang melakukan balas dendam?” tanya Yugi. Nami menghela napas kesal.
Seperti menjadi kebiasaan Yugi. Dia selalu menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Seakan tidak akan pernah ada jawaban yang keluar dari mulut pria ini. Semua pertanyaan Nami tidak pernah di jawabnya. Yugi seperti membiarkan Nami mencari jawaban sendiri atau membenarkan semua yang di pikirkan Nami tentangnya.
“Apa kamu memang semenyebalkan ini?” Nami menunjukkan wajah serius akan pertanyaan yang terlontar dari mulutnya. Lalu dia jengah sendiri karena Yugi hanya tersenyum. Nami memilih menyuapkan nasi goreng dengan sosis dan sayuran hijau ke dalam mulutnya. Dia geram.
“Jadi kamu memang tidak pernah tahu tentang aku selama ini?” tanya Yugi.
“Tidak. Dan berhentilah bertanya,” desis Nami.
“Kenapa aku tidak boleh bertanya saat kamu terus saja bertanya padaku?” Yugi membalas Nami. Ini membuat Nami makin kesal.
“Karena kamu tidak pernah menjawab setiap pertanyaan ku. Justru kamu memberiku pertanyaan baru.” Nami menghentakkan sendoknya ke dasar piring. Yugi melirik ke arah sendok yang beradu dengan piring itu. Dia tersenyum. Sepertinya menggoda Nami menyenangkan baginya.
**
Setelah mengantarkan Nami, Yugi juga berangkat kerja. Dia adalah seorang pemilik dari perusahaan advertising. Namun sepertinya keluarga Nami belum tahu. Mungkin terlihat sepele, tapi klien perusahaan Yugi adalah brand-brand terkenal.
“Selamat pagi Pak Boss ...,” sambut mereka saat melihat Yugi muncul di pintu masuk.
“Selamat pagi,” sahut Yugi. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar. Semua tengah berkumpul. Dia memicingkan mata. “Ada apa? Kenapa kalian berkumpul di depan?” tanya Yugi heran.
Tiba-tiba seorang karyawan perempuan memberikan buket bunga untuknya.
“Apa ini?” tanya Yugi menerima bunga itu dengan waspada.
“Selamat atas pernikahannya Pak ...,” ucap mereka bersamaan. Yugi tersenyum pada akhirnya.
“Ya. Ya. Terima kasih.” Kepala Yugi mengangguk-angguk.
Setelah semua kembali memberi ucapan menikah, Yugi segera menuju ke ruangannya. Saat itu dia melihat Sifa dan Reno ikut menyaksikan penyambutan yang begitu meriah.
“Kalian akan mengucapkan selamat juga padaku?” tanya Yugi pada dua orang kepercayaannya.
“Tidak. Aku tidak perlu melakukannya.” Sifa berkata dengan dingin. Sementara Reno tersenyum penuh arti pada pria ini. Dia mengalungkan lengannya pada leher Yugi. Mereka berjalan beriringan ke ruangan Yugi. Sifa mengikuti dari belakang.
“Sialan! Kenapa bisa mendahului ku, Bro,?” tanya Reno. Pria ini tertawa ringan.
“Itu berarti aku lebih pro dari mu, Reno,” ucap Yugi membuat Reno meninju perut Yugi pelan. Reno melepaskan tangannya dari Yugi saat pria itu hendak masuk ke dan ruangannya.
“Jadi ... Malam ini tidak bisa menemaniku ke klub?” tanya Reno. Dia dan Sifa masuk mengikuti Yugi.
“Tentu saja tidak. Aku harus di rumah,” jawab Yugi membuat Reno makin belingsetan.
“Sialan. Malam-malam ku makin sunyi dan sepi nih ... “ Reno menjatuhkan pantatnya di sofa seraya mengusap rambutnya.
“Ada Sifa. Kalian bisa keluar bersama. Bisa juga kalian berjodoh nantinya,” kata Yugi membuat Sifa melotot padanya. Reno melirik perempuan itu.
“Dia tidak tertarik denganku. Jadi jauh sekali jodoh di antara kita berdua,” ujar Reno.
“Berhenti menjodohkan orang.” Sifa tidak suka.
“Waw! nenek sihir mulai marah. Hati-hati Yugi, kamu bisa di kutuk menjadi kodok.” Reno mengejek. Sifa memukul Reno dengan bantal kursi di dekatnya.
Ponsel Reno berdering. Pria ini melirik ke arah layar ponselnya.
“Sepertinya aku harus keluar,” kata Reno.
“Ada hal penting?” tanya Yugi.
“Proyek baru yang aku sebutkan itu, Yugi,” kata Reno penuh misteri. Yugi menganggukkan kepala mengerti. Sifa mengerutkan kening.
“Kalian membicarakan proyek yang aku tidak tahu?” tegur Sifa merasa hanya dirinya yang yang tidak paham. Reno hanya tertawa. “Kamu juga tidak memberi tahuku, Yugi?” tanya Sifa.
“Itu proyek milik Reno. Dia mau bicara atau tidak, terserah. Aku tidak mengatakan padamu karena itu bukan proyek milikku. Dia mendapatkan itu sendiri," kata Yugi.
“Jadi sekarang kita main sendiri-sendiri nih? Kalau dapat proyek kita embat sendiri? Kalau begitu awas ya, kalau sampai minta tolong pada tim ku,” ancam Sifa. Reno tergelak lagi karena berhasil menggoda perempuan ini.
“Jangan cepat marah. Kamu bisa tua dan tidak segera menikah, Sifa,” ejek Reno seraya berdiri.
“Kurang ajar!” teriak Sifa kesal. Namun pria itu sudah melenggang dengan tenang keluar ruangan. Yugi tersenyum. Kepergian Reno membuat suasana ruang kerja ini sepi lagi. Yugi duduk di kursinya. Sifa masih di ruangan ini. Ia mendekat ke meja kerja Yugi. “Aku baru tahu kalau calon istri kamu bukan Vera,” kata Sifa.
Yugi mendongak dan tersenyum.
“Kenapa tiba-tiba menikah dengan orang lain? Kemana perempuan itu?" tanya Sifa menggali informasi.
“Aku tidak ingin membahas itu, Sifa,” kata Yugi dengan tegas.
“Jika memang kalian tidak cocok, kenapa tiba-tiba kamu menikah dengan wanita lain? Apakah begitu menyakitkan perpisahan kamu dengan Vera, sampai kamu langsung memilih menikah dengan perempuan ini?” Sifa masih berupaya mencari tahu.
...____...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Mbah Edhok
Ini Sifa apa perlu diwaspadai demi terjaganya stabilitas keamanan nasional kerumahtanggaan ? ... perlu diawasi ! ...
2023-11-30
0
seru_seruan
si Riko,
udah celup² ama cewek lain.
masih aja PD deketin Nami.
2022-12-11
0
☠ᵏᵋᶜᶟ 🥚⃟♡ɪɪs▵꙰ᵃⁱˢ𝐘ᵃ🇭⃝⃟♡🍆
sifa kaya nya ada rasa sama yugi
2022-11-19
0