Bab. 4 Malam pertama

Pesta telah usai. Sekarang ballroom tempat di laksanakan resepsi pernikahan yang tadi menjadi sangat sepi. Semuanya berantakan karena banyaknya tamu yang datang. Hanya ada orang-orang membersihkan property pesta yang akan di usung pulang.

 

Pengantin di boyong ke kamar pengantin yang sudah di pesan. Kamar hotel ini indah dan bagus. Nami suka suasana kamar hotelnya, tapi semua itu tidak membuat wajahnya bahagia. Nami suka hotel ini tapi tidak dalam keadaan sekarang. Situasinya sekarang tidak tepat untuk menikmati hari-hari menyenangkan di hotel ini. Ini mimpi buruk. Bahkan kalau di pikir-pikir, ini bukan mimpi. Ini kenyataan.

 

Tidak ada pembicaraan apapun saat Nami dan Yugi masuk ke dalam kamar pengantin yang harum ini. Nami langsung duduk di atas sofa. Yugi melirik. Perempuan itu menghela napas berat.

 

Tangan Yugi membuka kancing jas berwarna abu-abu yang melekat di tubuhnya. Setelah itu melipatnya rapi dan di letakkan di atas ranjang. Dia melepas kancing di ujung lengan kemeja, lalu melipatnya.

 

Pria ini melakukan itu seraya memandang ke arah Nami yang masih diam di atas sofa dengan pakaian pengantinnya. Tidak ada yang salah di antara mereka berdua. Keduanya berada di sini karena keegoisan orang lain.

 

“Aku keluar sebentar,” kata Yugi. Nami tidak menjawab. Yugi yakin wanita itu tidak ingin menjawabnya. Namun Yugi masih ingin berpamitan. Ya. Nami mendengar apa yang di katakan pria ini, tapi dia tidak peduli. Terserah. Suara pintu tertutup mulai terdengar. Itu pertanda kamar ini hanya berisi dirinya sendiri.

 

Selepas kepergian Yugi, Nami mendengus. Meratapi nasibnya yang malang. Nami melihat cermin di depannya. Dirinya terpantul di sana. Tidak ada wajah kebahagiaan di sana. Padahal setiap pengantin pasti akan menunjukkan wajah bersinarnya. Namun Nami tidak. Karena apa? Karena ini bukan pernikahan yang diinginkannya. Dia menikah karena terpaksa.

 

Tidak terasa air matanya mengalir. Nami menangis tersedu-sedu di kursinya. Cermin memantulkan wajahnya yang penuh dengan air mata.

 

...***...

 

Nami menggeliat di atas kursi. Rupanya ia tertidur setelah menangis tadi. Tubuhnya terasa kaku karena tertidur dengan kepala bersandar di atas meja.

 

Kepalanya menoleh. Mengedarkan pandangan ke segala penjuru kamar. Tidak ada siapapun.

 

Kemana dia? batin Nami.

 

Namun dia mengenyahkan pikiran untuk mencari pria itu. Karena lebih baik tidak ada  pria muda itu malam ini di kamar pengantin. Jadi dia bisa bebas dan leluasa untuk tidur.

 

Pakaian pengantinnya masih melekat. Nami bukan karena ia bahagia memakainya, tapi karena ia malas. Pun karena hatinya hancur oleh pernikahan paksa ini. Itu membuatnya menangis terus tadi. Jadi tidak sempat ganti baju yang sudah di siapkan.

 

Jam di ponsel menunjukkan pukul 11.58. Ini sudah hampir tengah malam. Di kamar ini dia sendirian. Jika ada orang yang tahu, mereka akan berpikir Nami seperti seorang wanita yang di tolak di sentuh pria yang sudah menikahinya. Padahal ini justru kebalikannya. Nami tidak mau itu terjadi. Dia bersyukur kalau malam ini di lewatinya sendirian.

 

“Pakaian ini menyebalkan. Aku harus segera menggantinya. Jika tidak, mood ku akan terus saja tidak baik.” Nami menatap gaun pengantinnya dengan kesal. Lalu dia melepaskan dengan hati-hati. Gaun ini bukan milik pribadi. Hanya property dari bridal house. Nami tentu tidak mau membeli gaun karena dia sendiri tidak ingin menikah.

 

Krek!

 

Sebuah suara terdengar dari belakang. Nami menoleh ke belakang dengan gaun pesta sudah turun sampai pada pinggang. Mata Nami melotot karena ternyata di belakangnya ada Yugi. Pria itu sedang membuka pintu balkon dan tertegun.

 

Dengan terburu-buru Nami menarik gaun itu lagi hingga menutupi tubuh bagian atasnya yang tinggal memakai bra saja. Lalu membalikkan tubuhnya lagi dengan cepat.

 

Dia pasti sudah melihat tubuhku. Dia pasti sudah melihat. Semoga saja tidak, tapi ... Pasti dia sudah melihat aku setengah telanjang.

 

Ini momen canggung yang membuat orang salah tingkah dan kebingungan. Nami terdiam tidak mampu bicara apapun. Tidak bisa marah atau menangis.

 

“Maaf,” ucap Yugi membuat Nami yakin bahwa pria itu sudah melihat tubuh atasnya. Itu sebagai penegasan bahwa dia melihat apa yang ingin di sembunyikan Nami.

 

Kenapa dia justru meminta maaf. Seharusnya dia bilang tidak melihat apa-apa, kan? keluh Nami di dalam hati.

 

Jika mereka benar-benar suami istri atas dasar cinta, momen seperti ini justru akan membuat malam pertama mereka berdua akan makin menyenangkan. Namun ... pernikahan mereka tidak biasa.

 

“Kenapa kamu muncul dari sana?!" tanya Nami gusar. Tangannya menekan erat gaunnya.

 

“Sejak tadi aku ada di sana.” Yugi memberi penjelasan.

 

“Kenapa ada di sana? Bukankah kamu sudah keluar tadi?” tanya Nami masih gusar. Tubuhnya masih menghadap ke belakang. Memunggungi Yugi yang tidak melangkah dari tempatnya tadi.

 

“Aku kembali saat kamu masih tertidur di kursi tadi.”

 

“Lalu kenapa aku tidak tahu?” tanya Nami tidak masuk akal. Yugi diam karena kebingungan dengan pertanyaan Nami. Setelah itu Nami menyadari keanehan dari pertanyaannya. Dia pun menggeram kesal. Otaknya menjadi bodoh karena marah pada Yugi yang sudah melihatnya setengah telanjang.

 

“Maaf, Mbak. Aku salah,” kata Yugi membuat Nami geregetan. Kakinya menghentak marah. Ia melihat ke samping. Berharap ia bisa melihat kemana pria itu sekarang. Namun ia tidak bisa melihat keberadaan pria itu.

 

“Cepat berbalik. Aku mau ganti baju!” seru Nami dengan rasa malu dan kesal yang campur aduk. Yugi pun membalikkan tubuhnya menghadap balkon. Entah kenapa ia tidak beranjak ke mana-mana. Kakinya seakan-akan tidak mampu berpindah dari tempatnya berdiri sekarang. “Sudah belum?” tanya Nami gusar.

 

“Sudah,” jawab Yugi. Dari suara Yugi yang terdengar agak jauh, Nami yakin pria itu tidak lagi melihat ke arahnya. Nami segera memakai gaunnya lagi dan berjalan ke atas ranjang.

 

Mendengar suara derit ranjang, Yugi merasa perempuan ini sudah selesai ganti pakaian. Namun saat dia membalikkan tubuh, Nami ternyata tidak mengganti gaunnya.

 

“Mbak enggak jadi ganti baju?” tanya Yugi heran.

 

“Enggak usah tanya,” jawab Nami malas.

 

“Aku akan keluar dulu, kalau memang Mbak Nami tidak nyaman aku di sini.” Yugi memilih berjalan menuju pintu. “Kalau bisa jangan lama-lama. Aku juga lelah,” pesan Yugi. Setelah itu pria muda ini membuka pintu kamar dan keluar.

 

“Kesal. Dia menyebalkan. Aku baru tahu Yugi ternyata sangat tidak sopan,” gerutu Nami. Dia mengomel dan bangkit dari ranjang. Membuka pakaiannya dengan decihan yang tiada hentinya. "Yugi menyebalkan! Menyebalkan!" Nami merasa malu tubuh bagian atasnya sudah di lihat oleh bola mata pria muda itu.

......_______...

 

Terpopuler

Comments

Mbah Edhok

Mbah Edhok

bukan salah Yugi bila melihat tubuhmu yang terekspose tapi kewaspadaanmu sedang turun ... anggap saja bersedekah pada suami mudamu ...🤭👍🏻

2023-11-30

0

Ananti Ana

Ananti Ana

umur sudah hampir mendekati kepala 3 tapi kelakuan kek bocah , ga bisa mikir lebih dewasa

2023-01-11

3

tististis

tististis

yg nyebelin itu kamu, Nami......
normalnya orang jam segitu udah pada tidur.
apalagi capek abis dipajang emak yg solehah nya puooool.

2022-12-09

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Keputusan sepihak
2 Bab. 2 Persekongkolan
3 Bab. 3 Menikah
4 Bab. 4 Malam pertama
5 Bab. 5 Pulang ke rumah mertua
6 Bab. 6 Masih di rumah mertua
7 Bab. 7 Berangkat kerja
8 Bab 8. Kisah itu
9 Bab. 9 Ternyata dia disana
10 Bab. 10 Pindah rumah
11 Bab. 11 : Sarapan pertama
12 Bab. 12 Mulai bekerja
13 Bab. 13 Yugi gelisah
14 Bab. 14 Aku tidak masalah
15 Bab. 15 Kata orang
16 Bab. 16 : Menungguku
17 Bab. 17 : Ingin tahu tentangku?
18 Bab. 18 Aku yang pertama
19 Bab. 19 : Tiba di rumah mama
20 Bab. 20 : Ada apa dengan semua ini?
21 Bab. 21 : Mulai menyadari
22 Bab. 22 : Pengkhianat dan penggoda
23 Bab. 23 : Dia suamiku
24 Bab. 24 : Meja makan
25 Bab. 25 : Aku memang bodoh
26 Bab. 26 : Cobaan
27 Bab. 27 : Ingin tahu
28 Bab. 28 : Tamu di rumah Yugi
29 Bab. 29 : Wajah bahagia Yugi
30 Bab. 30 : Gaun yang berbeda
31 Bab. 31 : Hati yang terkoyak
32 Bab. 32 : Yugi geram
33 Bab. 33 : Geram
34 Bab. 34 : Setelah menangis
35 Bab. 35 : Aku tahu
36 Bab. 36 : Gugup
37 Bab. 37 : Suasana syahdu di ruang makan
38 Bab. 38 : Menyatu
39 Bab. 39 : Sesudahnya
40 Bab. 40 : Bertemu Vera dan Rico
41 Bab. 41 : Masih dengan mereka berdua
42 Bab. 42 : Kabar baru di tempat kerja
43 Bab. 43 : Keluarga yang hangat
44 Bab. 44 : Nikmat bukan?
45 Bab. 45 : Aku menyesal
46 Bab. 46 : Gosip buruk di kantor
47 Bab. 47 : Fakta terungkap
48 Bab. 48 : Membela istri
49 Bab. 49 : Kejutan di Jamuan makan
50 Bab. 50 : Ini rencana kalian?
51 Bab. 51 : Kenapa aku baru tahu?
52 Bab. 52 : Aku tidak ada hubungannya dengan kalian
53 Bab. 53 : Kelabu untuk Rico
54 Bab. 54 : Marah yang salah
55 Bab. 55 : Orang gila
56 Bab. 56 : Keputusan Yugi
57 Bab. 57 : Awal yang baru
58 Bab. 58 : Kantor Yugi
59 Bab. 59 : Hamil?
60 Bab. 60 : Rekan bisnis
61 Bab. 61 : Keputusan Rico
62 Bab. 62 : Firasat tidak enak
63 Bab. 63 : Aib
64 Bab. 64 : Perempuan gila
65 Bab. 65 : Usir dia!
66 Bab. 66 : Janinku sayang.
67 Bab. 67 : Tawaran
68 Bab. 68 : Undangan
69 Bab. 69 : Istirahat dulu
70 Bab. 70 : Pantry
71 Bab. 71 : Mesra
72 Bab. 72 : Orang di lobi
73 Bab. 73 : Mengawasi Nami
74 Bab. 74 : Sungguh tidak tahu diri
75 Bab. 75 : Kencan bertiga
76 Bab. 76 : Nasehat dokter
77 Bab. 77 : Bincang mereka
78 Bab. 78 : Pertemuan yang menjengkelkan
79 Bab. 79 : Mereka tidak pernah merasa salah
80 Bab. 80 : Darurat
81 Bab. 81 : Suasana berubah
82 Bab. 82 : Masa tegang usai
83 Bab. 83 : Yugi mulai bergerak
84 Bab. 84 : Inkubator
85 Bab. 85 : Kabar baru
86 Bab. 86 : Bersiap
87 Bab. 87 : Keluarga tahu
88 Bab. 88 : Mengungkap fakta
89 Bab. 89 : Memastikan
90 Bab. 90 : Tidak sama dengan apa yang dikatakan mama
91 Bab. 91 : Nasehat ibu
92 Bab. 92 : Yana ingin tahu
93 Bab. 93 : Kisah Yugi
94 Bab. 94 : Mencoba membujuk
95 Bab. 95 : Masih mencoba
96 Bab. 96 : Permohonan restitusi
97 Bab. 97 : Minta tolong
98 Bab. 98 : Permintaan Rico
99 Bab. 99 : Mengaku salah
100 Bab. 100 : Bukan salah mu
101 Bab. 101 : Bagaimana keadaanmu, Vera?
102 Bab. 102 : Ada yang ingin bertemu denganmu
103 Bab. 103 : Boleh pulang
104 Bab. 104 : Sahabat sepanjang masa
105 Bab. 105 : Putusan hakim
106 Bab. 106 : Air mata
107 Bab. 107 : Sudah usai
108 Bab. 108 : Aku mencintai mu
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab. 1 Keputusan sepihak
2
Bab. 2 Persekongkolan
3
Bab. 3 Menikah
4
Bab. 4 Malam pertama
5
Bab. 5 Pulang ke rumah mertua
6
Bab. 6 Masih di rumah mertua
7
Bab. 7 Berangkat kerja
8
Bab 8. Kisah itu
9
Bab. 9 Ternyata dia disana
10
Bab. 10 Pindah rumah
11
Bab. 11 : Sarapan pertama
12
Bab. 12 Mulai bekerja
13
Bab. 13 Yugi gelisah
14
Bab. 14 Aku tidak masalah
15
Bab. 15 Kata orang
16
Bab. 16 : Menungguku
17
Bab. 17 : Ingin tahu tentangku?
18
Bab. 18 Aku yang pertama
19
Bab. 19 : Tiba di rumah mama
20
Bab. 20 : Ada apa dengan semua ini?
21
Bab. 21 : Mulai menyadari
22
Bab. 22 : Pengkhianat dan penggoda
23
Bab. 23 : Dia suamiku
24
Bab. 24 : Meja makan
25
Bab. 25 : Aku memang bodoh
26
Bab. 26 : Cobaan
27
Bab. 27 : Ingin tahu
28
Bab. 28 : Tamu di rumah Yugi
29
Bab. 29 : Wajah bahagia Yugi
30
Bab. 30 : Gaun yang berbeda
31
Bab. 31 : Hati yang terkoyak
32
Bab. 32 : Yugi geram
33
Bab. 33 : Geram
34
Bab. 34 : Setelah menangis
35
Bab. 35 : Aku tahu
36
Bab. 36 : Gugup
37
Bab. 37 : Suasana syahdu di ruang makan
38
Bab. 38 : Menyatu
39
Bab. 39 : Sesudahnya
40
Bab. 40 : Bertemu Vera dan Rico
41
Bab. 41 : Masih dengan mereka berdua
42
Bab. 42 : Kabar baru di tempat kerja
43
Bab. 43 : Keluarga yang hangat
44
Bab. 44 : Nikmat bukan?
45
Bab. 45 : Aku menyesal
46
Bab. 46 : Gosip buruk di kantor
47
Bab. 47 : Fakta terungkap
48
Bab. 48 : Membela istri
49
Bab. 49 : Kejutan di Jamuan makan
50
Bab. 50 : Ini rencana kalian?
51
Bab. 51 : Kenapa aku baru tahu?
52
Bab. 52 : Aku tidak ada hubungannya dengan kalian
53
Bab. 53 : Kelabu untuk Rico
54
Bab. 54 : Marah yang salah
55
Bab. 55 : Orang gila
56
Bab. 56 : Keputusan Yugi
57
Bab. 57 : Awal yang baru
58
Bab. 58 : Kantor Yugi
59
Bab. 59 : Hamil?
60
Bab. 60 : Rekan bisnis
61
Bab. 61 : Keputusan Rico
62
Bab. 62 : Firasat tidak enak
63
Bab. 63 : Aib
64
Bab. 64 : Perempuan gila
65
Bab. 65 : Usir dia!
66
Bab. 66 : Janinku sayang.
67
Bab. 67 : Tawaran
68
Bab. 68 : Undangan
69
Bab. 69 : Istirahat dulu
70
Bab. 70 : Pantry
71
Bab. 71 : Mesra
72
Bab. 72 : Orang di lobi
73
Bab. 73 : Mengawasi Nami
74
Bab. 74 : Sungguh tidak tahu diri
75
Bab. 75 : Kencan bertiga
76
Bab. 76 : Nasehat dokter
77
Bab. 77 : Bincang mereka
78
Bab. 78 : Pertemuan yang menjengkelkan
79
Bab. 79 : Mereka tidak pernah merasa salah
80
Bab. 80 : Darurat
81
Bab. 81 : Suasana berubah
82
Bab. 82 : Masa tegang usai
83
Bab. 83 : Yugi mulai bergerak
84
Bab. 84 : Inkubator
85
Bab. 85 : Kabar baru
86
Bab. 86 : Bersiap
87
Bab. 87 : Keluarga tahu
88
Bab. 88 : Mengungkap fakta
89
Bab. 89 : Memastikan
90
Bab. 90 : Tidak sama dengan apa yang dikatakan mama
91
Bab. 91 : Nasehat ibu
92
Bab. 92 : Yana ingin tahu
93
Bab. 93 : Kisah Yugi
94
Bab. 94 : Mencoba membujuk
95
Bab. 95 : Masih mencoba
96
Bab. 96 : Permohonan restitusi
97
Bab. 97 : Minta tolong
98
Bab. 98 : Permintaan Rico
99
Bab. 99 : Mengaku salah
100
Bab. 100 : Bukan salah mu
101
Bab. 101 : Bagaimana keadaanmu, Vera?
102
Bab. 102 : Ada yang ingin bertemu denganmu
103
Bab. 103 : Boleh pulang
104
Bab. 104 : Sahabat sepanjang masa
105
Bab. 105 : Putusan hakim
106
Bab. 106 : Air mata
107
Bab. 107 : Sudah usai
108
Bab. 108 : Aku mencintai mu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!