Bab. 17 : Ingin tahu tentangku?

Yuli akhirnya mengantarkan Nami pulang. Namun Nami minta di turunkan di jalan. Dia tidak mau di antar sampai depan rumahnya.

 

"Rumah kamu yang mana?" tanya Yuli.

 

"Di sana."

 

"Hah? Kenapa enggak sekalian turun di sana. Kan kamu masih harus jalan kaki." Yuli terkejut.

 

"Iya," sahut Nami tidak jelas. Itu artinya dia enggan menjawab.

 

"Kamu enggak mau aku ketemu sama Yugi?"

 

"Enggak. Apa yang kamu katakan?" tanya Nami terkejut.

 

"Karena kita protes, kamu jadi menjauhkan temanmu ini dari Yugi?" tanya Yuli lagi.

 

"Apa sih? Sudah. Cepat pulang lah. Ini sudah waktunya istirahat. Terima kasih sudah mengantar." Nami menepuk pundak Yuli. Perempuan itu menipiskan bibir.

 

"Baiklah terserah. Jangan bertengkar meski kalian bukan sepasang suami istri pada umumnya," nasihat Yuli. Nami mengangguk.

 

"Iya Ibu. Aku akan mendengarkan semua nasihat ibu," ujar Nami berpura-pura menjadi seorang anak dari ibu tua.

 

"Kamu ini. Ya sudah, aku pulang." Yuli geram.

 

"Oke. Hati-hati, Yuli!" Nami melambai lalu melangkahkan kaki menuju rumah. Ini pertama kalinya ia berjalan di paving perumahan ini. Ia berjalan dengan tenang.

 

Ketika itu ia melihat seorang lelaki yang berdiri tidak jauh darinya. Pria itu terlihat gelisah. Nami hendak mempercepat langkah, tapi kemudian ia berjalan pelan saat melihat siapa yang ada di sana.

"Yugi?" sebut Nami terkejut. Ternyata itu suaminya. Pria itu membalikkan badan.

 

"Nami. Kamu akhirnya pulang," kata Yugi senang melihat Nami.

 

"Kenapa ada di sini? Kamu sedang apa?" tanya Nami heran

"Aku sedang menunggu mu," kata Yugi terlihat lega melihat Nami pulang dengan selamat.

Oh, dia menungguku. Nami sedikit merasa haru.

 

"Kenapa tidak masuk saja? Aku bukan anak kecil. Aku bisa pulang sendiri," kelit Nami menyembunyikan rasa harunya.

 

"Kamu pulang lebih lama. Padahal kamu bilang kamu akan pulang setelah aku berniat menjemput kamu tadi," kata Yugi.

 

Jadi dia cemas karena aku telat?

 

"Oh, ya. Itu karena ..." Nami kebingungan.

 

"Lain kali, kabari aku kalau kamu terlambat pulang. Karena aku tidak akan membiarkanmu pulang sendiri," kata Yugi memotong kalimat Nami yang menggantung. "Ayo, kita masuk," ajak Yugi.

 

"Ya," kata Nami memilih ikut masuk ke dalam rumah.

 

...***...

 

Pagi ini, ia ingin ke taman depan rumah. melihat tanaman hijau di sana, agar mata terasa segar. Sambil membawa ponsel ia, melenggang keluar. Karena terlalu fokus pada ponsel di ponselnya, tak sengaja ia menabrak Yugi.

 

"Aw!" pekik Nami karena kepalanya terantuk dada pria ini. Nami mendongak sambil meringis. "Oh maaf." Ia mundur karena menyadari menabrak Yugi.

 

"Hati-hati Nami," ujar Yugi seraya mengulurkan tangan. Sebenarnya Nami sudah bermaksud mau mengusap kepalanya, tapi Yugi sudah melakukannya lebih dulu. Meskipun Nami hendak bergerak menolak, Yugi sudah menggelengkan kepala untuk menghentikan usaha Nami untuk menghindar. Akhirnya dia diam sementara Yugi mengusap dahinya. “Sudah beritahu mama, kalau kita akan kesana?”

 

“Belum. Ini aku mau telepon mama. Jadi kita akan kesana akhir pekan?” tanya Nami antusias.

 

“Ya.” Yugi melepaskan tangannya dari dahi Nami. Kini giliran Nami mengelus dahinya.

 

“Aku telepon mama dulu untuk kasih tahu kedatangan kita,” kata Nami bersemangat. Yugi mengangguk. Senyumnya tertinggal saat perempuan itu berjalan ke depan. Ia terlalu senang saat melihat Nami kegirangan jika membahas mau pulang ke rumah keluarganya.

Perlu menunggu beberapa menit, telepon Nami di angkat oleh mamanya.

"Halo mama," sapa Nami setelah sambungan teleponnya di terima oleh mama. Perempuan ini begitu semangat untuk bicara dengan keluarganya.

 

"Halo. Ada apa Nami?" tanya mama di seberang.

 

"Oh, tidak. Nami hanya ingin bertanya kabarnya mama."

 

"Mama baik."

 

"Dan Vera?" tanya Nami.

 

"Tentu saja baik-baik saja."

 

"Syukurlah kalau begitu. Akhir pekan ini aku mau pulang ke rumah mama," kata Nami girang.

 

"Pulang? Kamu mau pulang?" terdengar nada terkejut di sana. "Kamu akan tinggal di rumah mama? Bukannya sudah ada suami mu. Kenapa harus tinggal di rumah mama?" tanya Mama heran. Nami berusaha mengabaikan karena itu aneh.

Nami menahan napas sejenak.

 

"Bukan. Nami hanya berkunjung, Ma."

 

"Oh, berkunjung? Ya ... datang saja. Mama pikir kamu mau pindah ke sini. Seorang istri kan seharusnya ikut suaminya." Kekeh mamah terdengar pelan.

 

"Tidak. Aku hanya mau berkunjung. Namun sepertinya Nami harus lihat jadwal dulu untuk kesana." Mendadak keinginan Nami pulang ke rumah keluarganya luruh.

 

"Kalau repot enggak perlu jenguk mama enggak apa-apa. Vera bisa menjaga mama kok. Kamu tenang-tenang saja hidup sama suami kamu."

 

"Begitu ya ...," jawab Nami lemah.

 

"Ya. Tentu saja."

 

Akhirnya ia mengakhiri percakapan di telepon lebih cepat. "Ya sudah. Mama selalu sehat ya, Nami mau ...."

 

Klik! Belum selesai Nami mengucapkan kata-kata selanjutnya, mama sudah menutup telepon. Nami terdiam. Ia tertegun. Menatap layar ponselnya dengan pikiran tidak menentu. Namun kemudian ia menghela napas.

 

"Oke. Sebaiknya segera bekerja. Oh, tidak. Aku harus segera membuat sarapan. Kalau tidak, aku akan kelaparan dan pusing di tempat kerja." Nami berbalik dari depan menuju ke dapur.

 

...***...

 

Dari dapur aroma harum sudah menyeruak. Ternyata itu ulah Yugi. Pria itu sudah menyelesaikan tugas memasaknya. Jadi ia tidak harus melakukan apa-apa lagi.

 

"Kamu sudah selesai menelepon mama?" tanya Yugi melihat istrinya muncul.

 

"Oh, y-ya." Sekilas Nami tampak gugup menjawab pertanyaan sederhana dari Yugi. "Jadi ... aku tidak perlu memasak?" tanya Nami melihat makanan sudah tersedia dia meja.

 

"Tentu saja tidak perlu. Aku juga membuat sarapan untuk kamu. Kita akan sarapan bersama sebentar lagi," kata Yugi.

 

Nami mengangguk. Dia menatap makanan itu dengan tatap mata kosong. Sepertinya percakapan dengan mamanya tadi membuat ia berpikir panjang.

"Ada yang tidak menyenangkan, Nami?" tanya Yugi saat mendekat membawa makanan terakhir yang akan mereka nikmati pagi ini.

 

"Tidak. Tidak ada," jawab Nami cepat, tapi itu justru menunjukkan bahwa ada sesuatu yang terjadi tadi. Yugi diam. Dia melihat perempuan itu menunduk melihat ke arah ponselnya di atas meja dengan sorot mata sedih.

"Lebih baik kita makan sekarang. Nanti kita akan mampir ke toko kue untuk teman-temanmu."

 

"Kue untuk temanku? Kenapa tiba-tiba?" tanya Nami heran.

 

"Emm ... hanya untuk berterima kasih."

"Berterima kasih untuk apa?" Raut wajah Nami terlihat masih heran dengan kalimat Yugi.

"Karena sudah mengantarkan istriku pulang dengan selamat," kata Yugi sambil tersenyum.

 

"A-apa itu? Tanpa kamu berterima kasih pun, mereka memang harus mengantarkan aku pulang dengan selamat. Mereka kan teman yang baik." Nami sedikit gugup saat berusaha mengaburkan senyuman Yugi dengan penyangkalan pada kalimatnya. Yugi hanya manggut-manggut.

..._______...

Terpopuler

Comments

seru_seruan

seru_seruan

tanya tanya terus aja ke Yugi, Nami....

2022-12-11

1

☠ᵏᵋᶜᶟ 🥚⃟♡ɪɪs▵꙰ᵃⁱˢ𝐘ᵃ🇭⃝⃟♡🍆

☠ᵏᵋᶜᶟ 🥚⃟♡ɪɪs▵꙰ᵃⁱˢ𝐘ᵃ🇭⃝⃟♡🍆

astaghfirullah

2022-11-20

0

Eika

Eika

Nami cobalah mulai membuka hati untuk Yugi...😘😘

2022-11-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Keputusan sepihak
2 Bab. 2 Persekongkolan
3 Bab. 3 Menikah
4 Bab. 4 Malam pertama
5 Bab. 5 Pulang ke rumah mertua
6 Bab. 6 Masih di rumah mertua
7 Bab. 7 Berangkat kerja
8 Bab 8. Kisah itu
9 Bab. 9 Ternyata dia disana
10 Bab. 10 Pindah rumah
11 Bab. 11 : Sarapan pertama
12 Bab. 12 Mulai bekerja
13 Bab. 13 Yugi gelisah
14 Bab. 14 Aku tidak masalah
15 Bab. 15 Kata orang
16 Bab. 16 : Menungguku
17 Bab. 17 : Ingin tahu tentangku?
18 Bab. 18 Aku yang pertama
19 Bab. 19 : Tiba di rumah mama
20 Bab. 20 : Ada apa dengan semua ini?
21 Bab. 21 : Mulai menyadari
22 Bab. 22 : Pengkhianat dan penggoda
23 Bab. 23 : Dia suamiku
24 Bab. 24 : Meja makan
25 Bab. 25 : Aku memang bodoh
26 Bab. 26 : Cobaan
27 Bab. 27 : Ingin tahu
28 Bab. 28 : Tamu di rumah Yugi
29 Bab. 29 : Wajah bahagia Yugi
30 Bab. 30 : Gaun yang berbeda
31 Bab. 31 : Hati yang terkoyak
32 Bab. 32 : Yugi geram
33 Bab. 33 : Geram
34 Bab. 34 : Setelah menangis
35 Bab. 35 : Aku tahu
36 Bab. 36 : Gugup
37 Bab. 37 : Suasana syahdu di ruang makan
38 Bab. 38 : Menyatu
39 Bab. 39 : Sesudahnya
40 Bab. 40 : Bertemu Vera dan Rico
41 Bab. 41 : Masih dengan mereka berdua
42 Bab. 42 : Kabar baru di tempat kerja
43 Bab. 43 : Keluarga yang hangat
44 Bab. 44 : Nikmat bukan?
45 Bab. 45 : Aku menyesal
46 Bab. 46 : Gosip buruk di kantor
47 Bab. 47 : Fakta terungkap
48 Bab. 48 : Membela istri
49 Bab. 49 : Kejutan di Jamuan makan
50 Bab. 50 : Ini rencana kalian?
51 Bab. 51 : Kenapa aku baru tahu?
52 Bab. 52 : Aku tidak ada hubungannya dengan kalian
53 Bab. 53 : Kelabu untuk Rico
54 Bab. 54 : Marah yang salah
55 Bab. 55 : Orang gila
56 Bab. 56 : Keputusan Yugi
57 Bab. 57 : Awal yang baru
58 Bab. 58 : Kantor Yugi
59 Bab. 59 : Hamil?
60 Bab. 60 : Rekan bisnis
61 Bab. 61 : Keputusan Rico
62 Bab. 62 : Firasat tidak enak
63 Bab. 63 : Aib
64 Bab. 64 : Perempuan gila
65 Bab. 65 : Usir dia!
66 Bab. 66 : Janinku sayang.
67 Bab. 67 : Tawaran
68 Bab. 68 : Undangan
69 Bab. 69 : Istirahat dulu
70 Bab. 70 : Pantry
71 Bab. 71 : Mesra
72 Bab. 72 : Orang di lobi
73 Bab. 73 : Mengawasi Nami
74 Bab. 74 : Sungguh tidak tahu diri
75 Bab. 75 : Kencan bertiga
76 Bab. 76 : Nasehat dokter
77 Bab. 77 : Bincang mereka
78 Bab. 78 : Pertemuan yang menjengkelkan
79 Bab. 79 : Mereka tidak pernah merasa salah
80 Bab. 80 : Darurat
81 Bab. 81 : Suasana berubah
82 Bab. 82 : Masa tegang usai
83 Bab. 83 : Yugi mulai bergerak
84 Bab. 84 : Inkubator
85 Bab. 85 : Kabar baru
86 Bab. 86 : Bersiap
87 Bab. 87 : Keluarga tahu
88 Bab. 88 : Mengungkap fakta
89 Bab. 89 : Memastikan
90 Bab. 90 : Tidak sama dengan apa yang dikatakan mama
91 Bab. 91 : Nasehat ibu
92 Bab. 92 : Yana ingin tahu
93 Bab. 93 : Kisah Yugi
94 Bab. 94 : Mencoba membujuk
95 Bab. 95 : Masih mencoba
96 Bab. 96 : Permohonan restitusi
97 Bab. 97 : Minta tolong
98 Bab. 98 : Permintaan Rico
99 Bab. 99 : Mengaku salah
100 Bab. 100 : Bukan salah mu
101 Bab. 101 : Bagaimana keadaanmu, Vera?
102 Bab. 102 : Ada yang ingin bertemu denganmu
103 Bab. 103 : Boleh pulang
104 Bab. 104 : Sahabat sepanjang masa
105 Bab. 105 : Putusan hakim
106 Bab. 106 : Air mata
107 Bab. 107 : Sudah usai
108 Bab. 108 : Aku mencintai mu
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab. 1 Keputusan sepihak
2
Bab. 2 Persekongkolan
3
Bab. 3 Menikah
4
Bab. 4 Malam pertama
5
Bab. 5 Pulang ke rumah mertua
6
Bab. 6 Masih di rumah mertua
7
Bab. 7 Berangkat kerja
8
Bab 8. Kisah itu
9
Bab. 9 Ternyata dia disana
10
Bab. 10 Pindah rumah
11
Bab. 11 : Sarapan pertama
12
Bab. 12 Mulai bekerja
13
Bab. 13 Yugi gelisah
14
Bab. 14 Aku tidak masalah
15
Bab. 15 Kata orang
16
Bab. 16 : Menungguku
17
Bab. 17 : Ingin tahu tentangku?
18
Bab. 18 Aku yang pertama
19
Bab. 19 : Tiba di rumah mama
20
Bab. 20 : Ada apa dengan semua ini?
21
Bab. 21 : Mulai menyadari
22
Bab. 22 : Pengkhianat dan penggoda
23
Bab. 23 : Dia suamiku
24
Bab. 24 : Meja makan
25
Bab. 25 : Aku memang bodoh
26
Bab. 26 : Cobaan
27
Bab. 27 : Ingin tahu
28
Bab. 28 : Tamu di rumah Yugi
29
Bab. 29 : Wajah bahagia Yugi
30
Bab. 30 : Gaun yang berbeda
31
Bab. 31 : Hati yang terkoyak
32
Bab. 32 : Yugi geram
33
Bab. 33 : Geram
34
Bab. 34 : Setelah menangis
35
Bab. 35 : Aku tahu
36
Bab. 36 : Gugup
37
Bab. 37 : Suasana syahdu di ruang makan
38
Bab. 38 : Menyatu
39
Bab. 39 : Sesudahnya
40
Bab. 40 : Bertemu Vera dan Rico
41
Bab. 41 : Masih dengan mereka berdua
42
Bab. 42 : Kabar baru di tempat kerja
43
Bab. 43 : Keluarga yang hangat
44
Bab. 44 : Nikmat bukan?
45
Bab. 45 : Aku menyesal
46
Bab. 46 : Gosip buruk di kantor
47
Bab. 47 : Fakta terungkap
48
Bab. 48 : Membela istri
49
Bab. 49 : Kejutan di Jamuan makan
50
Bab. 50 : Ini rencana kalian?
51
Bab. 51 : Kenapa aku baru tahu?
52
Bab. 52 : Aku tidak ada hubungannya dengan kalian
53
Bab. 53 : Kelabu untuk Rico
54
Bab. 54 : Marah yang salah
55
Bab. 55 : Orang gila
56
Bab. 56 : Keputusan Yugi
57
Bab. 57 : Awal yang baru
58
Bab. 58 : Kantor Yugi
59
Bab. 59 : Hamil?
60
Bab. 60 : Rekan bisnis
61
Bab. 61 : Keputusan Rico
62
Bab. 62 : Firasat tidak enak
63
Bab. 63 : Aib
64
Bab. 64 : Perempuan gila
65
Bab. 65 : Usir dia!
66
Bab. 66 : Janinku sayang.
67
Bab. 67 : Tawaran
68
Bab. 68 : Undangan
69
Bab. 69 : Istirahat dulu
70
Bab. 70 : Pantry
71
Bab. 71 : Mesra
72
Bab. 72 : Orang di lobi
73
Bab. 73 : Mengawasi Nami
74
Bab. 74 : Sungguh tidak tahu diri
75
Bab. 75 : Kencan bertiga
76
Bab. 76 : Nasehat dokter
77
Bab. 77 : Bincang mereka
78
Bab. 78 : Pertemuan yang menjengkelkan
79
Bab. 79 : Mereka tidak pernah merasa salah
80
Bab. 80 : Darurat
81
Bab. 81 : Suasana berubah
82
Bab. 82 : Masa tegang usai
83
Bab. 83 : Yugi mulai bergerak
84
Bab. 84 : Inkubator
85
Bab. 85 : Kabar baru
86
Bab. 86 : Bersiap
87
Bab. 87 : Keluarga tahu
88
Bab. 88 : Mengungkap fakta
89
Bab. 89 : Memastikan
90
Bab. 90 : Tidak sama dengan apa yang dikatakan mama
91
Bab. 91 : Nasehat ibu
92
Bab. 92 : Yana ingin tahu
93
Bab. 93 : Kisah Yugi
94
Bab. 94 : Mencoba membujuk
95
Bab. 95 : Masih mencoba
96
Bab. 96 : Permohonan restitusi
97
Bab. 97 : Minta tolong
98
Bab. 98 : Permintaan Rico
99
Bab. 99 : Mengaku salah
100
Bab. 100 : Bukan salah mu
101
Bab. 101 : Bagaimana keadaanmu, Vera?
102
Bab. 102 : Ada yang ingin bertemu denganmu
103
Bab. 103 : Boleh pulang
104
Bab. 104 : Sahabat sepanjang masa
105
Bab. 105 : Putusan hakim
106
Bab. 106 : Air mata
107
Bab. 107 : Sudah usai
108
Bab. 108 : Aku mencintai mu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!