Yuli akhirnya mengantarkan Nami pulang. Namun Nami minta di turunkan di jalan. Dia tidak mau di antar sampai depan rumahnya.
"Rumah kamu yang mana?" tanya Yuli.
"Di sana."
"Hah? Kenapa enggak sekalian turun di sana. Kan kamu masih harus jalan kaki." Yuli terkejut.
"Iya," sahut Nami tidak jelas. Itu artinya dia enggan menjawab.
"Kamu enggak mau aku ketemu sama Yugi?"
"Enggak. Apa yang kamu katakan?" tanya Nami terkejut.
"Karena kita protes, kamu jadi menjauhkan temanmu ini dari Yugi?" tanya Yuli lagi.
"Apa sih? Sudah. Cepat pulang lah. Ini sudah waktunya istirahat. Terima kasih sudah mengantar." Nami menepuk pundak Yuli. Perempuan itu menipiskan bibir.
"Baiklah terserah. Jangan bertengkar meski kalian bukan sepasang suami istri pada umumnya," nasihat Yuli. Nami mengangguk.
"Iya Ibu. Aku akan mendengarkan semua nasihat ibu," ujar Nami berpura-pura menjadi seorang anak dari ibu tua.
"Kamu ini. Ya sudah, aku pulang." Yuli geram.
"Oke. Hati-hati, Yuli!" Nami melambai lalu melangkahkan kaki menuju rumah. Ini pertama kalinya ia berjalan di paving perumahan ini. Ia berjalan dengan tenang.
Ketika itu ia melihat seorang lelaki yang berdiri tidak jauh darinya. Pria itu terlihat gelisah. Nami hendak mempercepat langkah, tapi kemudian ia berjalan pelan saat melihat siapa yang ada di sana.
"Yugi?" sebut Nami terkejut. Ternyata itu suaminya. Pria itu membalikkan badan.
"Nami. Kamu akhirnya pulang," kata Yugi senang melihat Nami.
"Kenapa ada di sini? Kamu sedang apa?" tanya Nami heran
"Aku sedang menunggu mu," kata Yugi terlihat lega melihat Nami pulang dengan selamat.
Oh, dia menungguku. Nami sedikit merasa haru.
"Kenapa tidak masuk saja? Aku bukan anak kecil. Aku bisa pulang sendiri," kelit Nami menyembunyikan rasa harunya.
"Kamu pulang lebih lama. Padahal kamu bilang kamu akan pulang setelah aku berniat menjemput kamu tadi," kata Yugi.
Jadi dia cemas karena aku telat?
"Oh, ya. Itu karena ..." Nami kebingungan.
"Lain kali, kabari aku kalau kamu terlambat pulang. Karena aku tidak akan membiarkanmu pulang sendiri," kata Yugi memotong kalimat Nami yang menggantung. "Ayo, kita masuk," ajak Yugi.
"Ya," kata Nami memilih ikut masuk ke dalam rumah.
...***...
Pagi ini, ia ingin ke taman depan rumah. melihat tanaman hijau di sana, agar mata terasa segar. Sambil membawa ponsel ia, melenggang keluar. Karena terlalu fokus pada ponsel di ponselnya, tak sengaja ia menabrak Yugi.
"Aw!" pekik Nami karena kepalanya terantuk dada pria ini. Nami mendongak sambil meringis. "Oh maaf." Ia mundur karena menyadari menabrak Yugi.
"Hati-hati Nami," ujar Yugi seraya mengulurkan tangan. Sebenarnya Nami sudah bermaksud mau mengusap kepalanya, tapi Yugi sudah melakukannya lebih dulu. Meskipun Nami hendak bergerak menolak, Yugi sudah menggelengkan kepala untuk menghentikan usaha Nami untuk menghindar. Akhirnya dia diam sementara Yugi mengusap dahinya. “Sudah beritahu mama, kalau kita akan kesana?”
“Belum. Ini aku mau telepon mama. Jadi kita akan kesana akhir pekan?” tanya Nami antusias.
“Ya.” Yugi melepaskan tangannya dari dahi Nami. Kini giliran Nami mengelus dahinya.
“Aku telepon mama dulu untuk kasih tahu kedatangan kita,” kata Nami bersemangat. Yugi mengangguk. Senyumnya tertinggal saat perempuan itu berjalan ke depan. Ia terlalu senang saat melihat Nami kegirangan jika membahas mau pulang ke rumah keluarganya.
Perlu menunggu beberapa menit, telepon Nami di angkat oleh mamanya.
"Halo mama," sapa Nami setelah sambungan teleponnya di terima oleh mama. Perempuan ini begitu semangat untuk bicara dengan keluarganya.
"Halo. Ada apa Nami?" tanya mama di seberang.
"Oh, tidak. Nami hanya ingin bertanya kabarnya mama."
"Mama baik."
"Dan Vera?" tanya Nami.
"Tentu saja baik-baik saja."
"Syukurlah kalau begitu. Akhir pekan ini aku mau pulang ke rumah mama," kata Nami girang.
"Pulang? Kamu mau pulang?" terdengar nada terkejut di sana. "Kamu akan tinggal di rumah mama? Bukannya sudah ada suami mu. Kenapa harus tinggal di rumah mama?" tanya Mama heran. Nami berusaha mengabaikan karena itu aneh.
Nami menahan napas sejenak.
"Bukan. Nami hanya berkunjung, Ma."
"Oh, berkunjung? Ya ... datang saja. Mama pikir kamu mau pindah ke sini. Seorang istri kan seharusnya ikut suaminya." Kekeh mamah terdengar pelan.
"Tidak. Aku hanya mau berkunjung. Namun sepertinya Nami harus lihat jadwal dulu untuk kesana." Mendadak keinginan Nami pulang ke rumah keluarganya luruh.
"Kalau repot enggak perlu jenguk mama enggak apa-apa. Vera bisa menjaga mama kok. Kamu tenang-tenang saja hidup sama suami kamu."
"Begitu ya ...," jawab Nami lemah.
"Ya. Tentu saja."
Akhirnya ia mengakhiri percakapan di telepon lebih cepat. "Ya sudah. Mama selalu sehat ya, Nami mau ...."
Klik! Belum selesai Nami mengucapkan kata-kata selanjutnya, mama sudah menutup telepon. Nami terdiam. Ia tertegun. Menatap layar ponselnya dengan pikiran tidak menentu. Namun kemudian ia menghela napas.
"Oke. Sebaiknya segera bekerja. Oh, tidak. Aku harus segera membuat sarapan. Kalau tidak, aku akan kelaparan dan pusing di tempat kerja." Nami berbalik dari depan menuju ke dapur.
...***...
Dari dapur aroma harum sudah menyeruak. Ternyata itu ulah Yugi. Pria itu sudah menyelesaikan tugas memasaknya. Jadi ia tidak harus melakukan apa-apa lagi.
"Kamu sudah selesai menelepon mama?" tanya Yugi melihat istrinya muncul.
"Oh, y-ya." Sekilas Nami tampak gugup menjawab pertanyaan sederhana dari Yugi. "Jadi ... aku tidak perlu memasak?" tanya Nami melihat makanan sudah tersedia dia meja.
"Tentu saja tidak perlu. Aku juga membuat sarapan untuk kamu. Kita akan sarapan bersama sebentar lagi," kata Yugi.
Nami mengangguk. Dia menatap makanan itu dengan tatap mata kosong. Sepertinya percakapan dengan mamanya tadi membuat ia berpikir panjang.
"Ada yang tidak menyenangkan, Nami?" tanya Yugi saat mendekat membawa makanan terakhir yang akan mereka nikmati pagi ini.
"Tidak. Tidak ada," jawab Nami cepat, tapi itu justru menunjukkan bahwa ada sesuatu yang terjadi tadi. Yugi diam. Dia melihat perempuan itu menunduk melihat ke arah ponselnya di atas meja dengan sorot mata sedih.
"Lebih baik kita makan sekarang. Nanti kita akan mampir ke toko kue untuk teman-temanmu."
"Kue untuk temanku? Kenapa tiba-tiba?" tanya Nami heran.
"Emm ... hanya untuk berterima kasih."
"Berterima kasih untuk apa?" Raut wajah Nami terlihat masih heran dengan kalimat Yugi.
"Karena sudah mengantarkan istriku pulang dengan selamat," kata Yugi sambil tersenyum.
"A-apa itu? Tanpa kamu berterima kasih pun, mereka memang harus mengantarkan aku pulang dengan selamat. Mereka kan teman yang baik." Nami sedikit gugup saat berusaha mengaburkan senyuman Yugi dengan penyangkalan pada kalimatnya. Yugi hanya manggut-manggut.
..._______...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
seru_seruan
tanya tanya terus aja ke Yugi, Nami....
2022-12-11
1
☠ᵏᵋᶜᶟ 🥚⃟♡ɪɪs▵꙰ᵃⁱˢ𝐘ᵃ🇭⃝⃟♡🍆
astaghfirullah
2022-11-20
0
Eika
Nami cobalah mulai membuka hati untuk Yugi...😘😘
2022-11-03
0