Bab. 10 Pindah rumah

“S-saya?” tanya Nami menegaskan. Ia menunjuk dirinya sendiri. Merasa tidak yakin kalau pria ini bicara dengannya.

 

“Iya. Istrinya mas yang tadi ... Nah! Mas itu kan?” tanya pria itu menunjuk Yugi. Nami mengangguk saja.

 

“Anda temannya dia?” tanya Nami.

 

“Bukan. Hanya kenal barusan. Saat mas itu nungguin Mbak pulang. Dia sudah sejak tadi nungguin Mbak. Tak suruh telepon, katanya takut ganggu Mbak yang masih bekerja,” jelas pria ini.

 

Jadi Yugi sudah menunggu ku sejak tadi?

"Sepertinya kita harus saling bertukar nomor handphone," ujar Yugi saat di dalam mobil. Nami menoleh. Mereka berdua memang tidak pernah tahu nomor masing-masing. "Biar aku tahu kapan kamu pulang kerja." Pria itu menoleh ke samping juga.

 

"Ya," sahut Nami. Yugi meraih ponsel di sampingnya dan menyerahkan pada Nami.

 

"Tolong tulis nomor kamu," kata Yugi dengan sesekali menoleh ke depan karena masih menyetir. Nami menerima sodoran ponsel itu.

 

Saat hendak mengetik, ponsel ternyata masih terkunci.

 

"Handphone mu di kunci," kata Nami. Ia ingin menyerahkan ke Yugi untuk membukanya.

 

"Password-nya tanggal pernikahan kita," kata Yugi. Nami sebenarnya terkejut. Namun dia bisa segera menyembunyikan itu. Ternyata, Yugi lebih bisa menerima pernikahan terpaksa ini daripada dirinya. Bahkan menyelipkan sesuatu dari mereka berdua dalam kehidupannya. Yugi melirik. Nami mendengus samar.

"Sebentar lagi, kita akan berangkat untuk pindah," kata Yugi.

 

“Pindah? Kemana?” tanya Nami bingung.

 

“Rumah ku," sahut Yugi. Karena ia belum selesai cuti, rupanya pria ini menyiapkan segalanya. Termasuk kepindahan mereka di rumah milik Yugi sendiri. Nami sendiri baru tahu kalau dia akan di boyong ke rumah pria ini.

 

“Jadi kita tidak akan tinggal di rumah bunda?”

 

“Kamu ingin tetap tinggal di sini?” Yugi malah memberi tawaran. Dia mengartikan lain pertanyaan Nami. Namun sepertinya Yugi hanya ingin meledek Nami. Terlihat dari senyum tipis di bibirnya.

 

“Bukan.” Nami langsung menepisnya dengan cepat. “Kalau mau jujur dan di kabulkan, aku ingin pulang. Ingin tinggal di rumah ku sendiri. Rumah mama.” Nami mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. Dia tidak segan mengatakannya karena yakin Yugi tidak akan marah. Pun dia tahu Yugi tidak akan mengabulkan.

 

“Meski kamu adalah tumbal untuk membuat nama keluargamu tetap baik?” tanya Yugi mengejutkan. Nami menatap Yugi dalam. Sorot matanya yang tadi berapi-api ingin tinggal di rumahnya sendiri redup. Apa yang di katakan Yugi itu benar. Dia adalah korban keegoisan mama dan adiknya.

 

“Bagaimana pun keluarga tetaplah keluarga,” kata Nami pelan. Ada sesak di dadanya. Yugi tahu itu. Ia mendehem sebentar.

 

“Jangan jadi orang yang terlalu baik, Nami. Kamu bisa terluka sedalam-dalamnya,” kata Yugi.

 

“Aku bukan orang baik. Kamu tidak tahu sepenuhnya tentang aku,” tepis Nami. “Jangan melihat hanya dari luar.” Perempuan ini melipat semua pakaiannya ke dalam tas bepergian yang sudah di persiapkan Yugi.

 

Yugi memandang perempuan yang pernah di kenalnya sebagai calon kakak ipar agak lama.

 

“Benar. Aku memang belum tahu sepenuhnya tentang Mbak Nami selain sebagai calon kakak ipar,” kata Yugi setelahnya. Yugi kembali menambahkan embel-embel ‘Mbak’ pada namanya seperti semula.

...***...

Ada sedikit adegan mengharukan siang ini. Di saat Nami dan Yugi hendak berangkat ke rumah baru.

 

“Aduh ... Padahal Bunda belum puas tinggal bareng sama Nami, Yugi sudah memboyong istrinya pulang ke rumahnya sendiri.” Mertua mengelus dan memijit lengan Nami. Beliau menyayangkan kalau akhirnya menantunya akan tinggal di rumah yang sudah di beli putranya. Berpisah dengan keluarga di sini.

 

“Maafkan Nami,” ujar Nami canggung.

 

“Jangan meminta maaf. Nami tidak bersalah. Bunda saja yang berlebihan.” Ayah menasehati. Bunda melihat ke ayah mertua sambil menggerutu. Ini hari Minggu. Ayah ada di rumah. Sementara dirinya juga libur.

 

“Yugi itu terlalu mandiri. Padahal dia anak bungsu, tapi dia justru punya rumah sendiri. Biasanya kan bungsu itu ikut orangtuanya. Yugi enggak,” ujar mertua malah membicarakan putranya. Nami tersenyum tipis. Lalu memijit lengan mertua perempuan ini dengan pelan. Mencoba menenangkan lewat pijatan-pijatan itu.

 

Mungkin menjadi orangtua saat menikahkan anaknya itu tidak gampang. Ada rasa tidak rela saat mereka harus pergi ikut keluarga kecilnya yang baru.

 

“Kenapa terburu-buru pindah Yugi? Kalian belum lama di rumah ini,” kata Bunda.

 

“Biarkan Yugi mengambil keputusan sendiri,” kata ayah setuju.

 

“Tapi kan enggak perlu sekarang, Ayah.” Bunda tidak rela.

 

“Sekarang atau nanti itu sama saja. Kita harusnya bersyukur Yugi sudah bisa mengambil keputusan besar.” Ayah memberi nasehat.

 

Yugi tidak banyak bicara. Semua yang di katakan oleh ayah sudah tepat. Dia tidak perlu menambahkan lagi sebuah penjelasan untuk Bunda.

 

...***...

 

Mobil yang di tumpangi Yugi dan Nami tiba di kawasan perumahan. Nami belum pernah ke area ini, tapi ia pernah ke hunian di sebelah perumahan ini. Apartemen milik Rico.

 

“Belum pernah ke area ini?” tanya Yugi.

 

“Belum,” sahut Nami yakin. Meski enggan dia akhirnya menjawab.

 

“Mmm ... Jadi ini pertama kalinya, ya?” gumam Yugi. Nami menoleh ke samping. Pria itu tengah manggut-manggut samar. Ada yang di pikirkan Yugi. Dia pikir Yugi akan mengatakan sesuatu lagi. Ternyata pria itu justru diam. “Kita sudah sampai.”

 

Rumah Yugi tidak begitu jauh dari gerbang masuk perumahan. Hingga jika di tempuh dengan jalan kaki dari jalan besar, tidaklah sulit.

 

Nami turun dari mobil dengan perlahan. Dia masih belum yakin benar kalau harus tinggal di rumah baru lagi. Sementara itu, Yugi akan mengeluarkan barang-barang dari bagasi. Nami tersadar bahwa dia seharusnya membantu. Kakinya melangkah ke belakang untuk menyusul Yugi.

 

“Ada apa?” tanya Yugi saat melihat Nami menuju ke arahnya.

 

“Aku mau bantu,” sahut Nami.

 

“Tidak perlu. Jangan sungkan. Biarkan aku membawakan semuanya,” tolak Yugi seraya mengambil barang-barang dari dalam mobil.

 

“Aku tidak sungkan. Hanya terbiasa melakukan sendiri. Jadi aku ingin membawa barang ku sendiri,” jelas Nami menampik kata-kata Yugi. Dia masih berdiri di dekat pria itu. Menunggu bawaannya di serahkan padanya.

 

“Kalau begitu, biasakan dirimu berbagi denganku,” ujar Yugi yang kini melihat ke arahnya. “Selama ada aku, biarkan aku membantumu.”

 

Nami terdiam. Meski awalnya ia yang melihat ke arah Yugi terlebih dahulu, tapi mendadak ia kalah saat pria ini mulai benar-benar melihat ke arahnya.

 

“Terserah kamu.” Nami menjauh dari bagasi. Memilih melihat-lihat ke sekitar rumah dengan tangan di lipat. Namun benaknya justru berpikir ke arah lain. Dimana itu adalah apartemen Rico.

 

Hhh ... Kenapa ingat dia. Nami menunduk dan menendang kerikil kecil di depannya. Menggeram pelan dan berdecih kesal.

 

...____...

Terpopuler

Comments

seru_seruan

seru_seruan

Yugi masih banyak misteri.

2022-12-11

0

%ER%

%ER%

betul....
jangan memperbesar masalah yg hanya seupil😁

2022-11-01

1

Hesti Ariani

Hesti Ariani

disini nami masih mengikuti perasaan kecewanya. padahal yugi sudah berusaha menerima.

2022-11-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Keputusan sepihak
2 Bab. 2 Persekongkolan
3 Bab. 3 Menikah
4 Bab. 4 Malam pertama
5 Bab. 5 Pulang ke rumah mertua
6 Bab. 6 Masih di rumah mertua
7 Bab. 7 Berangkat kerja
8 Bab 8. Kisah itu
9 Bab. 9 Ternyata dia disana
10 Bab. 10 Pindah rumah
11 Bab. 11 : Sarapan pertama
12 Bab. 12 Mulai bekerja
13 Bab. 13 Yugi gelisah
14 Bab. 14 Aku tidak masalah
15 Bab. 15 Kata orang
16 Bab. 16 : Menungguku
17 Bab. 17 : Ingin tahu tentangku?
18 Bab. 18 Aku yang pertama
19 Bab. 19 : Tiba di rumah mama
20 Bab. 20 : Ada apa dengan semua ini?
21 Bab. 21 : Mulai menyadari
22 Bab. 22 : Pengkhianat dan penggoda
23 Bab. 23 : Dia suamiku
24 Bab. 24 : Meja makan
25 Bab. 25 : Aku memang bodoh
26 Bab. 26 : Cobaan
27 Bab. 27 : Ingin tahu
28 Bab. 28 : Tamu di rumah Yugi
29 Bab. 29 : Wajah bahagia Yugi
30 Bab. 30 : Gaun yang berbeda
31 Bab. 31 : Hati yang terkoyak
32 Bab. 32 : Yugi geram
33 Bab. 33 : Geram
34 Bab. 34 : Setelah menangis
35 Bab. 35 : Aku tahu
36 Bab. 36 : Gugup
37 Bab. 37 : Suasana syahdu di ruang makan
38 Bab. 38 : Menyatu
39 Bab. 39 : Sesudahnya
40 Bab. 40 : Bertemu Vera dan Rico
41 Bab. 41 : Masih dengan mereka berdua
42 Bab. 42 : Kabar baru di tempat kerja
43 Bab. 43 : Keluarga yang hangat
44 Bab. 44 : Nikmat bukan?
45 Bab. 45 : Aku menyesal
46 Bab. 46 : Gosip buruk di kantor
47 Bab. 47 : Fakta terungkap
48 Bab. 48 : Membela istri
49 Bab. 49 : Kejutan di Jamuan makan
50 Bab. 50 : Ini rencana kalian?
51 Bab. 51 : Kenapa aku baru tahu?
52 Bab. 52 : Aku tidak ada hubungannya dengan kalian
53 Bab. 53 : Kelabu untuk Rico
54 Bab. 54 : Marah yang salah
55 Bab. 55 : Orang gila
56 Bab. 56 : Keputusan Yugi
57 Bab. 57 : Awal yang baru
58 Bab. 58 : Kantor Yugi
59 Bab. 59 : Hamil?
60 Bab. 60 : Rekan bisnis
61 Bab. 61 : Keputusan Rico
62 Bab. 62 : Firasat tidak enak
63 Bab. 63 : Aib
64 Bab. 64 : Perempuan gila
65 Bab. 65 : Usir dia!
66 Bab. 66 : Janinku sayang.
67 Bab. 67 : Tawaran
68 Bab. 68 : Undangan
69 Bab. 69 : Istirahat dulu
70 Bab. 70 : Pantry
71 Bab. 71 : Mesra
72 Bab. 72 : Orang di lobi
73 Bab. 73 : Mengawasi Nami
74 Bab. 74 : Sungguh tidak tahu diri
75 Bab. 75 : Kencan bertiga
76 Bab. 76 : Nasehat dokter
77 Bab. 77 : Bincang mereka
78 Bab. 78 : Pertemuan yang menjengkelkan
79 Bab. 79 : Mereka tidak pernah merasa salah
80 Bab. 80 : Darurat
81 Bab. 81 : Suasana berubah
82 Bab. 82 : Masa tegang usai
83 Bab. 83 : Yugi mulai bergerak
84 Bab. 84 : Inkubator
85 Bab. 85 : Kabar baru
86 Bab. 86 : Bersiap
87 Bab. 87 : Keluarga tahu
88 Bab. 88 : Mengungkap fakta
89 Bab. 89 : Memastikan
90 Bab. 90 : Tidak sama dengan apa yang dikatakan mama
91 Bab. 91 : Nasehat ibu
92 Bab. 92 : Yana ingin tahu
93 Bab. 93 : Kisah Yugi
94 Bab. 94 : Mencoba membujuk
95 Bab. 95 : Masih mencoba
96 Bab. 96 : Permohonan restitusi
97 Bab. 97 : Minta tolong
98 Bab. 98 : Permintaan Rico
99 Bab. 99 : Mengaku salah
100 Bab. 100 : Bukan salah mu
101 Bab. 101 : Bagaimana keadaanmu, Vera?
102 Bab. 102 : Ada yang ingin bertemu denganmu
103 Bab. 103 : Boleh pulang
104 Bab. 104 : Sahabat sepanjang masa
105 Bab. 105 : Putusan hakim
106 Bab. 106 : Air mata
107 Bab. 107 : Sudah usai
108 Bab. 108 : Aku mencintai mu
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab. 1 Keputusan sepihak
2
Bab. 2 Persekongkolan
3
Bab. 3 Menikah
4
Bab. 4 Malam pertama
5
Bab. 5 Pulang ke rumah mertua
6
Bab. 6 Masih di rumah mertua
7
Bab. 7 Berangkat kerja
8
Bab 8. Kisah itu
9
Bab. 9 Ternyata dia disana
10
Bab. 10 Pindah rumah
11
Bab. 11 : Sarapan pertama
12
Bab. 12 Mulai bekerja
13
Bab. 13 Yugi gelisah
14
Bab. 14 Aku tidak masalah
15
Bab. 15 Kata orang
16
Bab. 16 : Menungguku
17
Bab. 17 : Ingin tahu tentangku?
18
Bab. 18 Aku yang pertama
19
Bab. 19 : Tiba di rumah mama
20
Bab. 20 : Ada apa dengan semua ini?
21
Bab. 21 : Mulai menyadari
22
Bab. 22 : Pengkhianat dan penggoda
23
Bab. 23 : Dia suamiku
24
Bab. 24 : Meja makan
25
Bab. 25 : Aku memang bodoh
26
Bab. 26 : Cobaan
27
Bab. 27 : Ingin tahu
28
Bab. 28 : Tamu di rumah Yugi
29
Bab. 29 : Wajah bahagia Yugi
30
Bab. 30 : Gaun yang berbeda
31
Bab. 31 : Hati yang terkoyak
32
Bab. 32 : Yugi geram
33
Bab. 33 : Geram
34
Bab. 34 : Setelah menangis
35
Bab. 35 : Aku tahu
36
Bab. 36 : Gugup
37
Bab. 37 : Suasana syahdu di ruang makan
38
Bab. 38 : Menyatu
39
Bab. 39 : Sesudahnya
40
Bab. 40 : Bertemu Vera dan Rico
41
Bab. 41 : Masih dengan mereka berdua
42
Bab. 42 : Kabar baru di tempat kerja
43
Bab. 43 : Keluarga yang hangat
44
Bab. 44 : Nikmat bukan?
45
Bab. 45 : Aku menyesal
46
Bab. 46 : Gosip buruk di kantor
47
Bab. 47 : Fakta terungkap
48
Bab. 48 : Membela istri
49
Bab. 49 : Kejutan di Jamuan makan
50
Bab. 50 : Ini rencana kalian?
51
Bab. 51 : Kenapa aku baru tahu?
52
Bab. 52 : Aku tidak ada hubungannya dengan kalian
53
Bab. 53 : Kelabu untuk Rico
54
Bab. 54 : Marah yang salah
55
Bab. 55 : Orang gila
56
Bab. 56 : Keputusan Yugi
57
Bab. 57 : Awal yang baru
58
Bab. 58 : Kantor Yugi
59
Bab. 59 : Hamil?
60
Bab. 60 : Rekan bisnis
61
Bab. 61 : Keputusan Rico
62
Bab. 62 : Firasat tidak enak
63
Bab. 63 : Aib
64
Bab. 64 : Perempuan gila
65
Bab. 65 : Usir dia!
66
Bab. 66 : Janinku sayang.
67
Bab. 67 : Tawaran
68
Bab. 68 : Undangan
69
Bab. 69 : Istirahat dulu
70
Bab. 70 : Pantry
71
Bab. 71 : Mesra
72
Bab. 72 : Orang di lobi
73
Bab. 73 : Mengawasi Nami
74
Bab. 74 : Sungguh tidak tahu diri
75
Bab. 75 : Kencan bertiga
76
Bab. 76 : Nasehat dokter
77
Bab. 77 : Bincang mereka
78
Bab. 78 : Pertemuan yang menjengkelkan
79
Bab. 79 : Mereka tidak pernah merasa salah
80
Bab. 80 : Darurat
81
Bab. 81 : Suasana berubah
82
Bab. 82 : Masa tegang usai
83
Bab. 83 : Yugi mulai bergerak
84
Bab. 84 : Inkubator
85
Bab. 85 : Kabar baru
86
Bab. 86 : Bersiap
87
Bab. 87 : Keluarga tahu
88
Bab. 88 : Mengungkap fakta
89
Bab. 89 : Memastikan
90
Bab. 90 : Tidak sama dengan apa yang dikatakan mama
91
Bab. 91 : Nasehat ibu
92
Bab. 92 : Yana ingin tahu
93
Bab. 93 : Kisah Yugi
94
Bab. 94 : Mencoba membujuk
95
Bab. 95 : Masih mencoba
96
Bab. 96 : Permohonan restitusi
97
Bab. 97 : Minta tolong
98
Bab. 98 : Permintaan Rico
99
Bab. 99 : Mengaku salah
100
Bab. 100 : Bukan salah mu
101
Bab. 101 : Bagaimana keadaanmu, Vera?
102
Bab. 102 : Ada yang ingin bertemu denganmu
103
Bab. 103 : Boleh pulang
104
Bab. 104 : Sahabat sepanjang masa
105
Bab. 105 : Putusan hakim
106
Bab. 106 : Air mata
107
Bab. 107 : Sudah usai
108
Bab. 108 : Aku mencintai mu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!