Menikah? Aku memang punya rencana menikah. Namun ada masalah yang tidak bisa di abaikan. Aku tidak bisa mentolerir sesuatu itu demi menikah. Hingga akhirnya aku seperti sekarang. Haruskah aku menikah dengan rencana yang sangat menyakitkan ini? Menikah dengan calon suami adikku.
Setelah mendapat mandat dari mama untuk menikah dengan calon adik iparnya, Nami mencari adiknya. Ia ingin mengungkapkan kemarahan dan protesnya pada gadis yang _ oh tidak, dia bukan gadis lagi karena tengah hamil. Ia ingin tahu lebih jelas soal dirinya yang menjadi pengganti. Kenapa dan kenapa?
Nami tidak tahu kemana mama pergi setelah memberikan kabar tidak menyenangkan itu. Namun sekarang dia bisa menemukan adiknya. Dia baru saja muncul dari pintu utama rumah ini.
“Vera!” panggil Nami. Adiknya itu menoleh. Sepertinya Vera baru saja dari jalan-jalan. Terlihat dari pakaiannya yang mencolok. Begitu mewah hingga Nami sendiri merasa Vera bukan bagian dari keluarga ini yang tidak seberapa kaya. Hanya mengandalkan pensiunan papa yang tidak terlalu banyak.
“Oh, Mbak Nami.”
“Apa yang sedang terjadi?” tanya Nami membuat Vera mengerutkan keningnya karena tidak paham. “Dengan pernikahanmu dan Yugi. Kenapa bisa batal?" Nami langsung menyebut itu saat melihat adiknya bingung.
“Itu ... “ Vera ragu. Bola matanya beredar kebingungan. Ia tidak ingin membicarakan dirinya yang sudah membuat kesalahan besar.
“Kamu hamil? Kamu mengkhianati Yugi?” tanya Nami beruntun. Vera langsung beringsut. Ia menunduk dan meremas tasnya.
“M-maafkan aku Mbak. Aku sudah menodai wajah keluarga kita,” kata Vera tersendat. Dia mau menangis.
“Bukan itu Ver, tapi soal aku yang harus menikah dengan kekasihmu itu. Yugi,” tepis Nami seakan soal wajah keluarga sudah tidak peduli lagi. Ia hanya ingin memperjuangkan dirinya yang akan di jadikan tumbal karena kesalahan yang tidak diperbuatnya.
“Itu ... Aku tidak tahu Mbak,” kata Vera. Sepertinya Vera ingin menyembunyikan soal kehamilan itu.
“Kenapa tidak tahu? Bukannya kamu yang sebenarnya harus menikah dengan Yugi kan? Lalu kenapa tiba-tiba aku yang akan menggantikan?” tanya Nami tidak terima.
“Mama yang memutuskan, bukan aku.” Akhirnya Vera buka suara. Raut wajahnya berubah. Dia tidak jadi menangis.
“Aku tahu, tapi apa kamu tidak ingin menolaknya?”
“Aku tidak bisa menolak, Mbak. Kan mama yang membuat keputusan.” Tampak Vera tidak mau di salahkan. Wajah sedih adiknya tadi berganti ekspresi begitu cepat. Sekarang raut wajah itu terlihat kesal karena di tuduh peluh Nami.
“Yugi itu kan kekasihmu, Ver. Apa kamu ... tidak ada bayangan apa-apa kalau akhirnya Yugi akan menikah denganku?” tanya Nami lambat.
“Bayangan apa?” tanya Vera tampak tidak peduli. Wajah menunduk karena merasa bersalah lenyap. Dia tampak bertingkah.
“Kita berdua tidak saling mencintai, Ver. Kamu pasti bisa membayangkan bagaimana aku dan Yugi jika menikah nanti.” Belum menikah saja Nami bisa membayangkan kehidupan pernikahannya tidak karu-karuan.
“Mbak ini mau menyuruh aku untuk membatalkan pernikahan itu ya?” tanya Vera dengan sikap angkuh. Nami mengernyitkan dahi. Sikap itu membuatnya tidak nyaman. “Maaf ya Mbak. Aku itu enggak bisa membatalkan pernikahan ini. Kasihan mama kalau sampai batal. Mama kan sudah pesan WO buat acara itu. Sudah kasih uang ke mereka.”
Nami memang ingin Vera meminta pada mama untuk membatalkan pernikahan ini. Karena bagaimana pun ini bukan pesta untuknya. Ini milik Vera adiknya. Namun setelah melihat sikap dan ekspresi wajah gadis di depannya, Nami urung mengatakan iya.
Mendadak Vera bertingkah seolah tidak bersalah. Gadis ini bersikap sedikit kurang ajar padanya. Itu benar-benar tidak terduga. Nami sempat terkejut dengan perubahan sikap itu.
Apa yang mendasari gadis ini hingga bisa bersikap seperti itu padanya?
“Jadi kamu membiarkan aku tetap menikah dengan Yugi?” tanya Nami dengan amarah yang tertahan.
“Ya. Mau bagaimana lagi,” jawab Vera santai. Nami tertegun. Bocah ini tidak merasa bersalah. Sungguh sikapnya itu sangat kurang ajar dan seperti tidak pernah punya tata krama. Apa Vera memang seperti itu sikapnya?
“Ada apa Vera?” tanya mama muncul di belakang. Gadis itu segera berlari ke arah mama dan memeluknya dengan manja.
“Enggak ada apa-apa kok, Ma,” kata Vera seraya melirik ke arah Nami sebentar. Sementara perempuan ini masih membeku di tempatnya.
“Benar, enggak ada apa-apa?” tanya mama ikut melihat Nami sebentar lalu berganti melihat putri bungsunya lagi.
“Benar, kok.” Vera tampak bermanja-manja di pelukan mama. Namun sepertinya mama tidak percaya. Beliau menatap Nami dengan tatapan curiga.
“Kamu bukan sedang memarahi adikmu soal pernikahan itu kan?” tegur mama yang membuat Nami makin tertegun. Mama memilih ingin memarahinya, daripada tidak membahas persoalan itu.
Tampak di matanya, dua orang itu bersekongkol menjerumuskan dirinya pada pernikahan yang tidak diinginkannya. Mama mendukung Vera yang sebenarnya adalah biang permasalahan dari semua ini.
“Ya, tapi aku tidak berhasil,” jawab Nami mengaku. Itu membuat mama dan adiknya terkejut. Mereka berpikir mungkin Nami akan diam, tapi ternyata tidak.
“Itu keputusan Mama, Nami. Adikmu hanya mengikuti keinginan Mama!" Mama tampak tidak senang mendengar pengakuan Nami yang sengaja memarahi adiknya karena pernikahan yang di limpahkan padanya. Vera makin mendekatkan diri pada mamanya. "Kamu itu kan sudah berumur hampir tiga puluh, jadi pantaslah kalau kamu itu menikah lebih dulu dari Vera. Lagipula kamu itu seharusnya merasa beruntung mendapat suami tanpa repot-repot mencari. Ya ... meskipun Yugi hanya seorang karyawan biasa. Kamu itu ..."
“Ya. Maaf, Ma," potong Nami. "Aku memang tidak bisa membantah mama. Tidak apa-apa. Aku akan bertanggung jawab dengan kesalahan yang tidak aku perbuat. Aku akan menikah. Memaksa untuk menolak juga percuma. Mama sudah membuat keputusan karena memperhatikan nama keluarga.” Nami langsung menyetujui tanpa membantah. Kalimatnya sangat dingin.
"Baguslah kalau kamu mengerti. Kamu kan anak pertama, mama tahu kamu pasti bisa membanggakan keluarga," kata perempuan itu masih memeluk Vera yang tersenyum tipis.
Nami mendengus mendengar ia bisa membanggakan keluarga. Bukan bangga yang ia rasakan nanti, tapi sakit hati di manfaatkan oleh mereka berdua. Namun entah kenapa, Nami tidak bisa membantah. Semua penolakan tertahan di tenggorokan.
“Benar. Nama keluarga lebih penting ...” dari perasaanku putrinya, lanjut Nami dalam batinnya.
Kata-kata terakhir terucap hanya di dalam batinnya. Dia tahu ini tidak adil, tapi dia tidak bisa berontak. Nami harus patuh demi berbakti kepada orang tua. Dia yang sudah dewasa di bandingkan Vera, tentu tahu harus bagaimana.
Tanpa bicara lagi, Nami menjauh dari mereka. Kemana? Kemana lagi kalau tidak masuk ke kamar. Menangis sepuasnya di sana. Tempat paling damai dalam situasi seperti ini. Tidak terlihat mereka berdua yang sepertinya tidak peduli dengannya.
..._______...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Mbah Edhok
kemungkinan vera membatalkan pernikahanya dengan Yugi karena Yudi pegawai biasa seperti tercetus dari mulut mama ... kurang wow ... alur di part awal sudah bikin gregetan karena ulah Vera dan Mama ...
2023-11-30
0
tististis
masih untung banget Nami nya baik ama emaknya.
kalo ini dikehidupan nyata, mboh lah.
bisa ngamok² orang yg Nami.
tapi herannya,
kelakuan Pera yg naudzubillah gini kok emaknya bisa santai² aja y.
malah ngebelain.
2022-12-09
0
✨rossy
terus itu yg udah hamil gimana????
2022-10-27
1