Sore, jam pulang kerja.
Nami keluar bersama teman-temannya.
“Langsung pulang atau gimana Nami?” tanya Mila.
“Ya langsung pulang dong. Kan pengen segera ketemu sama suami,” ledek Ina. Nami hanya tersenyum tipis. Tidak ada bayangan apa-apa dalam benaknya. Ia benar-benar tidak bisa berpikir. Entah ia harus apa dan bagaimana.
Bahkan pulang kerja sekarang pun dia tidak tahu harus menunggu di jemput atau pulang sendiri naik ojek. Atau bahkan minta antar teman-temannya. Karena dia tidak tahu nomor ponsel Yugi. Pernikahan yang mendadak ini membuat Nami tidak mampu berpikir.
Mungkin saat bekerja tadi, dia masih bisa fokus. Karena pekerjaan tidak membuatnya sakit hati dan tertekan. Ya ... meskipun Rico sempat membuatnya gerah karena harus membahas masa yang sudah usai itu.
“Kalian mau nongkrong dulu kan?” tanya Nami. Mereka mengangguk. “Aku ikut kalian.”
“Beneran nih ikut kita? Kamu kan masih pengantin baru.” Yuli mengingatkan. Teman yang beda divisi dengan mereka.
“Ya,” sahut Nami sambil tersenyum. Entah apa yang sedang ia jalani sekarang? Menikah tapi tidak menikah. Menunggu tapi tidak tahu siapa yang di tunggu. Karena Yugi pasti tidak tahu kapan ia pulang. Jadi kemungkinan muncul sekarang juga sangat kecil. Lagipula kemana pria itu sekarang, Nami tidak tahu.
Mereka berempat masuk ke dalam cafe yang tidak jauh dari gedung perusahaan tempat mereka bekerja. Tempat nongkrong karyawan perusahaan.
Dari lantai atas tempat mereka nongkrong, Nami menemukan mobil yang tidak asing. Ia menduga itu mobil milik Yugi. Namun tidak mungkin, karena sejak tadi mobil itu sudah ada di sana. Saat mereka keluar dari perusahaan. Jika begitu, seharusnya pria itu muncul dan menghampirinya.
Ia mencoba mengabaikan. Dia kembali mencoba menikmati acara bersama teman-temannya. Mungkin dia tidak akan bisa keluar seperti ini karena tinggal dengan mertua. Meski terpaksa ia harus tahu sopan santun juga. Bukan bertingkah seenaknya sendiri.
“Eh, pria tampan itu melihat ke sini. Apa dia tertarik sama kita?” seru Ina tiba-tiba. Dia tampak percaya diri seraya tergelak. Mila ikut melihat ke seberang jalan.
“Iya. Pria itu tampan juga. Kayaknya sih lebih muda dari kita. Tunggu ... Apa kita pernah bertemu dengan pria itu? Kok aku merasa enggak asing?” Mila mengerutkan kening. Ingin lebih fokus pada pria di seberang yang masih melihat ke arah mereka.
“Emang bener? Masa sih? Kita ketemu pria tampan itu dimana?” Ina juga mengerutkan dahinya untuk fokus pada pria si seberang. Dia mencoba lebih memperhatikan.
Nami menyeruput minumannya. Lalu ia ikut melihat ke seberang jalan juga karena teman-temannya heboh. Saat itu, mata Nami menemukan Yugi disana. Keduanya saling memandang dari kejauhan. Nami mengerjapkan mata.
“Yugi ...” gumam Nami terkejut.
Ina dan Mila menoleh bersamaan. Yuli yang tadi menunduk, kini ikut melihat.
“Siapa, Mi? Kok kenal?” tanya Ina.
“Bukannya dia suaminya, Nami,” kata Yuli. Ina dan Mila langsung menoleh ke seberang lagi. Pria itu masih di sana.
“Eh, kalau di tamatin wajahnya, itu memang suaminya Nami.” Mereka pun sadar kalau itu Yugi. Nami mengerjapkan matanya lagi. Dia bingung. Tidak menduga pria itu ada di sana. Berarti mobil yang dia lihat tadi memang milik Yugi.
“Kok enggak turun, Nami? Bukannya suami kamu nunggu di sana?” tanya Yuli heran.
“Oh, itu. Ya. Mungkin saja dia bukan mencariku,” kata Nami membuat teman-temannya heran. Mereka menatap Nami bersamaan.
“Hee ... Memangnya siapa lagi yang dia cari kalau bukan kamu, Namiii ... Di sini yang jadi istrinya kan kamu,” tunjuk Ina langsung dengan suara menggelegar.
“Cepat turun gih! Kalau enggak, aku yang turun nih sambil narik kamu!” Mila mengancam. Mereka bertiga melihat ke arah Nami. Perempuan ini akhirnya berdiri.
“Aku turun ya. Nanti WA aja untuk biaya makannya,” kata Nami.
“Iya, iya. Sudah sana! Cepat susulin suami tercinta kamu,” kata mereka tanpa tahu bibir Nami menipis karena kesal. Nami turun dan berjalan menuju pintu keluar. Ketika Yugi sudah mau masuk ke dalam. Mereka bertemu tepat di ambang pintu.
“Permisi,” ujar sebuah suara membuat Nami yang sempat berhenti, terkejut. Yugi menarik tubuh Nami untuk geser. Memberi jalan pada pria yang baru saja lewat.
“Aku mau ke atas. Ternyata kamu sudah turun.” Yugi mengatakan niatnya.
“Kamu ada keperluan lain atau memang ...”
“Tentu saja menjemputmu,” kata Yugi memotong dugaan Nami. Kepala Nami mengangguk. Dia yang sempat kebingungan harus bagaimana tadi, kini sedikit lega. Statusnya jelas. Dia di jemput. “Enggak mau kembali ke atas?” tawar Yugi. “Sepertinya kamu sedang bersenang-senang. Aku tunggu kalau kamu masih ingin dengan teman-temanmu."
“Enggak,” sahut Nami singkat. Meskipun ingin, dia mencoba menghormati Yugi yang sudah berniat menjemputnya.
“Kalau begitu, kita pulang,” kata Yugi. Nami mengangguk. Kaki mereka pun mencoba bersiap untuk menyeberang. Nami bingung saat Yugi pindah tempat. Rupanya pria itu ingin Nami ada di dalam posisi aman. Jadi Yugi memposisikan dirinya berada di depan.
Sementara keduanya menunggu kendaraan yang lalu lalang sepi untuk menyeberang, ketiga wanita di lantai atas cafe di belakang mereka sibuk berkomentar.
“Eh, apa kalian enggak mikir agak aneh ya si Nami,” celetuk Mila.
“Eh, kamu berpikir gitu juga?” tunjuk Ina merasa sehati.
“Aneh gimana?” tanya Yuli yang memang jadi orang paling dewasa di antara mereka berempat.
“Hayo ... siapa dari kita bertiga yang tahu kalau Nami itu dekat sama Yugi?” tanya Mila. Yuli dan Ina menyimak.
“Enggak tahu,” sahut Ina. Yuli diam saja.
“Selama ini, kita selalu bercerita apapun berempat. Terus kenapa soal Yugi ini, Nami enggak cerita?” Mila mulai mengemukakan pemikirannya.
“Mungkin saja lupa,” kata Ina asal.
“Yey, lupa kok sampai ke pelaminan. Awet bener enggak cerita apapun ke kita.” Mila tidak setuju.
“Yang penting enggak ngaruh ke kita ya sudah. Jangan memperbesar masalah yang sebenarnya hanya se-upil," kata Yuli.
Mereka berdua langsung kicep saat si ratu bijaksana bicara.
Sementara temannya sibuk bicara soal dirinya, Nami dan Yugi sudah sampai di seberang.
“Tunggu sebentar ya ... Kamu tetap di sini.,” ujar Yugi yang langsung melesat pergi membuat Nami terheran-heran. Pria itu berjalan ke pinggir jalan. Dimana ada kios rokok kecil. Seorang bapak tua menunggui kios itu. Pria itu terlihat tengah berbincang sejenak dengan si bapak tua.
“Oh, ini Mbak-nya yang di tungguin sama mas tadi?” tegur seseorang yang melintas di dekat mobil Yugi. Nami mengerjap. Dia tidak mengenal pria yang seumuran Yugi, yang kini sedang menegurnya ini. “Akhirnya ketemu juga, Mbak?” tanya pria itu.
..._______...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Mbah Edhok
Yugi seperti banyak mengalah untuk Nami ... ini misteri Yugi sekeluarga...
2023-11-30
0
tististis
Yugi yg penuh misteri.
2022-12-09
0
Hesti Ariani
yugi ini sabarnya ngadepi nami yg masih setengah menerima pernikahannya.
kapan2 buat pov yugi ya mbak lady. kenapa dia mau2 aja menikah dg nami
2022-11-01
2