Bab. 5 Pulang ke rumah mertua

Nami mulai menjalankan rangkaian urut-urutan menjadi seorang menantu. Setelah pesta dan ... Anggap saja malam pertama di kamar hotel, kini waktunya mereka pulang. Dan yang membuat Nami harus merasa terbebani adalah ... Mereka harus pulang ke rumah orangtua Yugi. Mertua Nami.

 

“Mbak, pusing?” tanya Yugi dalam perjalanan pulang dari hotel. Dia melihat Nami yang duduk di sampingnya sembari memijit kepala. Kepala perempuan itu langsung menoleh ke samping dengan cepat. Bahkan pandangannya tajam.

 

"Enggak,” sahut Nami cepat. “Aku enggak mau basa-basi, ya. Aku mau tanya. Apa kamu enggak marah, kesal, sedih, atau apa?” tanya Nami setelah menghela napas. Dia menatap Yugi yang menyetir di sampingnya.

 

“Kenapa?”

 

“Kenapa? Kamu nyadar enggak sih kalau kita ini menikah?” tanya Nami gusar. Ia menghembuskan napas kasar.

 

“Iya. Aku sadar, Mbak."

 

“Terus kenapa tenang-tenang saja?” Nami tidak percaya.

 

“Ini soal apa, Mbak?” Yugi tidak langsung mengerti. Entah dia bodoh atau tidak peduli. Wajahnya memang terlalu datar dan cuek untuk masalah pernikahan ini.

 

“Kalau kamu sadar bahwa kamu menikah dengan aku, seharusnya kamu cemas dong. Karena apa? Karena kita ini bukan pasangan suami istri sebenarnya,” jelas Nami. Mengulang lagi kalimat ini untuk mengingatkan Yugi.

 

“Kenapa bukan suami istri? Bukannya kita sudah melakukannya pernikahan ini dengan sah tadi?” tanya Yugi seperti bocah polos. Nami menggelengkan kepala dengan gelak tawa remeh.

 

“Kita ini bukan pasangan yang saling mencintai, Yugi. Calon istri kamu itu kan sebenarnya bukan aku, melainkan adikku. Dan pastinya yang di cintai kamu itu dia, bukan aku. Pernikahan tadi hanya pencitraan.”

 

“Pencitraan ya ... Terus kenapa?”

 

“Bagaimana kita akan berhadapan dengan orang tua kamu nanti?” tanya Nami.

 

“Ya, hadapi saja.”

 

“Hadapi saja gimana? Apa kamu bisa bersikap layaknya suami pada istrinya di depan keluarga kamu? Kita ini kan hanya pengalihan soal adikku yang ...” Nami menghentikan kalimatnya. Dia tidak ingin menjelek-jelekkan adiknya. “Pokoknya kita kan hanya pasangan yang tidak tepat.”

 

“Bisa. Aku bisa bersikap seperti suami pada umumnya,” jawab Yugi tegas. Nami mengerutkan kening.

 

“Bisa? Wow. Kamu sangat amazing sekali. Aku salut. Aku perlu memberi kamu tepuk tangan.” Nami bertepuk tangan pelan seraya tersenyum mencemooh. “Lalu aku? Bagaimana aku melakukannya? Aku tidak mau berpura-pura.”

 

“Mbak bisa enggak perlu berpura-pura. Aku juga tidak apa-apa. Lakukan saja apa yang Mbak ingin lakukan,” sahut Yugi begitu tenang. Dan itu sangat menjengkelkan bagi Nami. Perempuan ini pun membuang muka ke arah jendela di sampingnya.

 

Enteng sekali bocah ini mengatakan itu. Aku tidak menyangka Yugi se-cuek ini. Apa ini yang membuat adikku sampai harus berselingkuh dan memilih tidur dengan orang lain? Atau jangan-jangan mereka juga sudah tidur bareng. Oh tidak. Aku benar-benar di jebak adikku.

 

"Aku tidak akan bisa melakukan apa-apa, Yugi. Aku malu menghadapi orangtua mu. Karena adikku yang ..." Nami tidak meneruskan kalimatnya.

 

"Kenapa ragu mengatakannya? Aku sudah tahu soal Vera yang hamil," kata Yugi. Nami menyelipkan anak rambut yang jatuh di belakang telinganya. Itu benar. Bukankah Yugi sudah tahu itu.

 

... ***...

 

Pagi sekali, Yugi dan Nami check out dari hotel. Nami tidak ingin berlama-lama di kamar hotel itu dengan Yugi. Mereka langsung menuju dapur karena semua anggota keluarga sedang berkumpul di sana.

 

“Aduh, menantu Bunda ...” Ibu Yugi langsung menyambut Nami dan memeluknya. Nami tertegun. Ia segera tersenyum sambil membungkuk sedikit. Mencium punggung tangan bunda Yugi. Setelah itu giliran Yugi yang memeluk bundanya. “Bunda sudah kepikiran tadi. Takutnya kalian nanti enggak mau tinggal di sini ...”

 

Pikiran itu memang sempat terlintas di benaknya. Dia enggan tinggal dalam satu atap dengan mertua. Nami bukan takut karena banyaknya cerita yang beredar soal mertua yang menyetir anaknya dalam berumah tangga. Namun dia enggan karena dirinya belum benar-benar siap jadi menantu keluarga ini. Belum siap menikah.

 

Nami mendekat lalu mencium punggung tangan ayah mertua. Itu menunjukkan bahwa dia hormat pada mereka berdua.

 

“Kebetulan ada Mbak Yana juga.” Bunda Yugi menunjuk pada perempuan yang sedang menata makanan dia atas meja di seberang.

 

Nami mendekati Yana. Mereka pun berpelukan.

 

"Saat pesta kemarin Mbak enggak bisa ngomong banyak sama kamu. Jadi sekarang kita bisa ngobrol lama." Yana, kakak perempuan Yugi juga tampak menyambutnya dengan hangat. "Itu mas Tony muncul.” Mbak Yana memperkenalkan suaminya.

 

Pria dengan tinggi seperti Yugi itu tersenyum saat mendengar namanya di sebut.

 

“Lho, kok kalian sudah pulang? Bukannya masih ada di hotel?” tanya Mas Tony yang langsung berjabat tangan dengan Yugi.

 

“Enggak perlu lama-lama. Di rumah lebih nyaman,” ujar Yugi. Nami mendekat dan bersalaman.

 

“Bukannya enak di hotel saja, Gi? Kan enggak ada yang ganggu,” goda Mbak Yana. Yugi tersenyum tipis.

 

“Jangan di ajak ngobrol terus. Ayo ajak duduk itu istrinya Yugi,” kata Ayah mertua yang ternyata sudah sejak tadi memperhatikan mereka. Yana langsung menutup mulut. Nami tersenyum.

 

“Eh, iya Ayah.” Yana meringis karena mendapat teguran itu. “Ayo Nami, duduk.”

 

“Iya, Mbak,” sahut Nami. Yugi ikut duduk di sampingnya.

 

Nami merasa di sambut meski sebenarnya dia bukan calon Yugi yang sesungguhnya. Ini jadi membuat Nami iba pada mereka semua.

 

Sengaja Nami melirik pada Yugi. Pria itu tampak biasa saja. Tidak ada raut wajah yang menunjukkan dia terpukul dengan kenyataan bahwa dirinya tidak bisa menikahi perempuan yang di cintainya, bahkan ternyata dia harus menikah dengan pengganti perempuan itu. Juga tidak ada khawatir apapun.

 

Menurut Nami, ini sungguh aneh. Kenapa mereka begitu menerimanya padahal Vera dan mamanya sudah menyakiti?

 

Nami duduk dengan tingkat kecanggungan dan gugup yang sangat tinggi. Meskipun dia sebenarnya bukan orang yang kikuk, tapi menghadapi sebuah keluarga dimana dirinya adalah seorang menantu adalah pertama kalinya. Makanya dia sangat panik dalam hatinya.

 

Yugi tiba-tiba menyodorkan air dingin pada Nami tanpa bicara. Manik mata Nami mengerjap.

 

“Minumlah. Bukankah kamu haus?” kata Yugi bohong. Karena Nami tidak pernah membicarakan itu. Namun Nami tidak perlu membantah, karena ini menolongnya. Sedikit tegukan air melewati kerongkongannya mampu membuat kadar gugup pada tubuhnya turun.

 

“Eh, iya. Bunda lupa kasih kamu minum.”  Bunda tergelak. Beliau merasa tersindir dengan sikap putranya.

 

“Bunda mu itu terlalu senang karena putranya menikah. Jadi mohon di maklumi,” kata ayah membuat bunda menepuk pelan tangan suaminya. Bunda pun tertawa.

 

Suasana lumayan ringan di rumah ini. Nami yang tadinya sudah tegang karena sudah membayangkan gambaran mertua dengan sisi negatif lebih dulu, dia sempat panik dan was-was tadi.

..._____...

Terpopuler

Comments

Mbah Edhok

Mbah Edhok

Nami ... dia masih shock dan tentu saja masih bingung ... seluruh praduga yang terselip dalam hatinya, membuatnya seperti terkunci ...

2023-11-30

0

☠ᵏᵋᶜᶟ 🥚⃟♡ɪɪs▵꙰ᵃⁱˢ𝐘ᵃ🇭⃝⃟♡🍆

☠ᵏᵋᶜᶟ 🥚⃟♡ɪɪs▵꙰ᵃⁱˢ𝐘ᵃ🇭⃝⃟♡🍆

aku juga masih memikirkan nya

2022-11-19

2

☠ᵏᵋᶜᶟ 🥚⃟♡ɪɪs▵꙰ᵃⁱˢ𝐘ᵃ🇭⃝⃟♡🍆

☠ᵏᵋᶜᶟ 🥚⃟♡ɪɪs▵꙰ᵃⁱˢ𝐘ᵃ🇭⃝⃟♡🍆

yugi dewasa ya

2022-11-19

2

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Keputusan sepihak
2 Bab. 2 Persekongkolan
3 Bab. 3 Menikah
4 Bab. 4 Malam pertama
5 Bab. 5 Pulang ke rumah mertua
6 Bab. 6 Masih di rumah mertua
7 Bab. 7 Berangkat kerja
8 Bab 8. Kisah itu
9 Bab. 9 Ternyata dia disana
10 Bab. 10 Pindah rumah
11 Bab. 11 : Sarapan pertama
12 Bab. 12 Mulai bekerja
13 Bab. 13 Yugi gelisah
14 Bab. 14 Aku tidak masalah
15 Bab. 15 Kata orang
16 Bab. 16 : Menungguku
17 Bab. 17 : Ingin tahu tentangku?
18 Bab. 18 Aku yang pertama
19 Bab. 19 : Tiba di rumah mama
20 Bab. 20 : Ada apa dengan semua ini?
21 Bab. 21 : Mulai menyadari
22 Bab. 22 : Pengkhianat dan penggoda
23 Bab. 23 : Dia suamiku
24 Bab. 24 : Meja makan
25 Bab. 25 : Aku memang bodoh
26 Bab. 26 : Cobaan
27 Bab. 27 : Ingin tahu
28 Bab. 28 : Tamu di rumah Yugi
29 Bab. 29 : Wajah bahagia Yugi
30 Bab. 30 : Gaun yang berbeda
31 Bab. 31 : Hati yang terkoyak
32 Bab. 32 : Yugi geram
33 Bab. 33 : Geram
34 Bab. 34 : Setelah menangis
35 Bab. 35 : Aku tahu
36 Bab. 36 : Gugup
37 Bab. 37 : Suasana syahdu di ruang makan
38 Bab. 38 : Menyatu
39 Bab. 39 : Sesudahnya
40 Bab. 40 : Bertemu Vera dan Rico
41 Bab. 41 : Masih dengan mereka berdua
42 Bab. 42 : Kabar baru di tempat kerja
43 Bab. 43 : Keluarga yang hangat
44 Bab. 44 : Nikmat bukan?
45 Bab. 45 : Aku menyesal
46 Bab. 46 : Gosip buruk di kantor
47 Bab. 47 : Fakta terungkap
48 Bab. 48 : Membela istri
49 Bab. 49 : Kejutan di Jamuan makan
50 Bab. 50 : Ini rencana kalian?
51 Bab. 51 : Kenapa aku baru tahu?
52 Bab. 52 : Aku tidak ada hubungannya dengan kalian
53 Bab. 53 : Kelabu untuk Rico
54 Bab. 54 : Marah yang salah
55 Bab. 55 : Orang gila
56 Bab. 56 : Keputusan Yugi
57 Bab. 57 : Awal yang baru
58 Bab. 58 : Kantor Yugi
59 Bab. 59 : Hamil?
60 Bab. 60 : Rekan bisnis
61 Bab. 61 : Keputusan Rico
62 Bab. 62 : Firasat tidak enak
63 Bab. 63 : Aib
64 Bab. 64 : Perempuan gila
65 Bab. 65 : Usir dia!
66 Bab. 66 : Janinku sayang.
67 Bab. 67 : Tawaran
68 Bab. 68 : Undangan
69 Bab. 69 : Istirahat dulu
70 Bab. 70 : Pantry
71 Bab. 71 : Mesra
72 Bab. 72 : Orang di lobi
73 Bab. 73 : Mengawasi Nami
74 Bab. 74 : Sungguh tidak tahu diri
75 Bab. 75 : Kencan bertiga
76 Bab. 76 : Nasehat dokter
77 Bab. 77 : Bincang mereka
78 Bab. 78 : Pertemuan yang menjengkelkan
79 Bab. 79 : Mereka tidak pernah merasa salah
80 Bab. 80 : Darurat
81 Bab. 81 : Suasana berubah
82 Bab. 82 : Masa tegang usai
83 Bab. 83 : Yugi mulai bergerak
84 Bab. 84 : Inkubator
85 Bab. 85 : Kabar baru
86 Bab. 86 : Bersiap
87 Bab. 87 : Keluarga tahu
88 Bab. 88 : Mengungkap fakta
89 Bab. 89 : Memastikan
90 Bab. 90 : Tidak sama dengan apa yang dikatakan mama
91 Bab. 91 : Nasehat ibu
92 Bab. 92 : Yana ingin tahu
93 Bab. 93 : Kisah Yugi
94 Bab. 94 : Mencoba membujuk
95 Bab. 95 : Masih mencoba
96 Bab. 96 : Permohonan restitusi
97 Bab. 97 : Minta tolong
98 Bab. 98 : Permintaan Rico
99 Bab. 99 : Mengaku salah
100 Bab. 100 : Bukan salah mu
101 Bab. 101 : Bagaimana keadaanmu, Vera?
102 Bab. 102 : Ada yang ingin bertemu denganmu
103 Bab. 103 : Boleh pulang
104 Bab. 104 : Sahabat sepanjang masa
105 Bab. 105 : Putusan hakim
106 Bab. 106 : Air mata
107 Bab. 107 : Sudah usai
108 Bab. 108 : Aku mencintai mu
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab. 1 Keputusan sepihak
2
Bab. 2 Persekongkolan
3
Bab. 3 Menikah
4
Bab. 4 Malam pertama
5
Bab. 5 Pulang ke rumah mertua
6
Bab. 6 Masih di rumah mertua
7
Bab. 7 Berangkat kerja
8
Bab 8. Kisah itu
9
Bab. 9 Ternyata dia disana
10
Bab. 10 Pindah rumah
11
Bab. 11 : Sarapan pertama
12
Bab. 12 Mulai bekerja
13
Bab. 13 Yugi gelisah
14
Bab. 14 Aku tidak masalah
15
Bab. 15 Kata orang
16
Bab. 16 : Menungguku
17
Bab. 17 : Ingin tahu tentangku?
18
Bab. 18 Aku yang pertama
19
Bab. 19 : Tiba di rumah mama
20
Bab. 20 : Ada apa dengan semua ini?
21
Bab. 21 : Mulai menyadari
22
Bab. 22 : Pengkhianat dan penggoda
23
Bab. 23 : Dia suamiku
24
Bab. 24 : Meja makan
25
Bab. 25 : Aku memang bodoh
26
Bab. 26 : Cobaan
27
Bab. 27 : Ingin tahu
28
Bab. 28 : Tamu di rumah Yugi
29
Bab. 29 : Wajah bahagia Yugi
30
Bab. 30 : Gaun yang berbeda
31
Bab. 31 : Hati yang terkoyak
32
Bab. 32 : Yugi geram
33
Bab. 33 : Geram
34
Bab. 34 : Setelah menangis
35
Bab. 35 : Aku tahu
36
Bab. 36 : Gugup
37
Bab. 37 : Suasana syahdu di ruang makan
38
Bab. 38 : Menyatu
39
Bab. 39 : Sesudahnya
40
Bab. 40 : Bertemu Vera dan Rico
41
Bab. 41 : Masih dengan mereka berdua
42
Bab. 42 : Kabar baru di tempat kerja
43
Bab. 43 : Keluarga yang hangat
44
Bab. 44 : Nikmat bukan?
45
Bab. 45 : Aku menyesal
46
Bab. 46 : Gosip buruk di kantor
47
Bab. 47 : Fakta terungkap
48
Bab. 48 : Membela istri
49
Bab. 49 : Kejutan di Jamuan makan
50
Bab. 50 : Ini rencana kalian?
51
Bab. 51 : Kenapa aku baru tahu?
52
Bab. 52 : Aku tidak ada hubungannya dengan kalian
53
Bab. 53 : Kelabu untuk Rico
54
Bab. 54 : Marah yang salah
55
Bab. 55 : Orang gila
56
Bab. 56 : Keputusan Yugi
57
Bab. 57 : Awal yang baru
58
Bab. 58 : Kantor Yugi
59
Bab. 59 : Hamil?
60
Bab. 60 : Rekan bisnis
61
Bab. 61 : Keputusan Rico
62
Bab. 62 : Firasat tidak enak
63
Bab. 63 : Aib
64
Bab. 64 : Perempuan gila
65
Bab. 65 : Usir dia!
66
Bab. 66 : Janinku sayang.
67
Bab. 67 : Tawaran
68
Bab. 68 : Undangan
69
Bab. 69 : Istirahat dulu
70
Bab. 70 : Pantry
71
Bab. 71 : Mesra
72
Bab. 72 : Orang di lobi
73
Bab. 73 : Mengawasi Nami
74
Bab. 74 : Sungguh tidak tahu diri
75
Bab. 75 : Kencan bertiga
76
Bab. 76 : Nasehat dokter
77
Bab. 77 : Bincang mereka
78
Bab. 78 : Pertemuan yang menjengkelkan
79
Bab. 79 : Mereka tidak pernah merasa salah
80
Bab. 80 : Darurat
81
Bab. 81 : Suasana berubah
82
Bab. 82 : Masa tegang usai
83
Bab. 83 : Yugi mulai bergerak
84
Bab. 84 : Inkubator
85
Bab. 85 : Kabar baru
86
Bab. 86 : Bersiap
87
Bab. 87 : Keluarga tahu
88
Bab. 88 : Mengungkap fakta
89
Bab. 89 : Memastikan
90
Bab. 90 : Tidak sama dengan apa yang dikatakan mama
91
Bab. 91 : Nasehat ibu
92
Bab. 92 : Yana ingin tahu
93
Bab. 93 : Kisah Yugi
94
Bab. 94 : Mencoba membujuk
95
Bab. 95 : Masih mencoba
96
Bab. 96 : Permohonan restitusi
97
Bab. 97 : Minta tolong
98
Bab. 98 : Permintaan Rico
99
Bab. 99 : Mengaku salah
100
Bab. 100 : Bukan salah mu
101
Bab. 101 : Bagaimana keadaanmu, Vera?
102
Bab. 102 : Ada yang ingin bertemu denganmu
103
Bab. 103 : Boleh pulang
104
Bab. 104 : Sahabat sepanjang masa
105
Bab. 105 : Putusan hakim
106
Bab. 106 : Air mata
107
Bab. 107 : Sudah usai
108
Bab. 108 : Aku mencintai mu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!