Pulang kerja. Di rumah Yugi.
"Kamu lelah?" tanya Yugi saat melintas, melihat Nami memejamkan mata di sofa. Mata perempuan ini terbuka dan menoleh.
"Sedikit."
"Aku bisa memijit kalau kamu mau," kata Yugi mengejutkan. Sampai Nami mendelik mendengarnya. "Pijit bahu kamu," imbuh Yugi. Sungguh keterlaluan wajah tengil itu. Pria ini lagi-lagi mengerjainya.
"Tidak perlu."
"Sayang sekali," desah Yugi membuat Nami menoleh cepat ke arah pria itu. Kening Nami mengerut saat memperhatikan punggung pria itu menuju ke dapur. "Makan malam, keluar?" tanya Yugi.
"Tidak. Sudah aku katakan aku lelah."
"Kalau begitu aku akan memasak untukmu," kata Yugi bersiap-siap.
"Tidak perlu repot. Aku bisa pesan makanan," kata Nami seraya menyandarkan kepalanya pada badan kursi. Ia kembali memejamkan mata. Tidak peduli apa yang di lakukan Yugi jika masih memaksa untuk memasak.
Mendadak, Nami merasa ada sentuhan mengenai keningnya. Ia membuka mata dengan cepat.
Deg, deg, deg. Nampak jelas wajah Yugi di dekatnya. Napas Nami tercekat.
"Apa yang kamu lakukan?" tegur Nami dengan wajah tidak suka. Ternyata pria itu tengah memeriksa keningnya.
"Karena kamu terlihat sangat lelah, aku pikir kamu sakit," jawab Yugi melepaskan tangannya dari kening istrinya. Tubuh Nami memang tidak panas.
"Aku tidak sakit. Hanya lelah." Nami memalingkan wajah karena Yugi terlalu dekat dengannya.
"Kamu ingin pulang?" tanya Yugi tiba-tiba. Pria itu kemudian duduk di sebelah Nami.
"Apa maksudmu? Bukannya aku saat ini sedang ada di rumah?" tanya Nami heran.
"Ke rumah mama."
"Mama?" tanya Nami seraya mengerjapkan mata. Dia tidak menduga bahwa pria ini akan mengajaknya pulang ke rumah keluarganya. "Kamu mengajakku pulang ke rumah mama?" tanya Nami antusias. Ia tidak lagi terlihat lesu seperti tadi. Yugi ikut tersenyum melihat perempuan ini bersemangat.
"Ya, kalau kamu mau."
"Tentu. Aku tentu mau." Nami lupa bahwa dia lagi kesal dengan suami dadakannya, juga lagi kesal dengan Rico.
"Kalau begitu. Kita menunggu hari libur," kata Yugi.
"Kenapa tidak besok saja?" Nami ingin menyegerakan rencananya pulang ke rumah mama.
"Boleh, tapi aku takut kamu akan mengajak menginap. Kita tidak bisa menginap karena besoknya kita masih harus kerja," terang Yugi ada benarnya.
"Oh, begitu. Benar juga. Baiklah. Kita akan kesana pas pulang kerja sebelum libur. Jadi bisa menginap karena besoknya off kerja." Nami mengemukakan rencananya. Yugi mengangguk setuju.
Melihat perempuan ini bersemangat, itu membuat dia pun ikut senang. Bola matanya masih memperhatikan Nami yang kegirangan. Matanya bersinar bagaikan bocah yang di janjikan akan mengunjungi kebun binatang kesukaannya.
"Tunggu. Jika kita menginap di sana, kamu ..." Nami teringat sesuatu. Yugi mengerjapkan mata menunggu Nami menyelesaikan kalimatnya. " ... akan bertemu dengan adikku. Apa tidak masalah?" tanya Nami merasa dia begitu egois.
"Tidak masalah. Bagaimana pun kita pasti akan bertemu. Entah sekarang atau nanti. Karena dia bukan lagi mantan kekasihku, tapi adik dari istriku." Yugi mengatakan apa yang dirasakannya soal Vera dengan tenang. Namun kini jadi Nami yang tidak tenang. Pria yang lebih muda darinya ini menatapnya dalam. Tepat saat kata 'istri' di katakan.
***
Yugi pulang agak malam karena masih banyak pekerjaan. Sebenarnya ini waktu yang baik untuk Nami bersantai di rumah tanpa ada pria itu. Namun ternyata sendirian itu tidak menyenangkan. Nami jadi enggan pulang. Dia juga agak takut jika tidak ada orang lain di rumah.
"Kita ngopi yuk!" ajak Ina. Mila mengangkat tangan setuju. Yuli mengangguk ikut setuju.
"Aku ikut," kata Nami.
"Sip!" kata Ina senang.
"Jangan. Nanti suamimu bingung saat mencarimu," tolak Yuli tegas. Ina pun menelan ludah karena kesenangannya akan pupus. Mila tersenyum mengejek Ina.
"Yugi masih ada pekerjaan yang belum selesai sekarang. Jadi pulang agak malam. Kalau pulang, aku agak takut di rumah sendiri. Rumah itu kan baru aku tempati. Aku belum terbiasa," terang Nami ingin Yuli mengerti keadaannya.
"Kamu enggak bohong?" selidik Yuli.
"Nggak mungkinlah Nami bohong," bela Ina yang sangat ingin skuad ini lengkap. Yuli tidak peduli.
"Enggak. Ini baca wa Yugi ke aku." Nami ingin menunjukkan chat dia dan Yugi ke Yuli. Mila dan Ina menggeser kepala
"Aku enggak mau lihat." Yuli menolak untuk mengintip chat pengantin baru. Karena takut baper nantinya. Padahal Nami dan Yugi jarang berkomunikasi.
"Tapi kan kamu perlu bukti."
"Ya sudah kalau memang benar apa yang kamu katakan. Ayo ikut. Aku enggak bawa helm. Jadi sebaiknya kamu pinjam helm kantor," kata Yuli.
"Di pos satpam ada helm. Aku mau pinjam kesana." Nami berjalan mendekat ke pos satpam. "Pak. Aku mau pinjam helm itu ya?" pinta Nami meminta ijin pada satpam yang tengah berjaga.
"Iya Mbak. Boleh." Satpam itu menyerahkan helm pada Nami. Setelah berhasil mendapatkan helm, Yuli dan Nami meluncur menjauh dari gedung perusahaan.
"Kemana kita, Yul?" tanya Nami yang berpegangan pada pinggang Yuli.
"Ke daerah kampus."
"Yeyy!!" Meski sudah berumur hampir tiga puluhan, mereka tetap bersemangat. Apalagi kalau lagi bersama-sama.
"Wah, boleh juga. Lama enggak muncul ke daerah sana," ujar Nami agak terhibur. Nami dengan Yuli. Sementara Mila dan Ina naik motor sendiri-sendiri.
"Enggak ada yang jemput kamu ke sini kan?" tanya Nami.
"Siapa?"
"Pacarmu kemana?"
"Lagi keluar kota."
"Oo ... pantesan galau. Cepat nikah aja biar gak galau," nasehat Nami seakan-akan menikah itu indah. Padahal dirinya sendiri terpaksa menikah karena keadaan. Bahkan calon suaminya pun bukan pilihannya.
"Tentu saja rencananya kesana, tapi belum dapat kesempatan aja. Doakan tahun depan," kata Yuli.
"Benar? Kalau bisa bulan depan aja. Biar aku ada yang nemenin. Jadi ada yang sudah Nikah biar bisa sama-sama keadaannya," harap Nami.
"Begitu ya ..."
Cafe ini paling favorit jadi tongkrongan anak kampus karena selain murah, juga tampilan interiornya yang kece habis.
"Wahh ... Kita akhirnya sampai di sini juga." Mila bersandar pada badan kursi cafe.
"Ayo cepat pesan minuman dan camilan. Jangan nasi. Aku diet," kata Ina.
"Bukannya sama aja kalau kamu terus minum dan makan yang manis-manis," kata Yuli tepat. Ina meringis saja. Mereka pun segera memesan kopi dan minuman lainnya.
"Eh, aku terkejut Yugi nikah dengan perempuan lain. Padahal kan dia sudah tunangan sama perempuan cantik itu." Sebuah suara menyebut nama Yugi di suatu meja.
Di meja yang tidak jauh dari mereka, ada tiga perempuan dan dua laki-laki yang sedang berkumpul. Mereka sedang membicarakan Yugi.
Nami yang tadinya menyeruput jus sambil melihat ke layar ponsel, menegakkan tubuh karena terkejut. Yuli yang tadinya juga tidak terlalu peduli dengan mereka, menoleh karena nama itu.
...________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
seru_seruan
semua luka dari sudut pandang nya Nami.
penasaran dari sudut pandangnya Yugi.
2022-12-11
0
☠ᵏᵋᶜᶟ 🥚⃟♡ɪɪs▵꙰ᵃⁱˢ𝐘ᵃ🇭⃝⃟♡🍆
sabar nami sabar
2022-11-20
0
Kristi Yani
bilang aja mama nyuruh q nikahin Yugi karena ga mau q jadi perawan tua,,,biar lebih dramatis Nami 😂
2022-11-04
0