Sungguh mengejutkan bahwa akhirnya Nami menyetujui pernikahan dirinya dan Yugi. Meskipun hatinya sakit, tapi demi nama keluarga, Nami maju menjadi dinding pelindung bagi keluarganya.
Kini nama Yugi di sandingkan dengan nama Nami dalam satu frame undangan. Lalu di sebarkan. Semua teman sempat terkejut dan heran saat melihat nama calon istri Yugi adalah orang lain. Karena yang mereka tahu, perempuan yang jadi kekasih Yugi adalah Vera.
Meskipun ada banyak keheranan yang muncul, pernikahan tetap di lakukan.
Sah!
Dalam sekejap saja Yugi dan Nami sah menjadi suami istri dalam sebuah akad pernikahan. Semuanya bagai mimpi yang masih belum bisa di percaya oleh wanita ini. Setelah acara akad selesai dan istirahat, acara di lanjutkan dengan resepsi di gedung.
Nampak kedua mempelai duduk di atas pelaminan dengan cantik dan tampan. Namun hari bahagia ini terasa berbanding terbalik dengan raut wajah mempelai. Nami sungguh tidak bisa berpura-pura bahagia. Dia marah, sedih, kecewa dan terluka. Pernikahan yang diinginkannya bukanlah seperti ini.
“Kita harus berdiri karena ada tamu, Mbak,” kata Yugi mengejutkan. Nami yang melamun sedikit terhenyak. Kemudian ia menipiskan bibir ingin menolak ajakan Yugi. Nami tidak merespon, tapi saat dia melihat ke arah pintu masuk, terlihat semua teman kantornya datang. Rupanya Yugi meminta Nami memperbaiki sikapnya karena mereka. Bukan tamu dari keluarga dia, tapi tamu dari pihaknya.
“Namiiii ...,” seru Ina segera memeluk Nami. Tak dielakkan lagi suasana haru terjadi. “Aku enggak nyangka kamu bakal segera menikah duluan. Padahal kamu bilang masih tidak ada pikiran soal menikah. Masih jauh. Tapi lihat, apa yang aku lihat sekarang?” Ina menjauhkan tubuhnya dari Nami seraya mengamati temannya. “Menikah? Dan suamimu tampan,” bisik Ina membuat Nami menipiskan bibir.
Yugi tersenyum ramah, saat mereka melihat pria ini dengan tatapan takjub.
“Semangat dong,” ujar Mila kasih semangat. “Masa nikah wajahnya mendung. Ini bukan pernikahan paksaan kan?” tanya Mila bermaksud bercanda. Namun karena faktanya adalah seperti itu, Nami terkejut mendengar tebakan Mila. Dia agak gugup. “Ayolah ... Bikin geregetan aja.” Mila gemas mencubit pipi Nami. "Eh, enggak luntur kan?" Yang lainnya tergelak.
Nami sekali lagi hanya tersenyum tipis. Berusaha menunjukkan kalau dia baik-baik saja.
Para pria yang menemani mereka di pesta ini, menowel dan memberi kode pada pasangannya berkali-kali, untuk segera berfoto dan turun dari panggung pelaminan. Mereka pun berhenti berbincang dengan Nami dan melanjutkan sesi salaman dan foto dengan pengantin.
Setelah teman-teman dan beberapa tamu yang ada di atas pelaminan pulang, mereka kembali duduk.
“Aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan, Yugi. Padahal pernikahan ini terlalu aneh, kenapa kamu terlihat setenang itu? Aku bukan calon istrimu yang sebenarnya. Aku bukan kekasihmu yang selama ini kamu bayangkan untuk jadi istrimu. Kenapa kamu bisa dengan mudah menerima pernikahan yang di tawarkan ini?” tanya Nami dengan marah yang tertahan.
“Apa yang perlu di ributkan, Mbak? Toh aku akan menikah nantinya. Entah itu dengan Mbak atau siapa saja,” jawab Yugi enteng.
Mata Nami mendelik. Dia tidak terima kalimat pria yang lebih muda empat tahun di bawahnya ini terkesan meremehkan.
“Kamu ...,” desis Nami ingin mencakar-cakar wajah pria ini.
“Mungkin aku bisa sedikit lega karena pengganti Vera adalah Mbak Nami. Itu saja,” imbuh Yugi. Ini membuat Nami menoleh seraya mengerutkan kening tidak mengerti. Sementara Yugi melihat ke depan. Membiarkan Nami bertarung dengan pikirannya sendiri.
Akhirnya Nami memilih melihat ke depan juga karena takut emosinya memuncak. Dia berusaha mengambil napas panjang untuk menenangkan diri. Harus tenang ... Harus tenang ...
Pesta pernikahan masih akan berlanjut hingga tamu kedua mempelai datang semua. Ini akan lama. Nami harus bisa mengontrol diri.
Dari kursi pelaminan yang berada lebih tinggi dari para tamu, Nami bisa melihat mama di sana. Wanita itu tersenyum bahagia melihat pernikahan berjalan lancar.
Sebahagia itukah mama? Padahal aku di sini tersiksa? Aku yang seharusnya masih bisa bebas kesana-kemari, bahkan mungkin bisa menemukan jodohku yang sesungguhnya, harus duduk di kursi pelaminan yang sama sekali tidak ku inginkan. Hatiku sakit, Ma. Haruskah mama menunjukkan senyum bahagia itu sekarang?
Bahkan Vera_adiknya juga terlihat bahagia di sana. Padahal perempuan itulah yang menjadi awal bencana dari semua ini. Vera yang melakukan kesalahan, tapi dirinyalah yang bertanggung jawab. Nami di jadikan tumbal untuk menutupi kesalahan dan membuat Vera tampak bersih. Bibir Vera tertawa dan tersenyum.
Mata Nami panas. Nanar. Seakan-akan ingin mengeluarkan semua air mata yang ada di dalam kelopak matanya. Yugi melirik. Tangan Nami *******-***** pakaian nikahnya dengan amarah. Lalu pria ini mencoba mengikuti arah mana yang sedang di lihat Nami sekarang.
“Tahan sebisa mungkin air mata Mbak tidak meleleh. Mbak enggak pantas menangis untuk Vera. Dia tidak terlalu berharga untuk ditangisi,” kata Yugi memberi nasehat.
Nami menoleh dengan cepat ke arah Yugi yang menoleh ke samping. Mungkin dugaan Nami bahwa pria ini tetap tenang-tenang saja, keliru. Ia lupa akan satu hal. Orang yang paling di sakiti di sini adalah Yugi. Dia dan keluarganya sudah di khianati. Bahkan masih bisa damai. Meskipun akhirnya mengorbankan Nami.
“Aku hanya memberi nasehat saja. Terserah Mbak Nami mau melakukan apa sebenarnya. Hanya mengingatkan. Takutnya nanti menyesal. Menangis di depan banyak orang dan jadi viral, itu enggak enak. Jejak digital lebih menakutkan bukan?” kata Yugi sedikit ada harapan di sorot matanya. “Lagipula kesan Mbak Nami yang kuat, cuek dan mandiri akan luruh seketika jika Mbak Nami melakukannya.”
Nami mengerjapkan mata. Menipiskan bibir kesal.
"Sok tahu," ujar Nami. Yugi hanya menyunggingkan senyum tipis mendengarnya.
Walaupun begitu, kalimat Yugi ternyata mampu mengena di benak Nami. Kalau dia menangis itu akan memalukan. Dia akan jadi bahan olok-olokan semua orang. Nami menghela napas panjang. Membuang sesak di dalam rongga dadanya.
“Aku bukan kamu. Lalu aku juga hanya wanita biasa. Kamu belum tahu siapa aku sebenarnya. Jadi apapun yang ada di dalam pikiranmu tentangku sekarang, mungkin salah,” tepis Nami.
“Mungkin saja.” Yugi merespon dengan mengangkat bahu. Pria muda ini begitu tenang dan santai. Kenapa bisa?
Namun berkat kalimat-kalimat Yugi, Nami bisa menghapus amarah dan kesedihannya yang akan berujung dengan tangisan. Hati Nami tidak lagi terasa sesak seperti tadi. Perasaannya plong meskipun sakit hati dengan mama dan adiknya masih ada. Setidaknya tidak separah tadi. Dimana ia ingin merusak acara pernikahan ini dengan berlari dan kabur. Padahal ia sendiri tidak bisa menolak.
...______...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Mbah Edhok
Nami ... kesadaranmu harus meningkat seribu persen karena kamu harus tetap waras menghadapi keluargamu sendiri, yang menurutku jauh dari kata waras ... semangat Nam ! ...
2023-11-30
0
tististis
semoga Yugi bener bener bener laki laki terbaik di antara yg baik.
2022-12-09
1
☠ᵏᵋᶜᶟ 🥚⃟♡ɪɪs▵꙰ᵃⁱˢ𝐘ᵃ🇭⃝⃟♡🍆
iya ya kenapa bisa atau yugi emang ada rasa sama nami
2022-11-16
2