Bab. 18 Aku yang pertama

Mila dan Ina yang melihat Nami di antar Yugi segera berhenti. Mereka tidak jadi melangkah masuk dan menunggu perempuan itu.

 

"Selamat pagi," sapa Yugi. Ina tersenyum saat Yugi mengangguk menyapanya.

 

"Ya. Selamat pagi," sahut Ina ramah. Yugi pun menyalakan mesin mobil dan pergi di saksikan oleh bola mata ketiga perempuan ini.

 

"Bagaimanapun dia memang tampan. Rugi kalau kamu sakit hati dapat pria seperti itu," kata Ina mencerca. Nami hanya tersenyum tipis. "Itu apa?" tanya Ina melihat tas yang di bawa oleh Nami.

 

"Ini oleh-oleh untuk kalian." Nami menyodorkan tas itu ke Ina. Mila ikut melongok ke dalam tas.

 

"Oleh-oleh?" tanya Mila heran. "Memangnya kalian darimana? Bulan madu?"

 

"Bukan," jawab Nami seraya menggelengkan kepala.

 

"Terus itu apa?" tanya Mila lagi.

 

"Yugi bilang, kalian pantas mendapatkan hadiah." Sebenarnya Nami tidak mau mengatakan ini, tapi entah kenapa bibirnya justru mengungkap semuanya.

 

"Hadiah?" tanya Ina dan Mila bingung.

 

"Karena kalian sudah mengantarku kemarin," terang Nami sambil membuang muka. Mila dan Ina pun tersenyum.

 

"Pasti karena dia cemas kamu enggak mau di jemput. Jadi saat kamu pulang dengan selamat, Yugi lega." Ina menowel pinggang Nami. Perempuan ini sedang menggodanya.

 

Jika melihat ekspresi pria itu tadi malam, dia memang terlihat lega karena aku datang dengan selamat. Nami jadi teringat dengan secuil kejadian tadi malam. Apa aku ternyata di perhatikan?

 

...***...

 

Nami melipat pakaian yang akan di bawa ke rumah mama. Meskipun sempat luruh keinginan berkunjung ke sana, nyatanya malam ini dia tetap ingin berangkat ke rumah mama. Bagaimanapun, itu keluarganya.

 

"Sudah selesai berkemas?" tanya Yugi.

 

"Belum. Hampir selesai. Kamu sudah siap?" tanya Nami yang heran melihat pria ini santai.

 

"Ya ... tinggal berangkat saja," kata Yugi. Nami ingin bertanya lagi karena dia tidak ingin acara ke rumah mama gagal. Namun dia malas untuk bertanya. Nami memilih mengabaikan.

 

Pria itu duduk di sofa dan bermain ponsel di pangkuannya. Nami yang melipat baju di atas ranjang melirik.

 

“Teman-teman bilang terima kasih,” kata Nami. Yugi mendongak.

 

“Oh, ya?”

 

“Mereka heran tiba-tiba kamu memberi mereka oleh-oleh,” imbuh Nami. Yugi tersenyum. “Apa kamu pernah membawa Vera ke tempat reuni sekolah?” Mungkin karena tidak ada yang di bicarakan lagi, Nami bertanya aneh-aneh. Senyum Yugi perlahan menghilang.

 

“Seingat ku iya.” Yugi sempat berpikir sejenak tadi.

 

“Mmm ...” Nami mengangguk-anggukkan kepalanya. Berarti yang mereka bicarakan itu memang Yugi dan Vera adiknya.

 

“Kenapa tiba-tiba bertanya soal itu?”

 

“Ha? Oh, tidak. Hanya bertanya.” Nami lupa kalau itu membuat Yugi akan merasa aneh. Pria ini mengerutkan keningnya.

 

“Apa kamu mendengar sesuatu dari Vera?”

 

“Tidak. Tidak. Vera jarang bercerita tentangmu. Aku tidak terlalu tahu soal kamu.” Nami menggelengkan kepala.

 

“Jadi kamu hanya menebak? Kamu ingin tahu apa yang aku dan Vera lakukan dulu?" Tangan pria itu mulai menurunkan ponselnya. Ia menghabiskan apa yang ia kerjakan di ponselnya tadi demi menanyakan hal ini pada Nami.

 

“Bukan itu. Aku tidak peduli apa yang kalian lakukan,” sergah Nami. Ia pun kembali fokus pada tangannya yang melipat baju. Sebenarnya dia hanya ingin memperjelas bahwa waktu itu, mereka sedang membicarakan dirinya. Para perempuan itu.

 

Derit ranjang mengagetkan Nami. Yugi yang tadinya duduk di kursi, kini mendekat dan duduk di ranjang. Tepat di sebelahnya.

 

“Apa?” tanya Nami.

 

“Kamu ingin tahu tentangku?” tanya Yugi. Nami kebingungan mendapat pertanyaan ini. Dia tidak menduga.

 

“Ee ... Itu ... Tidak.”

 

“Tidak apa-apa. Aku senang.” Yugi tersenyum. Nami menahan napas. Ia terkejut sudah tergiring dalam situasi berdebar seperti ini. Jantungnya tidak aman.

***

Sekitar jam 8 malam, Nami berangkat ke rumah mama. Namun sebelumnya dia meminta Yugi untuk membelokkan mobilnya menuju outlet buah dan kue. Dia ingin membawa oleh-oleh untuk mama. Nami ingin tidak datang dengan tangan kosong tentunya.

 

Yugi tampak mengikuti Nami dari belakang dengan memperhatikan tingkah perempuan ini. Dia senang saat melihat bola mata perempuan ini tampak berbinar melihat kue-kue yang cantik di etalase.

 

Ternyata dia senang dengan kue-kue ini. Yugi tersenyum tipis.

“Kamu menyukai kue?” tanya Yugi tertarik untuk bertanya.

 

“Ya.” Karena masih terhanyut oleh kue-kue cantik di etalase, Nami menjawab dengan wajah berseri tanpa menoleh. Itu membuat Yugi menemukan ide.

 

“Sebaiknya kita juga beli.” Yugi mengusulkan. Nami menegakkan tubuhnya. Dia menoleh ke pria ini.

 

“Kamu ingin beli kue juga?” tanya Nami mengambil kesimpulan.

 

“Ya.”

 

“Baiklah. Aku akan pesankan untuk kamu pada pegawai outlet.” Nami bersiap mengatakan pada penjaga outlet untuk menambah pembelian. Namun Yugi menyentuh lengannya untuk menggagalkan rencana itu.

 

“Tidak. Lebih baik kita makan di sini saja,” usul Yugi. Nami menoleh ke sekitar. Outlet ini juga menyediakan kursi dan meja bagi siapa yang ingin makan kue di tempat. Ada beberapa kursi kosong.

 

“Di sini?” tanya Nami tidak percaya. Kepala Yugi mengangguk. Meskipun Nami tidak paham Yugi mengusulkan makan kue di tempat, Nami setuju. Karena dia adalah penggemar kue manis.

 

Nami akhirnya memesan beberapa kue untuk di makan di tempat. Karena Yugi menolak memilih, semua pilihan di serahkan pada Nami. Akhirnya yang di pesan adalah bertemakan cokelat dan keju. Karena itu kesukaan Nami.

 

“Maaf, aku memilih favorit ku saja.” Nami merasa bersalah karena tidak ada pilihan Yugi di sana.

 

“Tidak apa-apa. Aku jadi tahu lagi tentang mu yang menyukai manisnya cokelat dan keju," ujar Yugi bahagia. Nami menipiskan bibirnya seraya menunduk.

 

Tujuan dari perjalanan ini adalah Nami. Yugi sungguh menikmati kebersamaan dirinya dan Nami. Termasuk menikmati kue di tempatnya seperti ini. Ia suka sekali memperhatikan wanita itu. Apalagi saat ada senyum di bibirnya.

 

“Kenapa diam saja? Kamu enggak mau makan kuenya?” tanya Nami yang baru sadar Yugi hanya memperhatikannya. Bahkan tidak menyentuh sama sekali kue di atas meja.

 

“Mau.”

 

“Terus kenapa diam saja? Kalau tahu kamu akan bertingkah begini, lebih baik tadi aku bungkus saja. Tidak usah makan kue di sini. Apalagi, kita mungkin kemalaman ke rumah mama,” kata Nami gusar.

 

“Tidak perlu. Aku akan makan kuenya.” Tiba-tiba Yugi mendekatkan mulutnya pada tangan Nami yang memegang kue. Lalu tanpa aba-aba, pria itu menggerakkan tangan Nami untuk menyuapinya. “Enak. Apalagi itu dari tangan kamu,” kata Yugi seraya melepas tangan Nami.

 

Nami tertegun. Apa-apaan barusan?

Bola mata Nami memperhatikan tangannya yang mengambang. Lalu berpindah melihat ke arah Yugi yang sedang mengunyah.

 

“Kenapa?” tanya Yugi seperti tidak sadar bahwa tindakannya barusan membuat Nami membeku. Nami masih diam. “Belum pernah menyuapi seorang pria, ya?” goda Yugi. Nami mengerjapkan mata mendengar itu.

..._______...

Terpopuler

Comments

Santa Rina Saragih Rina

Santa Rina Saragih Rina

owhhh sweat banget kamu Yugi 🥰🥰🥰

2023-03-29

0

☠ᵏᵋᶜᶟ 🥚⃟♡ɪɪs▵꙰ᵃⁱˢ𝐘ᵃ🇭⃝⃟♡🍆

☠ᵏᵋᶜᶟ 🥚⃟♡ɪɪs▵꙰ᵃⁱˢ𝐘ᵃ🇭⃝⃟♡🍆

keceplosan deh nami

2022-12-12

0

seru_seruan

seru_seruan

baca aja aku jadi gregetan

2022-12-11

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Keputusan sepihak
2 Bab. 2 Persekongkolan
3 Bab. 3 Menikah
4 Bab. 4 Malam pertama
5 Bab. 5 Pulang ke rumah mertua
6 Bab. 6 Masih di rumah mertua
7 Bab. 7 Berangkat kerja
8 Bab 8. Kisah itu
9 Bab. 9 Ternyata dia disana
10 Bab. 10 Pindah rumah
11 Bab. 11 : Sarapan pertama
12 Bab. 12 Mulai bekerja
13 Bab. 13 Yugi gelisah
14 Bab. 14 Aku tidak masalah
15 Bab. 15 Kata orang
16 Bab. 16 : Menungguku
17 Bab. 17 : Ingin tahu tentangku?
18 Bab. 18 Aku yang pertama
19 Bab. 19 : Tiba di rumah mama
20 Bab. 20 : Ada apa dengan semua ini?
21 Bab. 21 : Mulai menyadari
22 Bab. 22 : Pengkhianat dan penggoda
23 Bab. 23 : Dia suamiku
24 Bab. 24 : Meja makan
25 Bab. 25 : Aku memang bodoh
26 Bab. 26 : Cobaan
27 Bab. 27 : Ingin tahu
28 Bab. 28 : Tamu di rumah Yugi
29 Bab. 29 : Wajah bahagia Yugi
30 Bab. 30 : Gaun yang berbeda
31 Bab. 31 : Hati yang terkoyak
32 Bab. 32 : Yugi geram
33 Bab. 33 : Geram
34 Bab. 34 : Setelah menangis
35 Bab. 35 : Aku tahu
36 Bab. 36 : Gugup
37 Bab. 37 : Suasana syahdu di ruang makan
38 Bab. 38 : Menyatu
39 Bab. 39 : Sesudahnya
40 Bab. 40 : Bertemu Vera dan Rico
41 Bab. 41 : Masih dengan mereka berdua
42 Bab. 42 : Kabar baru di tempat kerja
43 Bab. 43 : Keluarga yang hangat
44 Bab. 44 : Nikmat bukan?
45 Bab. 45 : Aku menyesal
46 Bab. 46 : Gosip buruk di kantor
47 Bab. 47 : Fakta terungkap
48 Bab. 48 : Membela istri
49 Bab. 49 : Kejutan di Jamuan makan
50 Bab. 50 : Ini rencana kalian?
51 Bab. 51 : Kenapa aku baru tahu?
52 Bab. 52 : Aku tidak ada hubungannya dengan kalian
53 Bab. 53 : Kelabu untuk Rico
54 Bab. 54 : Marah yang salah
55 Bab. 55 : Orang gila
56 Bab. 56 : Keputusan Yugi
57 Bab. 57 : Awal yang baru
58 Bab. 58 : Kantor Yugi
59 Bab. 59 : Hamil?
60 Bab. 60 : Rekan bisnis
61 Bab. 61 : Keputusan Rico
62 Bab. 62 : Firasat tidak enak
63 Bab. 63 : Aib
64 Bab. 64 : Perempuan gila
65 Bab. 65 : Usir dia!
66 Bab. 66 : Janinku sayang.
67 Bab. 67 : Tawaran
68 Bab. 68 : Undangan
69 Bab. 69 : Istirahat dulu
70 Bab. 70 : Pantry
71 Bab. 71 : Mesra
72 Bab. 72 : Orang di lobi
73 Bab. 73 : Mengawasi Nami
74 Bab. 74 : Sungguh tidak tahu diri
75 Bab. 75 : Kencan bertiga
76 Bab. 76 : Nasehat dokter
77 Bab. 77 : Bincang mereka
78 Bab. 78 : Pertemuan yang menjengkelkan
79 Bab. 79 : Mereka tidak pernah merasa salah
80 Bab. 80 : Darurat
81 Bab. 81 : Suasana berubah
82 Bab. 82 : Masa tegang usai
83 Bab. 83 : Yugi mulai bergerak
84 Bab. 84 : Inkubator
85 Bab. 85 : Kabar baru
86 Bab. 86 : Bersiap
87 Bab. 87 : Keluarga tahu
88 Bab. 88 : Mengungkap fakta
89 Bab. 89 : Memastikan
90 Bab. 90 : Tidak sama dengan apa yang dikatakan mama
91 Bab. 91 : Nasehat ibu
92 Bab. 92 : Yana ingin tahu
93 Bab. 93 : Kisah Yugi
94 Bab. 94 : Mencoba membujuk
95 Bab. 95 : Masih mencoba
96 Bab. 96 : Permohonan restitusi
97 Bab. 97 : Minta tolong
98 Bab. 98 : Permintaan Rico
99 Bab. 99 : Mengaku salah
100 Bab. 100 : Bukan salah mu
101 Bab. 101 : Bagaimana keadaanmu, Vera?
102 Bab. 102 : Ada yang ingin bertemu denganmu
103 Bab. 103 : Boleh pulang
104 Bab. 104 : Sahabat sepanjang masa
105 Bab. 105 : Putusan hakim
106 Bab. 106 : Air mata
107 Bab. 107 : Sudah usai
108 Bab. 108 : Aku mencintai mu
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Bab. 1 Keputusan sepihak
2
Bab. 2 Persekongkolan
3
Bab. 3 Menikah
4
Bab. 4 Malam pertama
5
Bab. 5 Pulang ke rumah mertua
6
Bab. 6 Masih di rumah mertua
7
Bab. 7 Berangkat kerja
8
Bab 8. Kisah itu
9
Bab. 9 Ternyata dia disana
10
Bab. 10 Pindah rumah
11
Bab. 11 : Sarapan pertama
12
Bab. 12 Mulai bekerja
13
Bab. 13 Yugi gelisah
14
Bab. 14 Aku tidak masalah
15
Bab. 15 Kata orang
16
Bab. 16 : Menungguku
17
Bab. 17 : Ingin tahu tentangku?
18
Bab. 18 Aku yang pertama
19
Bab. 19 : Tiba di rumah mama
20
Bab. 20 : Ada apa dengan semua ini?
21
Bab. 21 : Mulai menyadari
22
Bab. 22 : Pengkhianat dan penggoda
23
Bab. 23 : Dia suamiku
24
Bab. 24 : Meja makan
25
Bab. 25 : Aku memang bodoh
26
Bab. 26 : Cobaan
27
Bab. 27 : Ingin tahu
28
Bab. 28 : Tamu di rumah Yugi
29
Bab. 29 : Wajah bahagia Yugi
30
Bab. 30 : Gaun yang berbeda
31
Bab. 31 : Hati yang terkoyak
32
Bab. 32 : Yugi geram
33
Bab. 33 : Geram
34
Bab. 34 : Setelah menangis
35
Bab. 35 : Aku tahu
36
Bab. 36 : Gugup
37
Bab. 37 : Suasana syahdu di ruang makan
38
Bab. 38 : Menyatu
39
Bab. 39 : Sesudahnya
40
Bab. 40 : Bertemu Vera dan Rico
41
Bab. 41 : Masih dengan mereka berdua
42
Bab. 42 : Kabar baru di tempat kerja
43
Bab. 43 : Keluarga yang hangat
44
Bab. 44 : Nikmat bukan?
45
Bab. 45 : Aku menyesal
46
Bab. 46 : Gosip buruk di kantor
47
Bab. 47 : Fakta terungkap
48
Bab. 48 : Membela istri
49
Bab. 49 : Kejutan di Jamuan makan
50
Bab. 50 : Ini rencana kalian?
51
Bab. 51 : Kenapa aku baru tahu?
52
Bab. 52 : Aku tidak ada hubungannya dengan kalian
53
Bab. 53 : Kelabu untuk Rico
54
Bab. 54 : Marah yang salah
55
Bab. 55 : Orang gila
56
Bab. 56 : Keputusan Yugi
57
Bab. 57 : Awal yang baru
58
Bab. 58 : Kantor Yugi
59
Bab. 59 : Hamil?
60
Bab. 60 : Rekan bisnis
61
Bab. 61 : Keputusan Rico
62
Bab. 62 : Firasat tidak enak
63
Bab. 63 : Aib
64
Bab. 64 : Perempuan gila
65
Bab. 65 : Usir dia!
66
Bab. 66 : Janinku sayang.
67
Bab. 67 : Tawaran
68
Bab. 68 : Undangan
69
Bab. 69 : Istirahat dulu
70
Bab. 70 : Pantry
71
Bab. 71 : Mesra
72
Bab. 72 : Orang di lobi
73
Bab. 73 : Mengawasi Nami
74
Bab. 74 : Sungguh tidak tahu diri
75
Bab. 75 : Kencan bertiga
76
Bab. 76 : Nasehat dokter
77
Bab. 77 : Bincang mereka
78
Bab. 78 : Pertemuan yang menjengkelkan
79
Bab. 79 : Mereka tidak pernah merasa salah
80
Bab. 80 : Darurat
81
Bab. 81 : Suasana berubah
82
Bab. 82 : Masa tegang usai
83
Bab. 83 : Yugi mulai bergerak
84
Bab. 84 : Inkubator
85
Bab. 85 : Kabar baru
86
Bab. 86 : Bersiap
87
Bab. 87 : Keluarga tahu
88
Bab. 88 : Mengungkap fakta
89
Bab. 89 : Memastikan
90
Bab. 90 : Tidak sama dengan apa yang dikatakan mama
91
Bab. 91 : Nasehat ibu
92
Bab. 92 : Yana ingin tahu
93
Bab. 93 : Kisah Yugi
94
Bab. 94 : Mencoba membujuk
95
Bab. 95 : Masih mencoba
96
Bab. 96 : Permohonan restitusi
97
Bab. 97 : Minta tolong
98
Bab. 98 : Permintaan Rico
99
Bab. 99 : Mengaku salah
100
Bab. 100 : Bukan salah mu
101
Bab. 101 : Bagaimana keadaanmu, Vera?
102
Bab. 102 : Ada yang ingin bertemu denganmu
103
Bab. 103 : Boleh pulang
104
Bab. 104 : Sahabat sepanjang masa
105
Bab. 105 : Putusan hakim
106
Bab. 106 : Air mata
107
Bab. 107 : Sudah usai
108
Bab. 108 : Aku mencintai mu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!