“Ke rumah mama akan memakan waktu lebih lama. Ini sudah agak siang. Kamu bisa terlambat,” kata Yugi sembari melihat ke arah arloji berwarna hitam itu.
Nami melihat ke layar ponsel. Jam digital di sana menunjukkan waktu yang tidak banyak.
“Ayo masuk,” ajak Yugi setelah mereka keluar dari mobil. Di dalam butik, Yugi di sambut oleh seorang wanita. Mungkin seumuran dengan Nami. Karena terlihat lebih tua jika di bandingkan dengan Yugi.
Setelah berbincang sebentar dan pelan, wanita itu melihat ke arah Nami. Seakan baru saja mereka membicarakan dirinya. Namun sepertinya memang iya. Karena setelah itu, wanita itu mendekati Nami dan tersenyum ramah.
“Aku Anita.” Wanita itu memperkenalkan dirinya sendiri tanpa di minta. Nami menoleh pada Yugi yang tidak mendekat pada mereka. Pria itu justru duduk di sofa dan menunduk. Melihat ponsel di tangannya. “Kamu bisa mengandalkan aku untuk menemanimu mencari baju yang cocok.”
“Aku hanya ingin mencari baju untuk kerja, bukan pesta.”
“Aku tahu, Yugi bilang kamu meninggalkan baju kamu di rumah tanpa bisa mengambilnya karena kalian tinggal di rumah keluarga Yugi.” Anita menoleh pada Yugi, tapi pria itu hanya tersenyum.
“Aku hanya butuh rok dan blus,” sebut Nami untuk pakaian yang akan ia kenakan hari ini.
“Silakan. Untuk perempuan yang berada di tempat istimewa bagi Yugi, aku berikan gratis,” bisik Anita sambil tersenyum penuh arti.
Siapa perempuan ini? Nami belum mengenal banyak orang di sekitar Yugi.
"Dia masih saudara jauh. Makanya kita bisa dapat gratis," kata Yugi saat mobil melaju menuju ke tempat kerja Nami. Dia tahu Nami melihat dengan aneh pada perempuan tadi.
"Oh, ya." Nami terkejut Yugi tahu apa yang sedang ia pikirkan tadi. Pria ini ingin menjelaskan rupanya.
"Pakaian itu cocok," ujar Yugi yang melirik ke samping. Rupanya ia sudah memperhatikan Nami sejak tadi. Nami hanya mengerjapkan mata, tetapi tidak menyahut. Entah itu pujian atau apa. Akhirnya mereka sampai di depan gedung perusahaan Nami.
...***...
Kemunculan Nami di kantornya mendapat sambutan heboh. Ini buah hasil dari pernikahan dadakannya.
Saat datang dan hendak memasuki ruangan, sebuah teriakan sudah menggema menahan langkahnya.
“Nami!” Perempuan ini menoleh ke asal suara. Itu Ina. Juga ada Mila di sebelahnya. Mereka langsung berlari ke arah Nami dengan bahagia. Wajah mereka lebih ceria daripada Nami yang menjadi pengantin baru.
“Ih, ni orang. Beruntung betul dapat laki ganteng,” Ina gemas.
“Iya nih ... Jadi penasaran. Kapan dapatnya? Kok kita temannya enggak tahu.” Mila mulai membicarakan hal yang sensitif bagi Nami. Perempuan ini menyampirkan anak rambut yang jatuh mengenai pipinya, ke belakang telinganya.
“Memang dapatnya tiba-tiba. Setelah dapat langsung nikah," ujar Nami. Dia tidak berbohong soal ini. Dia jujur. Namun tentu saja dua temannya ini tidak percaya. Itu sangat mustahil bagi mereka.
“Gaya banget. Mentang-mentang berhasil dapat suami, jadi belagu nih di depan teman.” Ina menyenggol lengan Nami dengan alis bergerak-gerak menggoda. Nami tersenyum.
Suara langkah terdengar dari pintu masuk. Sepertinya ada seseorang penting di belakang mereka. Karena atmosfir di sekitar mereka jadi berat. Ina dan Mila membalikkan badan. Ternyata dia, Rico. Manajer mereka.
Dua manusia itu langsung menutup mulut dan membungkuk. Memberi hormat pada atasan mereka. Nami juga melakukan hal yang sama seperti mereka.
“Nami, ikut ke ruangan ku,” perintah Rico tiba-tiba. Ina dan Mila saling berpandangan.
“Ya,” sahut Nami. Dia langsung mengusir kedua temannya. Kemudian bergegas menuju ke ruangan Rico. Tok! Tok! Setelah mengetuk pintu sebagai ucapan permisi, Nami masuk.
Rico sudah menunggu Nami di kursinya. Perempuan ini mendekat ke meja.
“Selamat atas pernikahanmu,” ucap Rico.
“Ya. Terima kasih," sahut Nami datar.
“Maaf, aku enggak bisa datang.”
“Tidak apa-apa. Anda tidak perlu sungkan,” sahut Nami. Rico mengulurkan sebuah tas. Sepertinya kado.
“Ini kado untuk pernikahan kalian.”
“Tidak perlu repot, Pak.” Nami tidak mengambil pemberian pria itu.
“Kamu harus mau menerimanya, Nami. Aku sengaja membelikan itu untukmu.” Rico memaksa Nami untuk menerima. Nami diam. “Kado itu murni untuk pernikahanmu.”
“Baik. Terima kasih.” Nami meraih kado itu.
“Apa setelah menikah kamu tidak akan memanggilku seperti biasa? Apa kita tidak bisa berteman?” tanya Rico menyinggung suatu hal yang tidak ingin Nami bicarakan.
“Apa yang Bapak bicarakan?” tanya Nami.
“Oke. Aku tahu kamu marah karena aku dengan wanita lain, aku ...”
“Jika tidak ada pembicaraan yang lain, saya permisi," potong Nami enggan membicarakan apa yang sudah berlalu. Kepala Nami mengangguk dan memutar badan untuk menuju ke pintu keluar.
Sungguh mengejutkan, pria ini mengejarnya. Bahkan menahannya dengan meraih tangan Nami. Perempuan ini terkejut. Setelah melihat tangan Rico yang memegang tangannya, langsung mendongak dan menatap pria itu lurus-lurus.
“Saat itu aku mabuk, Nami. Aku tidak melakukannya karena ingin, tapi karena pengaruh alkohol. Seharusnya kamu mendengarkan dengan baik-baik penjelasan ku.” Rico mencoba menjelaskan sesuatu.
“Jangan bicarakan hal yang sudah berlalu Rico. Aku ini sudah menjadi istri orang. Tindakanmu ini sangat tidak pantas.” Bola mata Nami menunjuk ke arah tangan Rico. Pria ini pun melepas tangannya. “Lebih baik cerita kita di kubur dalam-dalam. Kamu sendiri yang menginginkan hubungan kita tersembunyi. Kini, saat itu sudah tidak ada lagi, kenapa harus di bahas? Lebih baik tetap seperti semula. Tidak ada yang tahu kalau kita pernah menjadi sepasang kekasih," kata Nami.
Setelah itu Nami berjalan keluar ruangan. Ia harus segera kembali ke ruangannya. Dia tidak ingin berlama-lama di sini.
...***...
“Eh, itu apa? Kado dari Pak Rico?” tanya Ina yang melihat Nami muncul. Ina mendorong kursinya mendekat ke meja Nami.
“Ya,” sahut Nami datar. Dia meletakkan kado itu ke dalam laci bawah.
“Memangnya pak Rico enggak datang ya waktu itu?” tanya Mila yang mendengar mereka membicarakan pria itu.
“Sepertinya enggak. Aku lupa,” sahut Nami. Dia bukan lupa. Pikirannya waktu itu tentu hanya di isi dengan marah dan sakit hati. Sampai-sampai dia tidak menunggu kawan-kawannya datang. Sakit hati yang bertumpuk-tumpuk. Karena Rico, juga keluarganya.
Tidak sengaja melakukan? Cih!
Nami ingat lagi kejadian beberapa waktu yang lalu. Saat dirinya masih menjalin hubungan dengan Rico. Pria yang menjadi atasannya.
Kakinya melangkah dengan semangat menuju apartemen pria itu. Tangannya membawa sebuah kotak berisi kue tart. Itu hari ulang tahun Rico. Sebagai kekasih, dia ingin memberi kejutan. Namun yang ia lihat adalah, pria itu tengah tidur dengan seorang wanita. Mereka pasti telanjang karena semua pakaian mereka berserakan di lantai kamar.
Nami belum tahu siapa wanita itu. Yang jelas, ia langsung berjalan keluar, setelah menjatuhkan sekotak kue tart untuk kekasihnya. Panggilan Rico saat itu tidak lagi di gubrisnya. Ia tidak ingin berlama-lama di sana.
...____...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Eny Hidayati
🤔🤔🤔 ... apa iya itu cewek yang tidur dengan Rico ... jangan-jangan ?! ...
2023-11-30
0
Azhure
sengaja atau tidak, siapa jg yg mau nerima orang yg dah jelas2 tidur dgn wanita lain, apapun alasanya dan penjelasanya tetap saja itu menjijikkan, dan tak ada toleransi lagi, karen jelas dia bukanlah pria baik, karena orang yg baik bisa menjaga diri dan pergaulannya entah itu pria atau wanita, kaaaaaannn aku jd emosi kalau liat cerita beginian 😩😩😩😩
2023-10-12
3
tististis
waah ternyata pacar nya diembat adeknya dewek.
2022-12-09
0