“Kenapa makan kue yang ada di tanganku ... Bukannya kuenya masih banyak di atas meja ...,” omel Nami lirih seraya menunduk. Dia mengomel bukan karena itu, tapi karena sekarang dadanya sedang berdebar-debar.
Tangan Nami menyuapkan lagi kue itu dengan agak cepat. Pun dengan potongan kue agak besar. Itu membuat krim kue belepotan.
“Kamu sering membuat pria ingin mengusap bibirmu ya? Makannya belepotan begini,” kata Yugi seraya mengulurkan tangannya mengusap ujung bibir Nami yang terkena krim dari kue. Bola mata Nami melebar. Yugi bersikap tenang. Seakan tindakannya barusan adalah hal biasa.
Cih! Nami membuang muka ke arah lain karena barusan. Lalu kembali menoleh pada Yugi dengan mata tajam.
“Apa yang kamu katakan? Aku tidak akan membiarkan seorang pria menyentuh bibirku, mengerti?” bantah Nami. Bahkan Rico tidak bisa melakukannya. Mungkin karena itu, dia jenuh dan memilih bercinta dengan wanita lain.
“Jadi aku satu-satunya pria yang bisa menyentuh bibir kamu?” tanya Yugi seperti mendapatkan jackpot mendengar pengakuan itu dari Nami.
Bola mata Nami mengerjap terkejut dengan respon Yugi. Perempuan ini langsung mengambil air minum. Ia butuh minum banyak-banyak sekarang. Yugi tersenyum puas melihat perempuan ini gugup dan panik.
...****...
Setelah berhasil menemukan oleh-oleh untuk mama, mereka segera ke rumah mama. Akhirnya mereka tiba di rumah keluarga Nami sekitar hampir setengah sepuluh malam.
Rumah ini masih tidak berubah, batin Yugi melihat rumah itu. Sebagai kekasih Vera, dia juga sering ke rumah ini. Bahkan jika gadis itu masih dandan, Nami-lah yang muncul membawakan minuman padanya. Ia mulai tahu Nami dari sana. Perempuan yang terkesan mandiri dan tidak peduli.
Yugi menoleh ke sebelah kanan. Ada mobil yang asing di sana. Menurutnya, keluarga Nami tidak punya mobil seperti itu. Saat menoleh pada Nami, perempuan itu terus saja melangkah menuju rumahnya. Jadi Yugi urung untuk bertanya. Lagipula tidak ada urusan soal mobil itu milik siapa.
Pintu depan sedikit terbuka. Sepertinya ada tamu di dalam rumah. Karena itu, suara mobil mereka yang ada di halaman, langsung bisa di dengar dari dalam.
Seseorang muncul dari balik pintu. Dia Vera. Sepertinya perempuan itu terkejut melihat kedatangan Nami dan Yugi.
"Halo, Vera," sapa Nami yang sebenarnya enggan. Perempuan itu langsung menoleh ke belakang dengan panik saat di sapa.
"Ma! Ma!" teriak Vera. Perempuan muda ini terdengar tergesa-gesa memanggil mama. Bahkan Vera tidak mempersilakan kakaknya masuk. Dia membiarkan Nami dan Yugi berdiri di luar.
"Kamu tidak mempersilakan kita masuk?" tanya Yugi. Nami juga mengernyitkan dahi menunggu jawaban adiknya. Karena Vera tetap berdiri di ambang pintu tanpa bergeser dari sana. Vera hanya melihat ke arah Nami dengan tatap persaingan.
"Ma!" teriak Vera tetap memanggil mamanya tanpa menjawab pertanyaan mantan kekasihnya itu. Nami dan Yugi saling berpandangan dengan keheranan.
"Ada apa, Vera?! Kenapa kamu berte ..." Suara mama lambat laun kian pelan. Seiring dengan kemunculan beliau yang muncul di hadapan Nami dan Yugi. Beliau tidak jadi meneruskan kalimatnya karena terkejut dengan kemunculan Nami dan suaminya.
Vera menunjukkan kemunculan dua orang ini dengan dagunya. Wajahnya tampak kesal. Sementara mama masih terdiam oleh rasa terkejut.
"Aku datang, Ma," kata Nami senang.
"Oh, kamu Nami." Mama akhirnya bisa bangun dari rasa kaget tadi.
"Ya. Aku datang, Ma." Nami tersenyum bahagia. Mama memberi kode pada Vera untuk minggir. Vera melihat mamanya dengan bingung. Namun ia harus segera minggir karena pelototan mata mamanya.
"Oh, masuklah. Masuk." Mama mempersilakan mereka berdua masuk ke dalam. Vera seperti masih dalam rasa panik yang tidak bisa di pahami.
"Ini oleh-oleh untuk mama." Nami menyerahkan buah tangan yang sudah ia beli sebelum datang ke rumah ini. Mama menerimanya. Vera berjalan dengan raut wajah kesal.
"Oh, ya. Ayo duduk." Mama meminta mereka duduk.
"Terima kasih, Ma," kata Yugi.
"Tunggu di sini, ya. Mama akan meminta bibi membuatkan sesuatu untuk kalian."
"Jangan repot-repot. Nami kan bukan tamu. Biar Nami sendiri yang buat minum." Nami beranjak dari sofa.
"Eh, tidak usah. Duduk saja di sini dengan suami mu."
"Saya tidak apa-apa kok, Ma." Yugi bermaksud membiarkan Nami melakukan apa yang di inginkan ya di sini. Ia tidak ingin mengekangnya.
"Yugi bilang enggak apa-apa di tinggal Nami." Merasa mendapat dukungan Nami tersenyum.
"Oh, begitu. Baiklah." Mama tampak gugup. Mungkin karena menganggap kedatangan Ni dan suaminya mendadak. Mereka berdua pun menuju ke dapur.
Sementara itu, Vera yang mulai duduk di sofa melirik Yugi. Tangannya bersedekap.
"Jadi kamu menikmati pernikahan ini, ya?" sindir Vera. Yugi melirik.
"Kenapa kamu tidak ikut dengan kakak dan mama kamu?" Yugi justru mengusir Vera.
"Itu terserah aku."
"Ya. Memang begitu. Ini kan rumah kamu." Yugi menganggukkan kepala dengan tenang.
"Aku pikir kalian enggak bakal muncul di sini. Ternyata kamu tangguh juga. Setelah kegagalan pernikahan itu dan pasangan kamu di ganti kakakku, kamu justru tetap datang ke rumah ini lagi. Rumah mantan perempuan yang akan jadi calon istrimu." Vera memperjelas. Sepertinya itu untuk mengolok-olok pria ini.
"Soal itu tidak akan pernah terhapus karena kenyataannya adalah kita memang pernah bersama." Yugi tidak akan pernah bisa memungkiri itu. Dia sadar.
"Apa kamu sengaja ke rumah ini untuk melihat ku? Kamu ingin bertemu denganku?" tanya Vera sangat percaya diri. Mendengar itu Yugi mengerjapkan mata, lalu terkekeh. Vera mengernyitkan keningnya. "Enggak perlu ngeles deh. Aku mengerti itu. Kak Nami dan aku memang berbeda. Aku lebih menarik darinya."
Gelak kekehan Yugi perlahan lenyap.
"Kamu sungguh tidak tahu diri, Vera. Setelah kamu melakukan kesalahan fatal dengan hamil dengan pria lain, kamu masih berpikir bahwa aku datang ke rumah ini untuk mencari kamu. Itu terdengar sangat lucu," cemooh Yugi.
"Kenapa lucu? Kamu terobsesi denganku kan?" Vera masih memaksa.
Yugi menggelengkan kepala mendengar kalimat desakan perempuan ini.
"Maaf, Vera. Mungkin kesalahan ku, pernah jatuh cinta padamu. Ternyata kamu bukan perempuan yang pantas di beri hati. Kamu begitu culas. Aku menyesal pernah punya hati untukmu." Yugi benar-benar menunjukkan wajah menyesal.
"Huh. Aku juga enggan menerima cinta kamu lagi, Yugi. Karena aku sudah dapat pria yang lebih unggul dari kamu," tunjuk Vera pada Yugi bangga. Pasti pria uang menghamilinya itu.
"Oh, selamat kalau begitu. Aku bersyukur di tunjukkan lebih dulu bagaimana dirimu yang asli sebelum kita benar-benar menjadi suami istri. Aku datang ke rumah ini murni sebagai suami kakakmu, Vera. Terserah kamu berpikir apa. Aku tidak peduli. Aku adalah suami Nami." Dengan tegas Yugi menjelaskan siapa dirinya sekarang. Vera mendengus mendengarnya.
Sementara itu di dapur, Nami meracik minuman sendiri. Mama yang tadinya menemaninya tidak ada di sampingnya. Tadi ada panggilan telepon masuk ke ponsel mama, jadi beliau meminta untuk menjauh sejenak.
Klek! Suara pintu dapur terbuka lelah seseorang.
"Oh, mama. Apakah mama sudah selesai menelepon?" tanya Nami seraya berbalik. Deg! Namun sungguh mengejutkan bahwa yang muncul dari balik pintu bukanlah mama.
... _____...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ 🥚⃟♡ɪɪs▵꙰ᵃⁱˢ𝐘ᵃ🇭⃝⃟♡🍆
oh sudah ku duga
2022-12-12
0
seru_seruan
eng ing eeeeeeng......
kenapa cinta mereka nguplek uplek ama 2 sodara.
jengkel nya jadi nggak maksimal..
wlkkkwkwkkk
2022-12-11
1
Erna Yunita
WAH.....RICO....KAMU BAKALAN NYESEL UDAH NINGGALIN NAMI.....YAKIN 1000% AQ
2022-11-04
0