Rhea
“Ayo kita menikah!” pria itu menatap ke arah gadis di depannya dengan tatapan yang sangat tak bisa diartikan.
“Kenapa tiba-tiba? Aku tahu jika kau sudah membantu ayahku soal perusahaan, kita juga sudah bertunangan sejak kecil. Tapi apa itu masuk akal? Kita bahkan tak pernah berusaha untuk saling mengenal?” sang gadis masih sibuk dengan kuas di tangannya, ketika ia menyadari bahwa tinta merah di atas palet miliknya sudah berubah menjadi genangan darah segar.
“Ayah tidak!!!” pekiknya terngah-engah.
Gadis itu terbangun dari mimpi dan mendapati keberadaan dirinya yang sebenarnya ‘Bukan mimpi itu, inilah neraka yang sesungguhnya’.
“Dasar wanita ******! Kau lupa tugasmu sebagai seorang istri. Sekarang bahkan sudah lewat dari pukul delapan dan kau belum menyiapkan apapun, Hah!” gertak seorang pria yang tak lain adalah suaminya sendiri.
Gadis itu bahkan belum mengumpulkan kesadarannya ketika pria di depannya menjambak rambutnya dengan sangat keras dan menariknya kebelakang. Ia menatap pria itu dengan tatapan penuh kebencian, namun ia tak bisa melakukan apapun.
Air matanya nampak sudah mulai menggenang, tapi pria itu tak kunjung melepaskan cengkeramannya. Ia malah menarik rambut itu semakin keras dan menyeret gadis itu masuk ke dalam kamar mandi yang berada di dalam kamar pribadi mereka.
Dengan shower yang terus menyala, pria itu memasang alat agar aliran airnya tak pernah berhenti, bahkan meskipun gadis itu berusaha keras untuk menutup kerannya. Ia mengunci gadis itu disana dan meninggalkannya untuk pergi bekerja. Ia bahkan tak memikirkan hal apa yang akan terjadi dengan gadis itu selepas kepergiannya.
“Andai aku diperbolehkan untuk memohon kematian, maka inilah saatnya. Aku ingin mati saja Tuhan.” Seru gadis itu dengan suara memelas. Tenaganya seperti telah terkuras habis. Ia tak lagi memiliki tenaga untuk bangkit dan keluar dari sana. Ia hanya membiarkan tubuhnya basah kuyup dan menggigil kedinginan.
Semalaman. Pria yang berstatus sebagai suami sahnya itu telah memukulinya habis-habisan. Tak hanya rambutnya yang dijambak, ia bahkan membenturkan kepalanya ke sudut meja hingga kepalanya mengucurkan darah segar. Ia juga belum memberinya makan apapun selama tujuh puluh dua jam terakhir, ditambah lagi dengan penyiksaan yang tak kunjung usai.
Ia dipaksa untuk memasakkan pria itu sarapan dan kemudian ia akan dilempari dengan makanannya sendiri. Semangkuk sup panas, dan juga telur goreng yang baru saja keluar dari penggorengan. Hingga gadis itu mendapati kulitnya mulai melepuh di beberapa titik.
Kejadian itu hanya salah satunya. Hukumannya akan bertambah jika saja ia lupa atau melewatkan satu hal yang sudah ditugaskan untuknya. Salah satunya adalah dengan menempatkannya di bawah guyuran air sama seperti saat ini. Kucuran air itulah yang akan menemaninya hingga akhirnya lelaki itu kembali setelah menyelesaikan pekerjaannya.
Namun ia beruntung karena waktu sepuluh jam yang dihabiskan lelaki itu di kantornya akan berarti sebagai waktu istirahat untuknya. Meskipun itu harus berlangsung di dalam kamar mandi yang begitu mencekam ini.
“Kau adalah kesalahan karena lahir ke dunia ini?”
Gadis itu kembali mengenang malam pengantinnya tiga hari yang lalu. Baru tiga hari berlalu semenjak ia menjadi istri lelaki itu. Tapi waktu sesingkat itu sudah terasa seperti tiga abad untuknya.
Ia tak menyadari apa kesalahannya. Ia hanya tahu bahwa ia terlahir dari orang yang salah. Orang yang telah menghadirkan luka yang hebat di hati sang suami barunya.
“Tak apa, mungkin aku pantas mendapatkannya.” Gumam gadis itu miris. Ia bahkan tak bisa mengumpat pada sang ayah yang sekarang hanyalah tinggal nama.
“Andaikan Anda mengizinkanku pergi bersama Anda Tuan.” Pintanya penuh harap kepada sang ayah yang sudah lebih dahulu menemui sang pencipta.
Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Ia masih berharap jika umur sang ayah akan panjang dan ia bisa merasakan bagaimana rasanya jika pria yang penuh kuasa itu memeluknya dan memanggilnya sebagai putrinya.
“Andai aku bertahan lebih lama, apakah Anda akan menyayangiku dan mengizinkanku memanggil Anda Ayah?” lirihnya sebelum matanya kembali tertutup tak sadarkan diri.
Kilas Balik Satu Bulan Lalu…
“Baguslah, setidaknya kau hadir di pemakamannya.” Gumam Aqsa sang kakak tiri yang tak pernah menganggap kehadiran sang adik.
Gadis itu bernama Rhea Shana, ia adalah putri bungsu sekaligus pewaris tunggal dari Media Naratama Group yang juga merupakan anak dari hubungan tidak sah antara sang ibu dan juga ayahnya. Ibunda Aqsa yang memutuskan untuk berselingkuh lebih dulu membuat suasana di mansion utama semakin memburuk.
Ia diceraikan dan bahkan namanya beserta Aqsa turut di hapus dari daftar ahli waris utama. Ia diusir dari mansion utama dan dipisahkan dari putranya Aqsa yang masih dipertahankan oleh para tetua untuk tetap tinggal di mansion.
Sang ayah Aziel Naratama, yang merasa telah dikhianati pun juga memilih akhir yang sama dengan hidupnya. Ia menyetubuhi kekasih sahabatnya sendiri hingga Rhea, gadis itu terlahir dengan diselimuti oleh ribuan kebencian dari orang-orang di sekitarnya, terutama Aqsa.
Aziel begitu menyayangi Rhea sebagai putri satu-satunya yang ia anggap. Namun kenyataan bahwa Rhea hanyalah anak dari hubungan tidak sahnya dengan sang sahabat selalu membuatnya tak berdaya. Semenjak kelahirannya Rhea kecil terpaksa di besarkan di sebuah lingkungan kecil yang jauh dari kata sempurna.
Rhea diserahkan kepada salah seorang kepercayaan keluarga dan dididik selayaknya seorang pewaris dalam lingkungan yang sederhana. Namun sebagai hukuman dari kesalahan kedua orangtuanya, ia sama sekali tidak diberi izin untuk menemui sang ayah selama hidupnya. Ia juga tak pernah diizinkan untuk menginjakkan kakinya di dalam mansion utama atas kehendak para tetua.
“Kau bisa menjadikannya sebagai pewarismu hanya jika kau sudah tidak ada di dunia ini. Jangan harap kami akan membiarkanmu hidup bahagia bersama kesalahan terbesar yang sudah kau perbuat Aziel! Kau bahkan melakukan hal yang sama dengan wanita rendahan itu.” kecam para tetua.
"Dia bukan wanita rendahan! Aku mencintainya, dan ia adalah ibu dari anakku." sanggah Aziel yang tak pernah di pedulikan oleh para tetua.
Berbeda dengan Rhea sang putri kandung yang tak dianggap, Aqsa sang putra sulung justru malah mendapat dukungan penuh dari para tetua terlepas dari apapun identitasnya yang sebenarnya. Ia malah dipertahankan untuk tetap berada di dalam mansion utama, karena latar belakang keluarga sang ibu yang selama ini mendukungnya.
Ia dibesarkan disana selayaknya seorang pewaris sungguhan. Namun meskipun dirinya tinggal dan di besarkan di dalam istana, namun dirinya tak pernah mendapatkan perhatian khusus dari sang ayah Aziel.
Aqsa selalu menghadirkan keraguan dalam diri Aziel. Ia tak pernah menerima Aqsa sebagai putranya. Namanya bahkan tak pernah tercatat sebagai pewaris. Hanya identitasnya yang merupakan anak dari istri sahlah yang selama ini membuatnya bisa bertahan di mansion utama. Selepas dari itu ia bukanlah siapa-siapa.
Ia selalu menganggap Aqsa sebagai bukti terbesar dari luka yang dialaminya. Ia bahkan meragukan identitas Aqsa sebagai putra kandungnya. Ia selalu menganggap anak itu sebagai benih hasil dari hubungan haram sang istri bersama selingkuhannya, meskipun belum ada bukti sah yang bisa membuktikan jati dirinya.
Dua puluh tahun pun berlalu. Sikap dingin dan kejam Aziel dalam memimpin bisnisnya justru malah mendatangkan boomerang sendiri bagi dirinya. Ia ditemukan tewas mengenaskan di taman hijau di belakang Gedung kantornya sendiri. Entah siapa dan kenapa alasan hingga ia bisa berakhir seperti itu masih menjadi misteri hingga saat ini.
Namun dibalik setiap misteri yang perlahan mencuat ke permukaan, muncullah sesosok pria bertudung dan juga masker wajah yang selalu muncul di setiap kejadian. Seakan ia adalah saksi kunci dari setiap teka-teki dan pertanyaan perihal Aziel Naratama yang masih menjadi misteri hingga setelah kematiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments