ORION
Setiap manusia mempunyai jalan takdirnya sendiri, dari baik ke buruk begitu juga sebaliknya hingga ajal menjemput. Namun, salah seorang pria yang hidup sederhana ini hampir tidak bisa dikatakan "Jalan takdir yang sebenarnya" sebab nasibnya sungguh sial.
Awalnya mungkin ia hidup pas-pasan, lalu kemudian mendapatkan kesempatan untuk bekerja di suatu perusahaan berkat kemampuannya yang diakui. Sempat mengalami jatuh bangun dan pada akhirnya bangkrut menyisakan segunung hutang.
Sudah begitu banyak orang yang menggunjingnya sana-sini. Gosip miring tak tertahankan membuat mentalnya lemah, bahkan fisiknya pun melemah. Hubungan asmara pada salah seorang wanita model juga kandas karena semua kemalangan yang ia dapatkan ini.
Terlintas dalam benaknya, apakah ia membawa kesialan setiap melangkah maju? Dipikir bagaimanapun itu terlihat tak adil untuknya.
Pekerjaan yang menyisakan hutang, lemah dari fisik dan mental serta cinta yang kandas. Gunjingan-gunjingan itu terus terdengar di kedua telinganya. Berharap ia tuli dan juga buta akan semua yang ia lihat. Terutama saat, istrinya sendiri pun selingkuh tepat di depan mata sendiri.
Mengecewakan!
Memasuki usia 30 tahun, tak berniat untuk melakukan apa-apa karena semuanya telah hancur bagai bubur. Tak ada yang tersisa di dalam dirinya, salah satu hal keinginannya ini adalah mati.
“Benar, mati adalah hal terindah dan akan menyelesaikan semua masalah.”
Begitulah pola pikir seorang pria yang sudah gila! Orion Sadawira, pria berusia 30 tahun itu kini terbaring di atas padang bunga. Semilir angin masih dapat ia rasakan namun tidak dengan setiap anggota badannya yang sudah tidak tersambung.
Termasuk bagian kepalanya yang terpenggal, nampak senyum bahagia terlukis. Pantulan terlihat dari kedua matanya, terdapat seseorang yang lain diduga telah melakukan hal keji itu pada Orion.
“Sakit,” lirih Orion masih diambang kesadaran.
Sekarat yang ia rasakan saat ini takkan pernah dilupa. Darah mengucur deras menggenangi padang bunga serta tubuhnya itu pun menjadi pusat perhatian pada pria yang kini masih berada di dekat Orion seraya mengangkat tinggi pedangnya.
“Oh, kasihan sekali pria malang ini. Tak aku sangka dia masih hidup setelah kupotong semua anggota badannya. Pria aneh!”
Pedang itu diayunkan begitu cepat, melesat menuju jantung Orion. Sekali lagi darah mengucur dengan deras, mewarnai padang bunga dan seketika jantung dan otak Orion tak lagi berfungsi. Tak lagi bersuara, tak lagi hidup, tak lagi berdetak ...
Dan takkan hidup kembali?
“Ya, ampun! Astaga! Kejam sekali! Ada orang yang dimutilasi seperti ini!”
“Ya, ampun kau benar. Apa yang sebenarnya terjadi. Ini teror?”
“Apa kau cukup yakin? Bukankah dia hanya tidak sengaja terpotong sebuah mesin?”
“Orang gila. Dia ini pasti pendosa berat. Tak mampu memikul banyak beban dan akhirnya mendapatkan penghukuman dari Tuhan!”
“Makhluk neraka! Kita biarkan saja!”
Banyak orang mengelilingi tubuh Orion bersimbah darah dengan setiap anggota tubuh terpisah-pisah. Sebagian memaki dan berpikir kalau Orion adalah pendosa, sebagian bersimpati namun tak tahu harus apa dan sebagian pula hanya memandang dari kejauhan dengan tatapan sinis, acuh.
Satu persatu dari mereka menarik langkahnya mundur dan membiarkan jasad Orion begitu saja. Meski banyak orang yang memakinya hingga saat ini, sejujurnya ia sangat senang. Karena kematian adalah hal yang paling ia dambakan. Mati dengan tersenyum bahagia seolah menemukan surga.
Menjadikan ia sebagai pupuk untuk padang bunga. Para hewan-hewan serangga pun mulai bermunculan dan mengkrubuti tubuhnya.
Tuk ...tuk ...
Ketukan dari sebuah tongkat terdengar samar-samar. Perlahan, Orion merasakan raganya yang dapat bergerak. Warna putih di sekelilingnya membutakan ia dalam sekejap. Lalu, bentuk-bentuk rumah yang berjejer rapi, dinding dan lantai dari kayu pun terlihat olehnya.
“Aku masih hidup? Atau aku berada di surga?” batin Orion lantas bangkit dari sana.
“Selamat pagi, tidurmu nyenyak? Hei, bocah!”
Buak! Pukulan seorang pria melayang ke wajah Orion. Seketika ia tumbang dan sekali lagi terbaring seraya menahan kesakitan.
Rambutnya memanjang berwarna kecoklatan, dan merasa bahwa dirinya sangatlah pendek. Beberapa dari mereka yang mengelilingi Orion mulai memperlancar aksi mereka. Memukuli hingga menendangnya. Orion hanya meringkuk kesakitan menahan nyeri di setiap bagian tubuh yang kena hajar pada saat itu.
“Tunggu! Kalian siapa?!” teriak Orion. Namun betapa terkejutnya saat ia mendengar suaranya sendiri yang rendah.
“Eh? Kok rasanya seperti mendengar suara anak kecil?” gumam Orion dengan terkejut, masih berpaling dengan kenyataan bahwa itu adalah suaranya sendiri.
“Kau itu yang bocah, sialan!” maki pria gemuk bertato.
“Ingat ini bocah! Kau adalah pejuang NED yang baru bangkit selama 20 tahun terakhir. Karena kau masih bocah maka aku berbaik hati untuk membunuhmu dalam sekali serang!” imbuhnya sembari menatap bengis ke arah Orion yang tengah terbaring lemas.
Tubuh Orion bergidik merinding. Merasakan hawa membunuh di sekelilingnya membuat ia secara tak sadar bergerak dengan tubuh sempoyongan.
“NED? Apa maksudmu?” tanya Orion tak mengerti, ia bersandar pada dinding.
Brak! Sebelum menjawab, pria gemuk bertato itu menekan bahunya hingga menabrak dinding dengan keras. Begitu mudahnya tulang belikat Orion retak. Ia meringis kesakitan.
“Kau benar-benar pemula rupanya. NED adalah orang yang mengalami mati suri. Yah, kau tahu pun tak ada gunanya, sih,” kata pria itu dengan menggelengkan kepala.
Terlihat seringai dan terdengar tawa mencekik bagi Orion di sana. Hidupnya sudah kacau setelah ia bangkit kembali. Dan setelah ini pun ia sadar bahwa dirinya tak seperti dulu. Tubuhnya menyusut kecil namun rambutnya tetap memanjang di saat 20 tahun telah berlalu.
Orion Sadawira, jika dihitung dari kematiannya saat berusia 30 tahun, maka usianya yang sekarang adalah 50 tahun.
Plak! Orion menepis senjata kecil yang hendak menusuk tubuhnya. Ia menyingkirkan jari pria gemuk itu dari pundak lantas kabur dari sarang mereka.
“Tak masuk akal!” teriak Orion.
Drap! Drap!
Entah ada angin apa hari itu, dengan pakaian yang serba kebesaran termasuk sepatu kantor itu. Ketika ia berlari lebih cepat, kegesitannya bukan main-main karena nyawa menjadi taruhan saat ini.
Jas, sepatu hingga celananya pun terlepas meninggalkan jejaknya, kemudian lari lebih cepat ke suatu gang sempit tersembunyi. Sembari mengatur napas, Orion melangkah perlahan dengan meraba-raba pada dinding di sekitar.
“NED? Mati Suri? Aku sudah mati tapi hidup kembali setelah 20 tahun berlalu? Aku sudah kakek-kakek dong! Tapi kenapa? Aku mau mati saja!” gerutu Orion dengan napas berat.
Meski ia berkeinginan tuk mati kembali tapi nyatanya tubuh kecil ini tak merespon seolah ia ingin hidup selama mungkin. Orion masih tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
“Temukan bocah itu! Ternyata kita terlalu lembek memperlakukannya! Cepat temukan dia dan periksa apakah darahnya adalah darah penghubung jiwa raga atau bukan! Lalu bunuh dia!” Pria gemuk bertato itu memerintah beberapa anak buahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments
Devii Arga
aku mampir juga kak
2023-02-19
1
bulu ijo
kacau
2022-12-04
2