Crak! Tepat saat belati beracun itu nyaris menusuk Orion, pergerakan mereka terhenti karena beberapa duri terbakar itu keluar dari punggung Orion dan menembus tubuh mereka.
“Huh, apa yang terjadi?”
“Ini apa-apaan?!”
Mereka mengoceh-ngoceh lantaran mereka tak bisa bergerak karena duri-duri yang panas itu. Setelah beberapa saat, aura mencekam datang dari arah depan mereka.
Mendatangkan kehadiran yang luar biasa membuat mereka ketakutan. Duri-duri dari punggung Orion itu juga ikut menghilang dan kembali masuk ke dalam tubuh seolah kehadiran seseorang membuatnya beringsut.
“Dia Ketua NED yang menguasai wilayah Kota J-Karta, Gista Arutala! Cepat kabur!”
Mereka semua pun lari terbirit-birit. Sedangkan wanita dewasa yang namanya diagung-agungkan pun hanya terdiam melipat kedua tangan ke depan dada seraya melirik tubuh Orion yang terbaring.
Gista Arutala, bisa dibilang wanita berusia sekitar 20 tahunan ini adalah ketua dari salah satu organisasi terkenal yang mengelola para Pejuang NED. Gista juga adalah orang yang menguasai wilayah Kota J-Karta saat ini. Tentunya identitas Gista hanya diketahui para Pejuang NED saja.
Perawakannya yang sedikit tinggi dengan setelan jas dan sepatu hak, pesona Gista yang diagungkan pun tak berhenti terucap dari mulut semua orang. Gista menghampiri anak kecil itu dan mengecek kondisinya.
“Dia masih hidup,” ucap Gista dengan suara rendah dan datar.
Tak berselang lama kemudian, salah seorang pria kekar datang menghampirinya.
“Anda ingin membawanya?”
Pria itu juga berada dalam bagian darinya. Bernama Mahanta. Ia datang dengan angin yang menyeliputi kedua tangannya pada saat itu. Terdapat bercak darah terlihat ia seperti barusan menghajar seseorang.
“Ya.” Gista kemudian bangkit dan menghadap Mahanta. Melirik kedua tangannya yang mengepal berdarah, berharap dapat jawaban apa yang telah terjadi.
“Ah, ini? Maaf saya menghajar mereka sebelumnya.” Mahanta menjawab dengan peluh bercucuran. “Ngomong-ngomong bagaimana dengan anak itu, apakah saya harus mengangkatnya sekarang?” tanya Mahanta mengalihkan pembicaraan.
“Sepertinya tanpa tinju itu, kau bisa mengalahkan mereka dalam sekali serang,” balas Gista menyindir.
“Maafkan saya, sejujurnya saya sangat kesal melihat anak kecil ditindas seperti itu. Apalagi mereka sudah tua, tapi kelakuannya sama saja saat sebelum mereka mati,” gerutu Mahanta sambil menggigit bibir bawahnya.
“Bawa dia ke tempat kita sekarang.”
Gista yang paham akan rasa keadilan Mahanta pun hanya menganggukkan kepala tanda menghormati pilihannya. Sebagaimana Mahanta adalah pria perkasa yang memperlakukan lembut semua orang kecuali musuh yang berani memperlakukan buruk setiap orang terutama anak kecil dengan semena-mena.
Tubuh Orion dibopong olehnya ke suatu tempat. Di mana tempat tinggal mereka berada saat ini. Dilengkapi beberapa fasilitas yang berguna untuk para Pejuang NED seperti ruangan latihan baik di luar maupun di dalam. Rumah Gista yang besar seperti gedung bertingkat atau istana terlihat sangat megah. Terutama halaman utama yang dipenuhi rerumputan hijau dan beberapa batu-batuan.
Tetapi, Orion tidak ditempatkan di tempat yang nyaman. Ia terbangun setelah berjam-jam ia tidur di lantai yang dingin. Seluruh dinding berwarna keabuan pekat, nampak menakutkan.
Beberapa kali ia berkedip-kedip dan memastikan bahwa ia benar-benar ada di dunia nyata.
“Ini surga, 'kan?” pikir Orion setengah sadar. Ia menengadah ke langit-langit yang memiliki warna keabuan pula. Sesaat berpikir bahwa ini surga namun tidak setelah ia menoleh ke kanan.
“Iya, 'kan?”
Orion mendapati beberapa sel penjara yang berjejer rapi di sepanjang lorong sebelah kanannya. Orion tertawa hampa begitu melihat di dalam sel terdapat beberapa tulang-tulang manusia.
“Hei, halo! Apakah ada orang di sini? Aku yakin ini bukan neraka apalagi surga! Kau dengar aku? Ah ...”
Merasa sia-sia saja ia terus terduduk sambil berteriak begitu. Orion mendesah lelah lantaran harapannya pupus. Ingin mati namun hidup kembali, tapi saat sudah menyerah justru tubuh Orion saat ini melakukan hal yang sebaliknya.
Beberapa saat kemudian, ia pun bangkit sambil membersihkan kemeja yang terkena debu. Perhatiannya teralihkan pada suatu benda, merupakan sebuah buku tulis yang terbuka dan berisikan catatan.
“Katanya, "Jika ingin hidup, keluarlah dari sini. Hanya perlu mengikuti jalan maka jalan keluar akan muncul," begitu? Ini sedikit aneh,” duga Orion seraya melirik ke arah sel penjara lagi.
Jika dilihat benar-benar, mungkin ia berada di sebuah gedung atau mungkin ruangan bawah tanah.
“Orang-orang itu tidak membunuhku. Itu artinya yang membawaku kemari itu orang lain, ya.” Orion bergumam sembari melangkah maju ke depan. Melihat ke sekeliling dan memastikan aman terhadap sesuatu yang bisa saja menimpa dirinya kelak.
Hanya terdapat satu jalan yang lurus. Itu seusai dengan tulisan di atas kertas sebelumnya. Orion sesekali menengadah dan celingak-celingukan.
Tap! Langkahnya terhenti, tampak ia terkejut dengan sesuatu yang menempel di sudut dinding. Tepat di hadapannya ada sebuah pintu, sebelum membuka ia masih terfokus dengan apa yang berada di sudut dinding tersebut.
Sesuatu itu bersinar dalam sekejap, reflek Orion menghindar ke belakang. Sebuah panah kecil berbatang besi menancap ke jalan yang sebelumnya Orion pijak.
“Beruntung aku sadar ada yang aneh. Tapi rupanya hanya ada satu jebakan saja. Hah, lega.”
Orion masih hidup, jika saja tidak berpindah posisi maka panah berbatang besi itu akan menembus tubuhnya. Ia pun bernapas lega seraya mengelus dada.
Lalu membuka pintu dengan santainya. Lantas ia dikejutkan oleh seorang wanita dewasa yang tengah menunggu. Orion seketika tercengang, tak berhenti ia melihat wajah cantik itu.
“Siapa?” Orion bertanya.
Wanita dewasa yakni Gista Arutala hanya diam memandang Orion yang berdiri tanpa luka. Entah apa yang dipikirkan oleh wanita ini, namun terlihat jelas dari aura mencekam miliknya ia mungkin membenci Orion.
“Yang bermasalah denganku hanya pria-pria itu. Kenapa ada wanita muda seperti dia sekarang? Aku juga tidak pernah kenalan dengan wanita lain selain mantan istriku sendiri,” batin Orion berpikir panjang mengenai keberadaan asing.
“Pejuang NED takkan cukup beruntung untuk melewati jalan dari ruangan bawah tanah ini. Kau beruntung atau ada sesuatu?”
Perlahan Gista mendekat padanya. Seketika Orion mengalihkan pandangan dan menggeser posisi ia berdiri saat ini. Berniat menjauh karena tahu apa yang barusan dibicarakan mungkin saja akan membuat nyawa Orion melayang.
“Tunggu! Kenapa aku menghindar?”
Lagi-lagi, pikirannya bentrok dengan insting yang menggerakkan seluruh tubuhnya. Bergerak menjauh seperti ini yang dengan jelas mengartikan bahwa Gista adalah wanita berbahaya tuk didekati.
Gista berwajah kalem dengan mengeluarkan sebilah pedang yang berelemen es. Sebagian dari pedangnya berwarna kebiruan cerah, uap dingin dapat dirasakan oleh Orion. Sejenak berhenti dan saat Orion hendak melangkah, pedang itu melesat cepat ke arahnya.
Syuk!
Menembus tubuh Orion yang belum sempat bereaksi. Meninggalkan jejak-jejak serpihan es di lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments