“Bu guru! Saya ijin ke toilet lagi!”
Untuk sesaat Orion melupakan suatu hal lalu beberapa saat yang lalu ia kembali mengingatnya. Ia terburu-buru menuju ke suatu tempat di mana terakhir kali ia bertemu dengan Endy.
Tapi begitu saat ia melangkahkan kaki ke luar kelas dan sudah dekat dengan keberadaan Endy, tiba-tiba ia melupakan tujuannya lagi.
“Loh? Aku kenapa? Sedikit-sedikit aku lupa lalu ingat lagi. Ada apa ini?”
Situasi ini sungguh sulit tuk dicerna. Orion mendadak panik dan kebingungan saat menghadapinya secara langsung. Beberapa kali ia mondar-mandir dari kelas lalu ke kelas lain, begitu seterusnya hingga Orion pun pusing memikirkannya.
“Aku tidak pernah melihatnya menggunakan kekuatan tapi kenapa aku menjadi begini? Apakah aku punya penyakit pikunnya orang tua?” pikir Orion yang masih berada di ambang situasi tak jelas.
Lorong kelas pun menjadi ramai setelah bel kelas berbunyi. Tanda untuk istirahat sejenak. Semua murid berhamburan keluar. Setelah beberapa saat, lorong pun kembali sepi. Menyisakan Orion seorang diri.
Sudah terlambat menuju kelas, meminta ijin dan sekarang meninggalkan pelajaran pertama. Sudah begitu, Orion masih terdiam. Ia larut dalam pikirannya sendiri dan memastikan ia masih hidup saat ini.
Sembari mencengkram lehernya sendiri ia bergumam, “Tenang Orion! Kau masih hidup, tidak ...kau sudah hidup kembali. Tubuhmu masih utuh.”
Ia terus menggumamkan perkataannya itu. Berharap ia tak lagi menjadi gila walau hanya sesaat. Ini mengerikan, entah apa kekuatan yang dimiliki oleh Endy, sudah pasti karena inilah Endy selalu dapat melarikan diri.
Memanipulasi pikiran atau menghilangkan ingatan itu secara sementara. Jika orang biasa yang terkena kekuatan semacam ini, mungkin orang itu akan berpikir bahwa itu bukanlah urusannya jadi tidak akan peduli terhadap apa yang dilakukan oleh Endy saat itu juga.
Tapi berbeda kasusnya jika Endy langsung berhadapan dengan Pejuang NED lainnya.
“Heh, ini ...sulit untukku sebagai orang tua. Aku harus pastikan tujuannya datang dan menyamar kemari. Siapa yang tahu jika sasarannya berpindah pada anak-anak. Pokoknya aku harus melindungi mereka,” tutur Orion membulatkan tekad untuk sekali lagi pergi menghampiri Endy.
Tap! Seseorang menepuk pundak Orion dari belakang. Orion pun menoleh dengan kagetnya, mendapati seorang pria yang mirip sekali dengan Mahanta.
“Mahan–”
“Ssttt! Jangan keraskan suaramu. Lorong ini akan membuat suara kita jadi nyaring saat ini. Untuk saat ini kau jangan lagi mendekat pada Endy, dia kriminal. Kau juga tahu itu,” ujarnya memperingati Orion.
“Daripada kau yang maju, bukankah dia akan lengah kalau berada dekat dengan anak kecil?” sahut Orion.
Ia langsung diam tak bergeming dengan wajah memucat. Orion pun tetap akan melakukannya, mendekat pada Endy secara langsung dan membiarkannya lengah adalah jalan yang terbaik daripada membuat salah satu Pejuang NED menegurnya secara langsung.
Karena jika sesama Pejuang NED, maka mereka akan membuat keributan di sekolah.
“Keputusanmu itu ...apakah aku harus yakin? Kau hanyalah anak kecil yang baru saja bangkit. Kekuatanmu mungkin cukup besar sehingga Grup Arutala mau menampungmu. Tapi kau tidak bisa mengendalikannya, bukan?”
Ocehannya tidak berbeda jauh dengan Mahanta yang memiliki sikap lemah lembut terhadap anak-anak. Pria itu juga merupakan bagian dari organisasi, bertindak lebih di area sekolahan pun akan menyulitkannya.
Orion cukup yakin bahwa saat ini pria itu sedang kesal karena omongan Orion yang sok, apalagi ia juga tak bisa sembarangan mengeluarkan kekuatannya saat ini.
Iri.
“Heh, awas saja kau mengacau,” ancamnya membuat Orion sedikit bergidik.
Aura mencekam darinya sungguh membuat ia tak nyaman. Orion segera mempercepat langkah dan setelah sampai ke kelas, di mana Endy berada saat ini, ia pun menyapa.
“Siang, Pak!”
Terlihat Endy sekarang sedang merapikan beberapa tumpuk buku di meja. Sesekali ia menyibak halaman setiap buku lalu menaruhnya kembali. Ia pun menoleh ketika Orion memanggilnya dari depan pintu kelas yang terbuka.
“Oh, kamu lagi. Kira-kira apa yang kamu butuhkan?” tanya Endy yang kemudian menghampirinya.
“Aku tidak melupakan sesuatu. Apakah efek dari kekuatannya tidak permanen? Aku pikir aku akan mondar-mandir lagi setelah ini,” batin Orion yang tersenyum menatap wajah Endy.
Orion lantas menjawab pertanyaan Endy, “Semua murid sedang keluar untuk makan siang. Saya ingin mengajak bapak.”
Endy tersenyum dengan sudut mata yang menurun. Ia menatap Orion dengan sinis.
“Hm, melihatmu datang kemari hanya untuk menemuiku seperti ini, aku rasa kau sama denganku. NED, mati suri. Orang yang hidup kembali setelah mati.”
Barusan yang dikatakan oleh Endy merujuk ke arah yang sama. Mengatakan kalau mereka berdua adalah sama-sama Pejuang NED.
“Syukurlah, ternyata bapak sama seperti saya. Saya sungguh senang,” sahut Orion dengan tenang seolah ia tahu hal ini akan terjadi.
Padahal sama sekali tidak. Karena kini, jantungnya kembali berdetak dengan cepat. Karena panik akan Endy yang telah mengetahui maksud Orion datang.
“Grup Arutala, ya?”
“Bapak bicara apa? Saya hanya anak kecil dan tak tahu harus berbuat apa semenjak hidup kembali. Hidup saya tersiksa saat sebelumnya, tapi kini saya malah hidup kembali?” celoteh Orion dengan wajah memelas. Membuat luka kembali terbuka dan bersedih hati akan hal itu.
Endy mendekatkan bibir pada telinga Orion. Berbisik, “Dulu ada anak-anak yang seperti dirimu. Terluka karena orang dewasa. Tapi aktingmu cukup buruk, nak.” Ucapannya seperti mengarah ke suatu masalah tertentu.
Sesaat Orion melirik ke kanan, ia menangkis tangan Endy yang hendak menyentuh bagian kepalanya.
“Jangan sembarangan menggunakan kekuatan seperti itu di sini, pak. Listrik takkan terlalu berpengaruh dalam api karena mereka menjadi satu-kesatuan, benar?” sindir Orion.
Semburat kilat berwarna kekuningan cerah itu menyala-nyala di sekitar telapak tangan Endy. Ia menariknya dan berdecih kesal lantaran Orion mengetahui kekuatannya.
Sorot mata Orion yang tajam menukik itu pun sekilas terlihat sebuah api yang membara di dalamnya.
“Bapak menggunakan kekuatan itu langsung dari otak manusia, apa saya benar? Jika demikian, itu artinya menjelaskan kenapa saya selalu lupa lalu ingat kembali.”
Endy terdiam cukup lama. Mungkin ia enggan mengatakan sesuatu atau bahkan hanya sekadar menjawab pernyataan itu. Bel kelas sekali lagi berbunyi, tanda istirahat sudah selesai.
Orion memanfaatkan itu untuk segera pergi dari sana. Namun hawa membunuh itu seketika meluap keluar, punggung Orion terasa dingin dan tertusuk-tusuk.
“Permisi, Pak Endy.” Salah satu murid laki-laki yang bertubuh lebih tinggi dari Orion datang dan memanggil nama Endy.
Orion terlepas dari hawa membunuh Endy yang dalam sekejap hilang tak tersisa ketika murid itu datang. Orion pun bergegas melangkah pergi meninggalkan mereka berdua.
“Kalau begini, sih. Aku akui dia cukup peka. Dia menebaknya begitu mudah, padahal kekuatan NED semuanya 'kan tidak masuk akal,” pikir Orion dalam benaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments