Orion berjinjit lantas melompat ke depan, seminimal mungkin ia takkan lagi menghabiskan tenaga dan napas sia-sia. Api berputar dalam kepalan tinjunya, dan menembus pertahanan angin.
Pak! Tapi Mahanta dengan mudah menangkap tinju Orion. Apinya pun menghilang tanpa jejak.
“Dibilang, pusatkan kekuatanmu pada satu titik saja!” teriak Mahanta.
“Eh? Tapi bukankah aku barusan begitu?”
“Tidak. Sebelumnya memang begitu tetapi ketika kau menyerang, secara tidak sadar kau melepaskan kekuatanmu begitu saja. Lihat? Kekuatan api-mu lenyap lagi, 'kan?”
Mahanta mengerti apa yang menjadi permasalahan Orion saat ini. Pantas saja sejak tadi ia merasa ada suatu kesalahan di dalam diri Orion.
Yang dimaksud oleh Mahanta adalah saat menyerang, kekuatan harus dipusatkan pada satu titik tertentu. Namun Orion, selama ia belum menyentuh lawan, kekuatannya cukup stabil dan tetap pada satu titik yakni pada kepalan tinjunya. Namun saat Orion hendak menyerang dengan tinju itu, secara tak sadar kekuatannya berhamburan ke mana-mana.
Itulah yang mengakibatkan kekuatannya mendadak jadi menghilang.
“Ah, begitu. Yah, aku sih tidak begitu mengerti.” Orion menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pengertian Mahanta dapat dimengerti namun tubuhnya tak merespon.
“Sudah aku bilang, rasakan dulu baru kau pikirkan agar kekuatan api itu bisa berwujud secara fisik, dasar!” amuk Mahanta. Tampak ia sangat kesal saat mengajari Orion yang tidak memahami.
“Huh, iya ...iya. Aku akan coba lagi.” Orion sebenarnya sangat kesal dan berkeluh kesah, namun mau bagaimana lagi karena tanpa pelajaran seperti ini pasti Orion akan kesulitan setengah mati.
“Sekarang coba kau praktekkan yang pertama kau pelajari tadi.”
Orion menghirup napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Sesaat perasaannya tenang dengan merasakan peredaran darahnya.
Mengalir cukup cepat, dan segera Orion melepaskan kekuatan yang keluar. Seolah menyelimuti tubuhnya, api itu begitu tenang.
Setelah beberapa saat, Orion berkedip dan kemudian menengadahkan telapak tangan, membuat api yang semula menyelimuti tubuh berpindah ke atas. Membulat secara sempurna, warna jingga dari api itu terlihat seperti matahari.
“Aku rasa hanya segini yang bisa aku kendalikan dalam satu waktu,” ucap Orion lantas mengepalkan tangannya. Seketika api itu lenyap menyisakan percikan.
“Sekarang kau sudah siap dan mulai terbiasa dengan merasakan dan berpikir secara bersamaan?” tanya Mahanta pada kesiapan Orion.
Orion pun menganggukkan kepala. Namun, angin yang cukup kuat sekali lagi membuatnya terdorong mundur dengan mengudara dalam beberapa waktu. Orion dihantamnya begitu kuat hingga berguling-guling ke lantai.
Posisi Orion semakin jauh dari posisi Mahanta.
“Itu cu—”
“Apa? Curang katamu? Lengah sedikit kau akan mati, Orion. Di luar sana, bagi orang biasa hanyalah biasa-biasa saja. Maraknya pencurian pun sudah menjadi hal umum. Tapi berbeda dengan kita, bagi para Pejuang NED. Kematian mereka atau yang disebabkan oleh mereka itu berbeda dengan biasanya,” ucap Mahanta memberi peringatan.
Bahwa dunia luar bagi Pejuang NED itu sangat keras. Meski tak nampak namun begitu terasa.
“Aku sangat tahu itu. Tapi tetap saja aku merasa kesal,” kata Orion berkeluh kesah seraya ia bangkit kembali.
Sekali lagi mereka berhadapan satu sama lain dalam jarak yang cukup jauh. Desiran angin terlihat di sekeliling Mahanta, ia akan memulai serangannya.
“Apa kau sengaja memberi jeda untukku?” pikir Orion, ia berlari menuju ke arahnya.
“Aku hanya perlu mengingatkan semua pelajaran yang perlu kau pelajari,” tutur Mahanta.
Angin berhembus kencang ke arahnya, Orion menutup pandangan dengan kedua lengan yang disilangkan ke depan. Sesaat angin-angin itu tak hanya mendorong tubuh Orion sedikit demi sedikit tapi juga menggoresnya.
“Ternyata kekuatan angin ini mematikan juga.”
Bertahan dalam posisinya, ketika angin mulai berhenti berhembus, segera Orion memanfaatkan hal tersebut. Dengan mempersiapkan serangan berupa tapak tangan diayunkan seolah memegang senjata, api membakar angin dan menembus ke tubuh Mahanta.
“Aku belajar ini dari musuh. Dia menggunakan tangannya sebagai senjata.”
Tidak hanya melancarkan satu serangan. Ketika Orion melompat mundur, Mahanta yang tak lagi melindungi tubuhnya dengan angin pun sekali lagi diserang dari belakang.
Api yang sejak tadi tidak menghilang sekarang tepat berada di belakang Mahanta. Menyambar tubuhnya dan membuat pakaian yang dikenakan Mahanta menjadi abu.
“Yang kau lukai hanyalah bagian depan tubuhku? Apa kau sedang menahan diri?” tanya Mahanta.
Di bagian depan tubuh Mahanta terlihat bekas luka bakar. Itu sangat jelas hingga Orion beringsut.
“Ini hanya luka biasa, kekuatanmu tidak mematikan karena memang belum terlatih, Orion.”
“A-ah, iya. Baiklah kalau kau tak merasa keberatan. Lagipula aku hanya ingin belajar menggunakan kekuatan sama seperti Endy, kriminal itu.” Orion pun menghela napas lega.
“Hm? Endy? Memangnya dia melakukan apa?”
“Iya. Dia memanfaatkan benda-benda sekitar bahkan sempat membuat pengalihan. Rencananya dia sengaja menyerang ke sekitar, lalu karena serangan itu dari listrik, dia juga memanfaatkan tiang listrik di dekatnya agar memaksimalkan kekuatannya sendiri,” jelas Orion.
“Tadi aku juga dengar begitu dari adikku. Orang yang pulang bersamamu tadi. Kekuatan listrik menyatu dalam jalanan aspal, sehingga sulit diprediksi jika suatu waktu keluar dari bawah tanah. Tapi kekuatanmu api, apa yang sebenarnya kau rencanakan?” tanya Mahanta.
“Membuat pengalihan. Aku menyerangmu di bagian depan secara langsung, bukan dengan tinju tapi aku membayangkannya seolah melayangkan senjata. Tapi sebenarnya aku berniat mengerahkan kekuatan besarku di akhir, yang di mana saat itu api menyerangmu dari belakang,” kata Orion dengan sedikit malu sebab rencananya gagal.
“Haha, begitu rupanya. Jika kau lakukan itu tanpa mengetahui batas kekuatanmu yang sebenarnya, kau akan mudah dikalahkan. Akan lebih baik jika kau memperluas daerah serangan,” ucap Mahanta menyarankan.
Maksud dari perluasan daerah, ialah suatu kata yang memaknai sebuah kekuatan yang diperluas ke sekitar. Seperti Mahanta yang sebelum ini ia melakukannya secara langsung saat menghadapi Orion.
“Jadi yang aku pikir aku bisa bertahan karena daya tahanku terhadap angin itu ternyata karena kau memperluasnya?”
“Benar.” Mahanta mengangguk.
“Memperluas jangkauan serang adalah suatu teknik membentengi diri sekaligus memblokir serangan lawan. Tapi aku tak menyarankan ini meskipun cocok untukmu yang lebih suka bertahan,” sambung Mahanta.
“Kenapa?” Sontak Orion tak percaya, mengapa tidak disarankan untuknya padahal menurutnya itu lebih baik dari sebelumnya yang pernah diajarkan.
“Memperluas daerah, atau memperluas jangkauan serang itu membutuhkan teknik pengendali yang cukup rumit. Tidak hanya itu, kau juga memerlukan kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya,” jelas Mahanta membuat Orion kecewa.
Orion juga sadar bahwa kekuatannya tak sebanding dengan yang lain.
“Jangan terlalu merasa kecewa, Orion.”
Gista tiba-tiba datang dan membuat keduanya terkejut. Mereka pun membelalakkan kedua mata tertuju pada pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments