Pegawai Hotel itu segera membawa Orion pergi dari sana. Tampak dari dua orang pria yang sebelumnya asik bergosip, hanya menatap remeh dan sinis kepada Orion seorang.
“Tidak mungkin bocah itu Pejuang NED. Kalaupun benar pasti dia sangat lemah.”
Pegawai hotel terlihat lebih ramah daripada dua orang tadi. Namun Orion tetap menaruh rasa curiga padanya, apalagi sok akrab dengan menggandeng tangannya. Ia pun mendengus kesal seraya melepas genggaman tangannya.
“Siapa pula kau?” tanya Orion.
“Tidak perlu takut. Nona Arutala sedang kebingungan karena dirimu, karena itulah aku ingin membawamu ke sana. Ke tempat pertemuan antar ketua organisasi,” ujarnya menenangkan Orion.
“Ah, maaf. Aku jadi lupa untuk ikut Nona Gista karena sebelumnya aku melihat seseorang yang lagaknya mencurigakan,” tutur Orion.
“Jadi karena itu kau hilang jejak, ya. Aku jadi kasihan pada Nona Arutala. Nak, lain kali jangan merepotkan orang dewasa, ya. Karena ini bukan tempat bermain jadi aku harap kau bisa berwaspada.”
“Itu tidak ada hubungannya denganmu,” ketus Orion.
“Oh iya, karena kau datang bersama Nona Arutala, itu artinya kau adalah Pejuang NED, 'kan?” bisiknya bertanya pada Orion.
“Kalau sudah tahu kenapa tanya.”
Di tengah perjalanan menuju ke ruangan yang tengah dituju, terdapat 3 orang yang beranjak dewasa mendatangi mereka. Mereka semua memiliki postur yang tinggi dan mereka terlihat sama. Baik dari wajah, penampilan dan hal lainnya.
“Hei, kau! Kau adalah anak yang katanya baru bangkit itu? Katakan siapa namamu!” Pria yang bersuara keras ini mengagetkan mereka berdua.
Seketika mereka berhenti melangkah. Pegawai hotel tampak gelisah saat dihampiri oleh 3 orang pria yang kembar sekarang.
Dengan berhati-hati ia berbicara pada mereka, “Tuan-Tuan ...mohon maaf. Anak ini adalah anak yang berada di bawah Grup Arutala. Saya takut jika sesuatu terjadi, bisakah Anda sekalian membiarkan kami pergi?” Ia berkeringat lantas takut karena menghadapi mereka.
Orion melirik ke arah pegawai hotel yang ada di sampingnya lalu melirik mereka, sedikit ia menengadah tuk melihat tiga wajah yang ada di hadapannya. Orion berpikir, bahwa mungkin orang-orang ini adalah bagian dari ketua organisasi yang lain.
“Kau jangan banyak bicara! Aku sedang bicara dengan bocah ini!” Pria itu kembali menegas. Dua lainnya hanya menatap dengan wajah tak bersahabat.
“Atau mungkin kau tidak pernah melihat kami? Baiklah! Kami akan mengatakan sesuatu yang akan membuatmu tercengang, bocah!” pekik pria itu sekali lagi.
Dan mereka mulai memperkenalkan diri, Tio, Nio, dan Dio. Ketiga-tiganya adalah bagian dari Grup Dharmawangsa. Grup ini memang terkenal karena banyak Pejuang NED yang berbakat di sana. Namun Orion merasa ketiga orang ini tidak ada spesial-nya kecuali orang yang berhasil menarik perhatiannya sebelum ini.
“Hei! Bocah, meski kau adalah anak laki-laki, tapi tidak akan lebih kuat dari kami. Hei, kau!” Tio memanggil pegawai hotel itu. “Kami akan membawa anak ini, bilang saja pada Nona Arutala kalau anak ini akan kami didik dengan baik!”
Meskipun dibilang begitu, tentu itu hanyalah siasat mereka saja. Orion tak tahu harus bilang apa lagi, karena posisinya sebagai anak kecil yang berada di bawah naungan Grup Arutala, tidak mungkin akan bicara layaknya orang dewasa.
Orang akan menganggapnya aneh dan mengecap Orion sebagai anak sok bijak.
“Kalian ingin mengajariku sesuatu?” tanya Orion dengan antusias. Ia sebenarnya sedang berpura-pura.
“Ah, tapi nak ...Nona nanti,” ucap pegawai hotel yang terkesan enggan melepaskan Orion dengan mereka.
Ia tahu kalau Orion akan dibuat tak berkutik oleh mereka bertiga, tidak lain adalah dihajar habis-habisan. Apalagi untuk anak kecil seperti dia, memang tak seharusnya bergelut dalam dunia-nya NED.
Pegawai berwajah gelisah, terlihat ia melirik ke sembarang arah dengan berharap seseorang datang namun tetap saja tidak ada bahkan setelah beberapa saat saja.
“Hm, bagaimana? Kau tidak akan menolak, bukan?” Tio merayunya.
Kalau Orion memang anak kecil, tentu ia takkan menolak apalagi dengan ajakan para kakak yang terlihat ramah mengajak berteman.
“Kebetulan sekali karena ada yang aku tanyakan pada kalian. Ini tentang Pahlawan Kota, saat aku mendengarnya, aku merasa dia sungguh hebat.”
Bagi Orion yang berjiwa orang tua, tak lain ini adalah kesempatan untuk mengorek informasi lebih lanjut tentang Pahlawan Kota. Entah kenapa ia menjadi tertarik setelah ia mendengarnya dari Gista sebelum ini.
Orion dibawa oleh ketiga orang itu ke suatu kamar hotel. Dua pria lain selain pria bersuara keras tadi itu sedang sibuk mencari-cari sesuatu dari laci di sana.
“Apa yang dilakukan oleh dua orang itu?” Orion bertanya.
“Katanya kau ingin tahu siapa Pahlawan Kota itu 'kan? Aku tak keberatan jika harus memberitahukan hal itu, lagipula berita tentangnya memang sudah tersebar luas ke seluruh penjuru negara ini,” celotehnya.
“Kalau itu sih, aku sudah tahu.”
“Oh, ya?”
“Iya. Pahlawan Kota memiliki image baik di depan kamera tapi di balik layar dia itu diktator, 'kan? Kudengar dia mampu mengendalikan kekuatan gravitasi,” celetuk Orion.
“Itu benar sekali. Lalu apa yang kau tanyakan jika sudah tahu semuanya?” Nio mengerutkan kening.
“Dia memiliki ciri-ciri seperti apa? Aku ingin bertemu dengannya,” kata Orion.
Brak! Dio menggebrak meja dengan keras. Terlihat ia menatap tajam pada Orion dari dekat balkon kamar. Entah apa yang terjadi.
“Kau pikir kau bisa bertemu dengannya semudah itu? Kekuatanmu bahkan mungkin hanya secuil dari selembar kertas, dan kau pikir dia mau bertemu denganmu yang lemah begitu?” sindirnya mengejek.
“Tidak ramah bintang 1,” gumam Orion membuang muka.
“Pejuang NED yang tak berguna, akan lebih baik jika kita lenyapkan sebelum berakhir menjadi sampah,” kecam Tio.
Orion merasa harus segera keluar dari kamar ini. Begitu ia meraih gagang pintu, kembar tiga pun takkan membiarkan Orion pergi begitu saja. Mereka menarik lengan Orion dan menjauhkannya dari pintu.
“Aku berharap ini tidak akan jadi masalah. Sebelumnya kalian ingin mendidik diriku tapi ternyata hanya menjawab pertanyaanku saja. Yah, itu pun tak masalah. Lalu sekarang ada apa?” tanya Orion dengan tenang, dan berusaha keras tidak termakan emosi.
“Kalau begitu. Karena aku sudah menjawab pertanyaanmu, maka kau harus menjawab pertanyaan dariku. Mengerti?”
Orion terdiam dan memantau situasinya. Sesaat ia berpikir apa yang diperlukan oleh mereka dengan membawa Orion kemari. Mungkin tak hanya sekadar jahil atau sejenisnya. Kemungkinan besar berkaitan dengan Grup Arutala sendiri.
“Yang ingin kutanyakan, kapan dan di mana kau bangkit? Dan siapa yang membunuhmu juga? Katakan sekarang,” tanya Tio.
Ternyata perkiraan Orion salah. Bukan tentang Grup Arutala melainkan tentang dirinya sendiri. Orion jadi heran, mengapa kebanyakan orang selalu menanyakan hal sejenis itu.
“Maaf, itu rahasia,” kata Orion.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 266 Episodes
Comments