Warisan Dan Miringnya Batu Nisan

Warisan Dan Miringnya Batu Nisan

Bab 1 Desa Kunti

Setelah suaminya meninggal diusia yang masih sangat muda. Mbah Karti membesar kan kedua anaknya seorang diri.

Usianya empat puluh tahun ketika suaminya meninggal dan kedua anaknya masih kuliah. Suaminya adalah seorang pegawai negeri, dan setelah meninggal punya pensiunan. Hal itu patut disyukuri oleh Mbah Martha. Setidaknya dia tidak akan kekurangan uang dalam membiayai sekolah kedua anaknya.

Anaknya dua-duanya perempuan. Yang pertama bernama Warni dan yang kedua bernama Murni.

Warni dan Murni adalah gadis cantik dan berpendidikan. Warni akhirnya lulus kuliah dan menjadi seorang guru disebuah sekolah swasta di kota metropolitan.

Sementara, Murni masih kuliah dibandung.

Suatu hari, Mbah Karti mendapatkan firasat buruk. Diapun menelpon Murni. Dan bukan Murni yang mengangkat telepon itu, melainkan temannya.

"Saya temannya Murni. Bu, kalau bisa ibu datang kemari. Murni tiba-tiba sakit keras," kata seorang temannya.

Padahal sebentar lagi Murni juga akan diwisuda. Mendengar berita itu membuat Mbah Karti langsung menyusul murni ke rumah sakit ditempat kuliahnya.

Murni terbaring sakit dan tidak membuka matanya. Kulitnya biru dan dingin. Rambutnya acak-acakan seperti tidak disisir satu Minggu.

"Ada apa dengan anak saya?" tanya Mbah Karti pada seorang temannya.

"Itu Bu, setelah menolak cinta Rangga, tiba-tiba dia jadi seperti ini," kata temannya.

"Siapa Rangga?" Mbah Karti menjadi penasaran karena Murni tidak pernah cerita apapun sebelumnya.

Dan memang, Mbah Karti agak keras dalam mendidik anak perempuan. Saking kerasnya, mereka berdua tidak pernah punya teman pria yang pernah dibawa kerumah. Bahkan Warti juga di sebut perawan tua karena tidak lekas menikah.

Entah apa yang membuat Mbah Karti punya aturan seperti itu. Hingga membuat Murni juga tidak berani menerima cinta Rangga yang sudah tiga tahun mengejar cintanya.

"Rangga teman kuliah Murni," kata temannya yang membawa Murni kerumah sakit.

"Mereka pacaran?" tanya Mbah Kartu dengan nada tajam.

"Tidak Bu....Rangga memang mencintainya. Tapi Murni menolaknya," kata temannya.

"Ya, yang Murni lakukan sudah benar," kata Mbah Karti.

Dokter keluar dan memanggil Mbah Karti.

Mereka berdua berbicara diruangan dokter.

"Apa penyakit anak saya dokter?" tanya Mbah Karti.

"Tidak sakit. Tidak ditemukan penyakit apapun ditubuh Murni," kata dokter.

"Kalau begitu, berarti saya bisa membawanya pulang ya dok?" tanya Mbah Karti yang terkenal pelit.

"Ya, nanti setelah pasien sadar, ibu bisa membawanya pulang," kata Dokter.

"Syukurlah," kata Mbah Karti lalu masuk kembali keruangan Murni.

Murni membuka matanya perlahan.

"Aku ada dimana?" tanya Murni melihat ada ibunya juga sampingnya.

"Kamu dirumah sakit. Tapi karena dokter mengatakan tidak ada penyakit apapun maka kamu boleh pulang," kata Mbah Karti senang. Jika tidak, maka dia harus mengeluarkan uang tabungannya untuk biaya rumah sakit.

"Tapi, dadaku sakit sekali Bu...." kata Murni.

"Nanti kita obati dirumah," kata ibunya dan memapah Murni keluar dari ruangan dimana dia dirawat.

"Bu, apakah tidak sebaiknya Murni disini dulu. Kelihatannya dia masih sangat lemah," kata temannya yang tahu jika Murni menderita karena tadi sempat berteriak-teriak menjerit kesakitan.

"Tidak papa. Nanti diobati dirumah saja. Ada orang pintar dikampung yang bisa mengobati nya," kata Mbah Karti

Mbah Karti lalu membawa Murni pulang ke kampung sementara waktu. Menurut kepercayaan nya dia tidak perlu berobat ke dokter. Dia akan sembuh setelah di bawa ke orang pintar, batin Mbah Karti.

Mbah Karti terkenal sangat pelit dikampung halamannya. Dari sejak suaminya ada hingga tiada, sikapnya tidak berubah. Padahal dia adalah orang terkaya dikampung itu.

Namun semua tetangganya tahu, jika dia sangat pelit membelanjakan uangnya.

Sekarang Murni sudah ada dirumah ibunya setelah naik bis semalaman.

"Murni sangat lemas Bu," kata Murni pada ibunya.

"Tahan ya, nanti kita langsung kerumah Mbah Surip. Dia akan mengobatimu. Jangan-jangan kamu diguna-guna sama orang," kata Mbah Karti.

"Diguna-guna? Tidak mungkin Bu. Jaman sekarang, mana ada yang seperti itu?" kata Murni tidak percaya. Apalagi dia kuliah kedokteran. Tentu saja hal itu berlawanan dengan apa yang dia pelajari selama ini.

"Sudah, kamu nurut saja sama ibu. Kamu pasti diguna-guna oleh pemuda itu. Siapa namanya? Ya, Rangga...." cetus Ibunya.

"Ibu, tidak mungkin. Rangga juga kuliah kedokteran. Dia tidak percaya hal-hal semacam ini. Aku hanya sesak disebelah sini," kata Murni menunjukkan dadanya sebelah kiri.

"Ayo kita masuk, kita sudah sampai dirumah Mbah Surip.

"Ibu, kita pulang saja." kata Murni yang berhenti didepan pintu.

"Masuk saja. Tidak dikunci," kata suara dari dalam. Seakan Mbah Surip tahu jika ada tamu didepan rumahnya.

"Sudah ibu bilang dia orang pintar. Tanpa melihat sudah tahu jika ada tamu dirumahnya," kata Ibunya mengajak Murni masuk kedalam.

Akhirnya Murnipun menurut apa kata ibunya.

"Mbah, begini, anak saya ini merasakan sakit di dada sebelah kiri. Dan belum lama dia baru saja menolak pria yang menyukainya," kata Mbah Karti.

"Tidak usah dilanjutkan. Aku sudah tahu dari melihat wajahnya. Ada bayangan hutang yang terus mengikutinya," kata Mbah Surip.

"Apa Mbah? kalau begitu, tolong usir bayangan hitam itu Mbah," sahut Mbah Karti.

"Apa kata ibu, benarkah. Kamu diganggu oleh bayangan hitam. Pasti dikirim oleh pria itu. Biar Mbah Surip mengusir bayangan hitam itu. Kamu harus nurut dengannya," kata Mbah Karti.

"Tapi, kamu harus keluar dulu. Biar saya obati putrimu," kata Mbah Surip.

Didalam kamar itu, Mbah Surip lalu memanggil jin dan berbicara dengannya. Murni hanya melihat tidak ada apapun didalam sana selain asap dari kemenyan.

"Pejamkan matamu," kata Mbah Surip.

Murni lalu memejamkan matanya. Namun saat membuka mata, tiba-tiba dia melihat Mbah Surip tergeletak didepannya tak bernyawa.

Murnipun menjerit ketakutan.

"Ibuuuuuuu..."

Ibunya langsung masuk kedalam dan melihat mulut Mbah Surip mengeluarkan darah. Dan dadanya berhenti berdetak. Dia tak bernyawa lagi.

"Dia sudah meninggal. Mbah...Mbah Surip.... Murni, ayo kita keluar. Kita kasih tahu warga desa," kata Mbah Karti melihat jika Mbah Surip tidak bernyawa lagi.

Warga dikampung pun kaget dan berdatangan setalah tahu jika Mbah Surip orang pintar dikampung ya telah tiada.

Mereka pikir, Mbah Surip akan berumur panjang hingga ratusan tahun karena kepintarannya. Namun ternyata hari ini dia telah tiada tanpa sakit apapun.

Warga menjadi geger dan bergosip tentang penyebab kematian Mbah Surip.

Mbah Karti lalu mengajak Murni pulang.

"Murni, kamu dirumah ya, Ibu biar melawat kesana, dan bantu-bantu," kata Ibunya.

"Jangan Bu, Murni takut sendirian," kata Murni.

"Tidak papa, kamu kan sudah besar, masa dirumah sendiri saja takut," kata ibunya lalu pergi.

Murni tinggal dirumah besar dan luas. Ayahnya kaya-raya dan membuat rumah itu menjadi sangat besar. Namun tidak membuat Murni merasa nyaman dan aman.

Murni mulai merasakan hal aneh disekitar kamarnya.

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

hadir thor.. di karya mu yg lain .. aku blm ketemu karya baru yg berjudul Cinta yang terluka.. sementara baca ini dulu ..

2023-06-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!