Rumah Sinta menjadi ramai dan gaduh. Apalagi kematian tidak wajar suaminya membuat para tetangga menyangkut pautkan dengan tanah yang belum lama dijual.
Mereka berbisik-bisik, jika setelah Mbah Karti lah yang telah membunuh Alex. Alex lalu dikuburkan di kuburan keluarga Mbah Karti.
Dan saat para penggali kubur itu menggali kuburan Alex. Mereka kaget, karena kuburan itu selalu menyempit. Tiga kali mereka mengukur dan ukuranya sudah benar. Tapi saat sudah selesai, maka kuburannya menjadi sempit kembali.
Para penggali kubur pun kelelahan. Mereka sudah menggali berulang kali setiap kali ukurannya tidak sesuai.
"Gimana ini kang? Ukuranya sempit lagi,"
"Mau bagaimana lagi? Sudah lebih dari tiga kali kita menggalinya. Masa, segini gini aja,"
"Ya udahlah kang. Aku sudah kehabisan tenang untuk menggalinya lagi. Ngga sanggup kang,"
"Kalau begitu, kita pulang dan lapor sama keluarganya saja," kata Kang Asep.
Mereka lalu pulang dan sebagian tetap disana. Mereka melaporkan kejadian itu pada Sinta dan Frans. Dan mereka lalu meminta orang lain untuk mencoba menggalinya.
Tidak lama para penggali kubur juga melaporkan kejadian yang sama. Mereka berulang kali menggali dan setiap kali selesai, kuburan itu sempit kembali.
Maka keluarganya terpaksa menggunakan kuburan yang sempit untuk memakamkan Alex.
Alex dimakamkan secara miring karena kuburannya benar-benar sempit. Bahkan kejadian seperti ini baru terjadi sekali di desa Kunti.
Alex selesai dimakamkan, Sinta terlihat masih shock dengan kepergian suaminya yang mendadak dan dengan cara yang misterius.
Frans sedang duduk di teras dengan Mila. Mereka saling bertatapan dalam diam.
"Mil, sepertinya nikahnya harus kita tunda. Keluarga sedang berduka. Dan bagaimana kalau aku tunda tahun depan?" tanya Frans menatap Mila.
Mila mengangguk dan memahami apa yang terjadi dengan mendadak seperti ini.
Dan menurut kepercayaan orang di desa Kunti, jika salah satu keluarga ada yang meninggal, maka di tahun yang sama tidak boleh ada acara pernikahan. Harus ganti tahun setelahnya, untuk menghindari musibah.
"Iya, aku ngga papa. Kalau nikahnya tahun depan,"
"Tapi, Mila, kita akan tetap bertunangan dua Minggu lagi. Sebagai bukti jika kau sudah aku lamar dan menjadi calon istriku. Agar tidak ada pria lain yang mendekatimu,"
"Jika itu maumu. Aku tidak keberatan,"
Mila lalu pamit pulang. Dan saat berjalan pulang, dia melihat bayangan hitam berjalan ke arah kuburan.
Bayangan itu mirip dengan Mbah Karti.
Mila menjadi merinding.
"Apa benar, Mbah Karti gentayangan? Aku kok jadi takut," kata Mila lalu mempercepat langkahnya dan segera mengunci pintu rumahnya.
Saat akan tidurpun dia terus gelisah. Dia memikirkan bagaimana Alex meninggal dengan cara yang tidak wajar.
Namun dia yakin dalam hatinya. Ini pasti akibat perbuatannya buang rakus dan tamak. Menjual harta warisan dan menggunakannya untuk foya-foya.
Pagi harinya, Sinta datang ke kuburan suaminya. Menangis disana karena merasa kehilangan.
Sinta ditemani oleh Frans, adik iparnya.
Setelah menabur bunga, Sinta di ajak pulang. Dan saat sampai dirumah, dia kaget melihat pak Kusni sudah ada dirumahnya dengan wajah pucat pasi ketakutan.
"Bu, saya datang untuk hal penting dengan ibu," kata Pak Kusni.
"Iya pak, silahkan duduk,"
"Pertama, saya mengucapkan turut berdukacita. Dan kedua, saya mau mengembalikan tanah yang saya beli itu Bu,"
"Kenapa pak? Kan sudah bapak beli dan akadnya juga sudah selesai," kata Bu Sinta kaget, karena sebagian uangnya sudah dia belikan mobil.
"Itu buk. Saya menjadi tidak tenang. Setiap malam seperti dihantui oleh bayangan hitam. Bayang itu terus menangis di jendela rumah saya dan meminta tanahnya di kembalikan,"
"Mana mungkin ada hal seperti itu pak Kusni. Jangan-jangan itu hanya perasaan bapak saja," Sinta berusaha mempertahankan uangnya hasil penjualan tanah yang luas.
"Benar Bu, saya tidak tahan lagi. Setiap malam saya ketakutan. Dan kejadian ini batu sekali ini seumur hidup saya. Nanti saya bawa suratnya kemari ya Bu," Pak Kusni lalu pamit.
Sinta tidak bisa bicara apapun lagi. Dia sudah berusaha memaksa pak Kusni untuk tidak mengembalikan tanahnya. Namun pak Kusni terlihat sudah sangat ketakutan dan tetap kekeh untuk mengembalikan tanah yang dia beli belum lama.
Frans datang dan duduk disamping kakak iparnya.
"Mbak, biarkan saja pak Kusni mengembalikan tanahnya. Saya juga punya firasat buruk soal warisan Mbah Karti ini, pasti ini penyebabnya mas Alex sampai meninggal dengan cara yang tidak wajar,"
"Ahh, kamu juga jangan terpengaruh boleh omongan tetangga. Mereka itu suka mengarang cerita. Jangan di dengarkan. Memang kita ini kan saudaranya Karena tidak punya anak, wajar kan kalau hartanya jatuh ke tangan saudara? Pasti ada orang lain yang tidak suka dengan Alex. Lalu mengirimkan guna-guna,"
"Ya sudah, kalau mbak tidak mau mendengarkan. Tapi yang penting, saya sudah memperingatkan. Jangan sampai Mbak Santi juga celaka karena harta warisan ini,"
"Bilang aja kalau kamu mau juga meminta bagian," ketus Sinta pada adik iparnya.
"Ngga mbak, sama sekali saya tidak punya niat untuk meminta harta warisan Mbah Karti. Jika saya yang diberi amanat. Maka akan saya sumbangkan sebagian untuk masjid dan sumbangan. Untuk meringankan hisab Mbah Karti dan keluarganya.
"Ah, sudahlah. Kamu kan sudah kena racunnya si Mila. Makanya omongannya jadi melantur, sudah ya. Mbak mau istirahat," Sinta lalu tidur setelah sejak kemarin sibuk dan terus saja menangis.
Keluarga Sinta juga datang untuk menemaninya. Mereka juga bertanya-tanya dan membicarakan apa yang terjadi dengan Alex. Mereka juga sudah menasehati Sinta untuk menyumbangkan sebagian harta Mbah Karti pada panti asuhan. Namun Sinta menolaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
neng ade
hari nya Sinta udh di buatkan sm harta warisan mbah Kartu.. biarkan aja dia juga nanti akan rasakan akibat nya
2023-06-08
0