Bab 15 Mbah Karti datang

Malam ini Frans tidur dengan gelisah. Dia merasakan ada hal yang janggal dalam tubuhnya.

Dia lalu browsing tentang hal yang dia alami. Tanpa sengaja dia membaca tentang hal supranatural.

"Apa jangan-jangan aku diguna-guna? Gejalanya sama persis dengan yang aku alami,"

Frans lalu menyapu kamarnya dengan matanya. Dia melihat benda di bungkus kain putih di atas pintu.

"Wah, ini pasti jimatnya," kata Frans meraih benda itu yang di taruh di atas pintu kamarnya.

"Siapa yang sudah melakukan ini? Ini tidak benar. Dosa. Dan aku harus membuangnya. Siapa yang sudah percaya hal syirik semacam ini?"

Frans melempar benda itu ke halaman rumahnya.

Frans lalu keluar ke ruang tamu. Tidak sengaja mendengar pembicaraan kakaknya dan istrinya.

"Mas, sepertinya orang pintar disana itu ampuh. Dan benar-benar sakti. Aku lihat Frans tidak mendekati Mila lagi. Perlahan-lahan, dia akan melupakan gadis itu dan kita Carikan gadis yang lain untuknya. Yang penting jangan pembantu itu! Benci aku melihatnya!" umpat Santi dan suaminya mengangguk.

"Iya, aku juga tidak suka dengannya. Suka ikut campur urusan orang dan menyebarkan gosip tidak sedap tentang kita. Akibat ulahnya, semua tetangga memusuhi kita," kata Pak Alex.

"Emang dasar gadis itu! Pembawa sial!"

"Siapa yang kalian bicarakan?" tanya Frans mendekati mereka. Alex dan Sinta saling berpandangan.

"Tidak ada. Kami hanya ngobrol biasa,"

"Jika kalian berniat memisahkan aku dan Mila, maka aku tidak akan memaafkan kalian. Meskipun kalian keluargaku,"

"Belum juga dia jadi istrimu. Sudah membuatmu melawan kami," kata Alex kesal.

"Sebenarnya aku tahu jika kalian menjual tanah milik Simbah. Tapi karena kalian tidak pernah membicarakan nya denganku. Maka aku pun diam. Tapi, setelah aku tahu, kalian merampas hak Mila, maka sepertinya aku tidak bisa tinggal diam. Kalian sudah berbuat dosa, rumah ini, aku dengar di berikan pada Mila. Kenapa kalian tidak pernah menceritakan nya?" Frans mulai melawan keluarganya demi kebenaran.

"Apa katamu! Rumah ini diberikan pada Mila! Dasar mulut pembantu itu! Dia sakit hati pada kita. Maka sekarang meracuni pikiranmu untuk membalas sakit hatinya,"

"Dia tidak pernah mengatakan hal itu. Aku mendengarnya dari orang lain," Frans membela Mila. Dalam hati dia yakin jika Mila tidak berbohong.

Melihat kakaknya yang mulai sombong dengan harta warisan Mbah Karti, maka Frans mulai meragukan saudaranya sendiri.

"Sinta, aku benar-benar tidak mengerti jalan pikirannya. Kau ajari dia. Apa yang benar dan apa yang salah," Alex meninggalkan ruang tamu dan masuk kedalam kamarnya.

Sinta mendekati Frans. Akan membujuknya.

"Tidak kakak ipar. Aku tahu apa kebenarannya. Dan akan aku selidiki semua ini. Kasihan arwah mereka yang terus gentayangan dan menghantui para warga,"

Sinta tidak bisa memaksa. Akhirnya diapun masuk kedalam kamarnya.

Dan tiba-tiba lampu dikamarnya mati, sementara suaminya tidak ada di kamar. Entah kemana perginya. Baru saja masuk tapi sudah tidak ada.

Dan

Buuukkk!

Tiba-tiba, suaminya jatuh dari Plafon. Jatuh kelantai tepat didepan Sinta yang berdiri.

Deg!

Kaget!

Mata suaminya melotot. Dan lehernya biru seakan terlilit sesuatu. Dan Sinta melihat sprei yang berserakan dan memanjang.

"Maaaaasssss"

Sinta berteriak histeris.

Frans yang kaget lalu masuk kedalam kamar kakaknya. Dan dia juga kaget melihat keadaan Alex.

Lidahnya keluar dan terkulai tak bernyawa.

"Mas, kenapa denganmu mas...." Sinta menangis histeris.

Memeluk suaminya yang terbujur kaku dilantai. Tidak bergerak sama sekali.

"Mbak, sepertinya Kakak sudah tiada," kata Frans lalu menutup mata kakaknya.

"Mas, jangan tinggalin aku mas. Kenapa kamu bisa seperti ini? Kenapa tiba-tiba jadi begini? Apa yang terjadi? Mas, jangan mati, aku ingin kamu hidup kembali mas," Sinta terus menangisi suaminya yang sudah meninggal secara tidak wajar.

Sinta pingsan saat itu juga melihat suaminya mati dihadapanya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***