Elijah Knight

Elijah Knight

Kausa

Nadia, 1819.

Pada masa pemerintahan Rasmus Agung putra Romanus, Kekaisaran Nadia mencapai puncak kejayaannya.

Rasmus adalah Raja Diraja yang bersemayam di atas tahtanya di dalam Benteng Arsen—Rasmus the Great—Kaisar Nadia dan Arsena, raja keempat dari Dinasti Armadheus yang menguasai seratus dua puluh tujuh wilayah, mulai dari Amandus sampai ke Athena Minor.

Rasmus menyelesaikan pembangunan yang dimulai oleh ayahnya di Arsen dan Mikropolis, membangun Gerbang Segala Bangsa, dan mendirikan Balai Bertiang Seratus di Mikropolis, yang menjadi kontruksi terbesar dan termegah di istananya. 

Rasmus juga merampungkan Antasena, istana raja Romanus dan gudang harta yang dimulai oleh ayahnya, juga memelihara Jalan Raya Kerajaan yang juga dibangun oleh ayahnya. 

Selera Rasmus dalam arsitektur memang identik dengan ayahnya, tapi dalam segi ukuran, selera Rasmus jauh lebih tinggi. 

Di Arsen, Rasmus bahkan membangun istananya sendiri dua kali lebih mulia dari istana ayahnya, kemudian melengkapinya dengan gerbang Arsen.

Pada tahun yang ketiga dalam pemerintahannya, Rasmus mengadakan perjamuan untuk memperlihatkan kemuliaan istananya kepada seluruh rakyat Nadia yang ada di Arsen, seratus delapan puluh hari lamanya.

Selain itu, Rasmus juga tengah merencanakan kampanye darat dan laut untuk merebut Alcaina---negara timur jauh Nadia.

Pasukannya bahkan telah menggali kanal di semenanjung timur Alcaina tak jauh dari Gunung Taurus, dan membangun depot persediaan secara baris berbaris, juga dua jembatan perahu di Angelous—perbatasan Alcaina.

Perjamuan itu sekalian untuk menggalang sekutu dan bala tentara guna melaksanakan penyerangan lagi ke Alcaina.

Semua pembesar dan para pegawai istana, para bangsawan dan pejabat pemerintah daerah hingga para tentara Nadia dan Arsena, dihadirkan di hadapan raja.

Setelah genap hari-hari itu, Rasmus mengadakan perjamuan lagi selama tujuh hari bagi seluruh rakyat yang berada di dalam benteng Arsen.

Tirai-mirai dari kain lenan, mori halus dan kain ungu tua, yang terikat dengan tali lenan halus dan ungu muda bergantung pada tombol-tombol perak di tiang-tiang marmar putih. Sebuah katil emas dan perak ditempatkan di atas lantai pualam, marmar putih, gewang dan pelinggam. 

Rasmus tampil dengan pakaian kebesaran raja dengan segala kemegahannya. Rantai emas mendominasi tangan dan kakinya di samping perhiasan lain yang juga terbuat dari emas. Kecintaannya pada logam mulia, menjadikan sosok Rasmus terlihat seperti patung emas itu sendiri. Seperti patung naga dari emas yang dirantai oleh logam yang sama---apa lagi kalau bukan emas.

Begitu berkilau…

Begitu semarak dan sangat memukau---tapi juga terlalu arogan!

Membuat semua mata di seluruh penjuru istana tak bisa berpaling dari dirinya.

Sebagian memandang kagum, sebagian memandang segan. Beberapa orang sebenarnya merasa ngeri.

Dari orang besar sampai orang kecil, hingga orang-orang yang bertempat tinggal di pelataran yang ada di taman istana kerajaan, semuanya diundang dalam perjamuan.

Ratu Miriam---istri Rasmus juga mengadakan perjamuan khusus bagi istri-istri para petinggi dan semua perempuan yang berada di dalam istana Rasmus.

Minuman dihidangkan dalam piala emas yang beraneka warna, dan anggurnya ialah anggur minuman raja yang berlimpah-limpah, sebagaimana layak bagi raja. 

Kegembiraan terpancar dari wajah setiap orang. 

Tidak terkecuali sang raja.

Dan…

Pada hari yang ketujuh, ketika raja riang gembira hatinya karena minum anggur, bertitahlah ia kepada ketujuh royal guard yang bertugas di hadapan raja, Isaac, Lexath, Felix, Cain, Eleazar, Janus dan Xairus, supaya mereka membawa Miriam dengan pakaian kebesaran ratu dan mahkota kerajaan, menghadap raja untuk memperlihatkan kecantikannya kepada sekalian rakyat dan para pembesar, karena sang ratu sangat elok rupanya. 

Tetapi Ratu Miriam menolak untuk menghadap dan menentang titah raja yang disampaikan oleh ketujuh royal guard itu, sehingga sangat geramlah raja dan berapi-apilah murkanya.

Berdirilah Rasmus di depan singgasananya, di hadapan seluruh rakyat, dengan aura raja yang begitu sadis, merentangkan kedua tangannya dan berteriak lantang meluapkan emosinya seperti seekor naga, "I AM RASMUS THE GREAT…!"

"Rasmus the Great!"

"Rasmus the Great!" 

Seluruh rakyat menyambut orasinya seraya mengacung-acungkan tinju mereka ke udara. 

"KING OF KINGS…" Rasmus melanjutkan orasinya dengan suara yang makin meninggi.

Disambut dukungan rakyat yang semakin gencar—mengangkat tangan lagi, kemudian berteriak lagi.

"Rasmus the Great!"

"Rasmus the Great!"

"GOD OF GODS!!!" Rasmus mengakhiri orasinya dengan suara yang menggelegar.

"Rasmus the Great!"

"Rasmus the Great!" 

Demikian diulangi rakyatnya dengan penghormatan yang sama hingga tiga kali. Mengangkat tangan dan menyerukan pujian yang sama—RASMUS THE GREAT.

Sementara semua orang di sana-sini  masih memberi penghormatan pada raja dengan antusias, Rasmus meninggalkan singgasananya dengan langkah-langkah lebar, diikuti ketujuh pembesar Nadia—Jeremiah, Dorian, Farouk, Dimitri, Claudius, Lazareth dan Bernadus. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi dalam kerajaan yang boleh memandang wajah baginda---orang-orang terdekat Rasmus, para ahli hukum dan undang-undang, orang-orang arif bijaksana yang mengetahui kebiasaan zaman, para petinggi pasukan abadi.

Bertanyalah Rasmus kepada mereka, ”Apakah yang harus diperbuat atas Ratu Miriam menurut undang-undang?"

Maka sembah Lazareth di hadapan raja dan para pembesar, ”Ratu Miriam tidak hanya bersalah kepada kaisar, tapi juga kepada semua pembesar dan segala bangsa di seluruh wilayah. Karena perilaku sang ratu itu akan merata kepada semua perempuan di setiap daerah, sehingga mereka tidak menghiraukan suaminya."

Seisi ruangan bergeming. Rasmus membuka mulutnya, tapi tak mengatakan apa-apa.

Lazareth melanjutkan, "Jika orang-orang menceritakan bahwa Ratu Miriam menentang titah Kaisar dan menolak panggilan untuk menghadap, pada hari ini juga isteri para pembesar dan raja-raja di Nadia dan Arsena yang mendengar tentang perilaku sang ratu akan berbicara tentang hal itu kepada suaminya, sehingga berlarut-larutlah penghinaan dan kegusaran."

Rasmus menghela napas berat dan tercenung.

"Jikalau baik pada pemandangan raja," Lazareth menambahkan. "Hendaklah dikeluarkan suatu titah kerajaan dari hadapan Baginda dan dituliskan dalam undang-undang Nadia dan Arsena, sehingga tidak dapat dicabut kembali, bahwa Ratu Miriam tidak diperbolehkan lagi menghadap Raja, dan bahwa Raja akan mengaruniakan kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain yang lebih baik dari padanya. Bila keputusan yang diambil kaisar tersebar ke seluruh kerajaan, maka semua perempuan akan memberi hormat kepada suami mereka, dari pada orang besar sampai kepada orang kecil."

Rasmus berpikir keras dan menimang-nimang, sementara Lazareth masih tersungkur di lantai.

Usul itu dipandang baik oleh kaisar dan juga para pembesar, jadi bertindaklah Rasmus sesuai dengan usul Lazareth.

Dikirimkanlah oleh baginda surat-surat ke seluruh wilayah kerajaan, kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya. Bahwa, ”Setiap laki-laki harus menjadi kepala dalam rumah tangganya dan berbicara menurut bahasa bangsanya.”

Demikian isi surat itu.

Dan Miriam—sang ratu, menjalani sisa hidupnya dalam pengasingan, jauh tersembunyi dalam kastil tua di sebuah benua kecil yang terpencil dan tersembunyi.

Pulau itu dulunya merupakan pusat peribadatan bangsa Arsena atau kota suci penyembahan berhala Dewi Ababil---dewi perang bangsa Arsena.

Namanya Athena Minor.

Ukurannya tidak lebih besar dari sebuah kota. Dan letaknya tersembunyi di laut Rhapsodus.

Begitu tersembunyi, hingga semua orang meyakini Athena Minor sebagai Surga Yang Hilang.

Keberadaannya tidak terdata dalam atlas dunia, karena benua Athena Minor hanya lokasi fiktif ciptaan Penulis Keparat—begitu pun tempat-tempat lainnya.

.

.

.

Beberapa bulan kemudian…

Miriam melahirkan seorang bayi perempuan---keturunan sempurna yang mewarisi rupa Miriam dengan tabiat Rasmus, yang kemudian diberi nama Leazah Bernadeta.

Seiring berjalannya waktu…

"Leazah!" Miriam berteriak dari jendela tinggi kastilnya ketika ia memergoki putrinya menyelinap keluar dan mengendap-endap menuju istal, mengenakan pakaian seperti laki-laki---baju pemburu favoritnya, kemudian melarikan diri ke hutan dengan menunggangi kuda putih kesayangannya---Philipus.

Miriam berusaha melakukan yang terbaik untuk menyembunyikan putrinya dari dunia.

Namun…

Leazah tumbuh sebagai pembangkang, berpakaian seperti laki-laki, berperilaku seperti anak laki-laki dan menjadi pemburu yang gagah perkasa.

Membuat cemas ibunya yang overprotektif.

Terpopuler

Comments

lah ... kenapa ada sempilan tulisan begini. 😅

2023-11-01

0

jadi teringat sosok raja Xerxes di film 300 dan Rise of Empire.

2023-11-01

0

Samosier Toba

Samosier Toba

mantap

2022-12-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!