"Forestry telah keliru membedakannya," jelas Bernadus setelah berhasil menemui raja secara pribadi. Dan ia baru saja selesai mengatakan kebenaran tentang Leazah.
Forestry adalah gelar Mentri Kehutanan yang ditempatkan raja di Athena Minor---pengawal bayangan yang ditempatkan jauh di kedalaman hutan Athena Minor untuk melindungi Leazah.
"Dia tumbuh sebagai pembangkang dan sedikit… liar," ungkap Bernadus dengan hati-hati.
"Jangan lupa, dia tidak mendapat pendidikan formal," tukas kaisar.
"Dia berpakaian seperti laki-laki," timpal Bernadus.
Rasmus tercenung dalam kebimbangan antara kecewa dan penasaran.
"Miriam mengatakan anak itu sudah menyukai kuda dan panahan sejak umur sepuluh tahun," cerita Bernadus. "Pada usia tiga belas tahun, dia sudah berhasil mendapatkan buruan pertamanya dan membuat rompi pemburu sendiri dari kulit binatang yang didapatkannya."
"Binatang apa?" Rasmus penasaran.
"Puma," Bernadus menjawab singkat.
Mata dan mulut kaisar serentak membulat. "Itu terdengar seperti bakat istimewa bagiku," gumamnya takjub. "Kurasa dia memang tak perlu mengikuti pelatihan tentara abadi, bahkan jika dia laki-laki." Kaisar menambahkan.
"Dia juga ahli menyelinap," Bernadus menimpali.
"Kalau begitu buat dia menyelinap," usul kaisar dengan bersemangat. "Aku ingin menemuinya besok."
Bernadus serentak tergagap.
"Dan ingatlah, jangan sampai ada yang tahu kalau dia putriku!" Rasmus menambahkan.
.
.
.
Keesokan harinya…
Bernadus masih belum tahu apa yang harus dilakukan, sampai ia melihat Leazah bersama Jeremiah di arena pelatihan para calon tentara. Jeremiah sedang mendemonstrasikan beberapa teknik pedang kepada Leazah, sementara gadis itu kehilangan fokusnya ketika seekor merpati pos melintas di atas lapangan, kemudian mendarat di puncak menara.
Gadis itu mendongak ke arah menara seraya menudungi matanya dengan telapak tangan.
Bernadus mengikuti pandangannya seraya bergumam agak keras, "Sepertinya pesan dari biara sudah tiba."
Jeremiah dan Leazah setentak menoleh ke arah pendeta itu dengan alis bertautan. "Dari biara?" tanya keduanya nyaris bersamaan.
"Well---yeah, soal pembicaraan pribadi kami waktu itu, ingat?" Bernadus mengerling sekilas pada Leazah.
Apa itu tentang aku? pikir Leazah cemas.
Bernadus bisa melihat gelagat kecemasan pada wajah gadis itu dan ia menganggapnya sebagai pertanda bagus. "Tidak apa-apa," katanya cepat-cepat seraya mengibaskan sebelah tangannya. "Aku akan mengambilnya sekarang dan menyerahkannya pada Raja saat makan malam," ia menambahkan sebelum akhirnya berbalik memunggungi mereka dan bergegas kembali ke teras samping istana dengan langkah-langkah lebar.
Jeremiah mengawasi punggung pria itu dengan mata terpicing, kemudian melirik Leazah melalui sudut matanya.
Gadis itu tampak memucat dan berpikir keras.
"Apa kau mendengarku?"
Pertanyaan Jeremiah menarik gadis itu pada kesadaran. "Ya," jawabnya terkejut.
"Perlihatkan padaku, seberapa banyak kau bisa mengikuti!"
Leazah menghela napas dalam dan menaikkan rahangnya, lalu berjalan pelan menghampiri jenderal tampan berambut cokelat sebahu itu dan menatap ke dalam sepasang matanya yang cokelat keemasan dengan kepercayaan diri yang tidak terduga.
Jeremiah mengerjap dan menatap balik kedua mata biru gadis itu dengan perasaan aneh yang membingungkan. Hatinya serasa tercubit dan perasaan hangat merebak ke seluruh dadanya. Jantungnya serasa terpukul. Pertanda apa ini? batinnya gamang.
Leazah menjulurkan pedangnya ke arah Jeremiah, bersiap untuk mendemonstrasikan apa yang telah diajarkan jenderal itu kepadanya sebelum Pendeta Bernadus datang menyela mereka.
Jeremiah menyambutnya dengan membenturkan mata pedang mereka sebagai isyarat untuk memulai.
Leazah mengayunkan pedangnya dan membenturkannya lagi dengan pedang milik Jeremiah.
Jeremiah menarik pedangnya, dan mengayunkannya dengan gerakan menyamping.
Dan dengan cepat Leazah mampu membendung serangan pedang Jeremiah dengan pedangnya.
TRANG!
Pedang mereka sama-sama terpelanting, tapi tidak sampai lepas.
"Tidak buruk," komentar Jeremiah seraya memasang kembali kuda-kuda dan menjulurkan pedangnya lagi.
Begitu seterusnya latihan itu berlangsung sampai tiba waktu makan siang.
"Apa kau pernah belajar pedang sebelum ini?" Jeremiah bertanya ketika mereka berjalan berdampingan menuju dapur umum tentara untuk makan siang.
"Sedikit," jawab Leazah.
"Siapa yang mengajarimu?"
"Ibuku."
"Ibumu mengajari teknik pedang?"
Leazah tiba-tiba menyeringai. "Sebetulnya tidak," katanya.
Jeremiah melengak dengan alis bertautan.
"Dia mengajariku beberapa tarian istana," cerita Leazah. "Dan aku berimprovisasi."
Jeremiah terkekeh menanggapinya. Dia mengembangkan tarian menjadi teknik pedang? Kedengarannya tidak seperti bakat sederhana, pikirnya.
"Kenapa kau bisa berpikir untuk berlatih pedang?" Jeremiah bertanya lagi. "Maksudku, kau tumbuh dalam lingkungan biara yang menjunjung tinggi kedamaian batin. Aku berani bertaruh di sana kau bahkan tidak pernah diajarkan untuk membenci."
Leazah tertawa tanpa suara. "Benar," katanya. "Sebagai seorang anak yang tumbuh dalam asuhan para biarawati, kepadaku diajarkan bahwa barangsiapa menggunakan pedang akan binasa oleh pedang. Tapi aku bahkan tak tahu apa itu pedang."
"Lalu?"
"Jangan lupa, mereka juga mengajariku membaca."
Jeremiah meledak tertawa. Lalu melingkarkan sebelah lengannya di bahu Leazah dan membimbingnya ke dalam ruang makan para prajurit.
Seketika Leazah merasa gugup. Sentuhan jenderal itu bereaksi aneh pada tubuhnya. Bulu kuduknya meremang dan jantungnya berdegup kencang, menebarkan sensasi hangat di dalam dadanya.
Sejumlah tentara berderet berdesak-desakan di depan sebuah meja pengawas makanan, mengantre jatah makan mereka masing-masing.
Jeremiah menempatkan Leazah di depannya dalam antrean itu. "Jadi kau mempelajari semuanya dari buku?" Ia bertanya lagi sementara mereka masih menunggu.
"Lebih tepatnya kitab eksorsisme," tukas Leazah sinis. "Tak banyak buku yang bisa kubaca di biara kecuali kitab-kitab kuno pengusir setan dan imamat."
Jeremiah tertawa lagi. "Jadi kau percaya setan atau makhluk iblis… dan semacamnya?"
"Hanya sampai usiaku sembilan tahun," jawab Leazah, menoleh sekilas ke belakang dan menambahkan, "Dulu aku mengira serigala dan macan kumbang adalah iblis."
Jeremiah terkekeh dan menggeleng-geleng. "Trauma saat awal kehidupan sering menginspirasi kehebatan," katanya memberikan semangat.
"Kadang menurutku trauma itu lebih cocok untuk para biarawati di sana daripada aku," timpal Leazah.
Jeremiah mendesis tertawa.
"Jenderal, makanan Anda." Pengawas makanan membungkuk dan melayangkan sebelah tangannya di atas meja, memperlihatkan nampan perak berisi menu makanan berbeda dari yang lainnya.
"Berikan menu yang sama untuknya," perintah Jeremiah sembari mengangguk ke arah Leazah.
Pengawas makanan tentara itu melirik rekannya dan bertukar pandang, menimang-nimang dengan raut wajah ragu.
Jeremiah kemudian mengangkat nampan perak itu dari meja dan menyodorkannya pada Leazah. "Makanan ini milikmu," katanya.
Leazah membeku sesaat sebelum akhirnya menerima nampan itu setelah Jeremiah menyodorkannya dengan paksa.
"Beri aku makanan yang sama dengan yang lain," perintahnya pada pengawas makanan tadi.
Kedua pengawas makanan itu tertunduk dengan wajah gugup, kemudian menyiapkan makanan lain yang diminta sang jenderal.
Selesai makan siang, Eleazar dan Lexath—dua dari ketujuh royal guard yang bertugas di hadapan raja, menemui Leazah di depan istal ketika gadis itu sedang memberi makan kudanya sementara Jeremiah harus melakukan pekerjaan lain di ruang tahanan—menginterogasi pelaku penembakan terhadap kaisar di gerbang istana.
Kedua royal guard itu membawakan pakaian baru untuk Leazah dan mengatakan pada gadis itu untuk bersiap.
"Kami akan memandumu berkeliling istana," kata Lexath.
Dan… seperti kehendak takdir, seketika Leazah merasa seperti mendapat pencerahan. Ini kesempatan bagus, pikirnya. Dan ia tidak ingin melewatkannya.
Ia segera menyelesaikan pekerjaannya dan bersiap. Setelah selesai memberi makan kudanya, ia kembali ke kamarnya, membersihkan diri dan berganti pakaian baru yang diberikan Lexath dan Eleazar, lalu kembali ke pelataran untuk menemui kedua royal guard itu dan mengikuti mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
pelaku pemanahan lebih tepatnya.
2023-11-02
0
Samosier Toba
semangat semangat semangat
2022-12-15
0