"Di mana Putra Mahkota?" tanya Lazareth ketika ia mendatangi asrama prajurit, dan mendapati Leazah tidak berada di antara para prajurit yang sedang berlatih di bawah komando Jeremiah.
"Di dalam sel," Jeremiah menjawab datar tanpa menoleh sedikit pun. Tetap terfokus pada latihan para prajurit. Suaranya nyaris tak terdengar akibat suara bising logam yang berbenturan di antara pekik semangat para prajurit.
"Apa kaisar memerintahkanmu untuk menghukumnya?" Lazareth menaikkan suaranya, mencoba mengatasi suara bising di sekitarnya.
"Tidak," jawab sang jendral singkat.
Lazareth mengerutkan dahinya, menatap Jeremiah dengan mata terpicing.
"Raja memerintahkan untuk membuatnya lebih ahli lagi," Jeremiah akhirnya menoleh pada Lazareth.
Lazareth langsung terdiam. Tak yakin bagaimana ia harus menanggapinya.
Keesokan harinya…
Pelaku penembakan terhadap raja harus dieksekusi.
Jeremiah memerintahkan para tahanan diseret keluar untuk menyaksikan eksekusi itu, untuk memotivasi mereka supaya mereka patuh.
Leazah juga diseret keluar bersama para tahanan lain di bawah pengawasan ketat para penjaga. Masing-masing tahanan diapit dua tentara berbadan raksasa.
Para pengawal abadi dan orang-orang terdekat raja mengawasi gadis itu dari seberang lapangan. Raja Rasmus berdiri di tengah-tengah mereka. Melirik sekilas pada putrinya seraya tersenyum samar.
Leazah tidak menyadarinya. Ia melirik ke arah Jeremiah yang berdiri gagah di sebelah kanan kaisar.
Pria itu balas meliriknya dengan raut wajah datar.
Terdakwa diseret ke tengah-tengah dengan rantai besi yang masih membelenggu kaki dan tangannya. Seutas tali sudah tersimpul dan tergantung pada sebuah tiang di depan matanya.
Ketika dua algojo tengah memasangkan tali di lehernya, pria itu melirik ke arah Leazah dengan tatapan penuh arti. Mengingatkan gadis itu pada sesuatu.
Beberapa saat sebelum para penjaga penjara itu menyeret mereka ke tempat ini, pria itu menawarkan secarik kain dari robekan bajunya pada Leazah.
Dan ketika para penjaga itu menyeretnya keluar, Leazah menyumpalkan kain itu pada lubang kunci sembari melangkah keluar.
Leazah menelan ludah dan mengerjap. Lalu memalingkan pandangannya dari pria itu, tak tega melihat kematiannya.
Salah satu tentara yang mengapitnya merenggut dagu gadis itu dan mengarahkan kembali pandangannya pada eksekusi.
Detik berikutnya, tubuh si terdakwa didorong dari pijakannya, lalu terlempar dan bergelantungan, mengentak-entak, meregang nyawa.
Leazah tidak berani berkedip, tidak berani berpaling dari pemandangan mengerikan itu. Ia bahkan tidak berani memperlihatkan belas kasihan.
Kebaikan kecil yang berarti pada hari terakhirmu, kiranya menuntunmu ke surga, doa Leazah dalam hati.
Lalu mengerjap dan mendongakkan hidungnya.
Jeremiah meliriknya sekilas, lalu bertukar pandang dengan kaisar.
Kaisar melipat kedua tangannya di depan dada seraya menyeringai, memandang putrinya dengan raut wajah puas.
Seusai eksekusi itu, para penjaga penjara itu menggiring para tahanan kembali ke dalam sel. Tidak terkecuali Leazah.
Dua penjaga menggelandangnya ke rumah tahanan dan menjebloskannya kembali ke dalam selnya, lalu mengunci pintu.
Leazah menunggu selama beberapa menit sampai kedua penjaga itu meninggalkan bilik tahanan, lalu mencoba pintu itu.
Terbuka!
Kain yang tadi disumpalkannya telah membuat pintu itu tak dapat dikunci.
Sejurus kemudian, gadis itu sudah berhasil menyelinap keluar dan sampai di istal. Ia mengeluarkan kudanya dan menungganginya, bersiap melarikan diri.
Seperti anjing lepas rantai, Philipus berjingkrak senang mengekspresikan kebebasannya ketika ia berlari.
Bersamaan dengan itu, Jeremiah baru saja tiba di rumah tahanan dan mendapati selnya telah kosong.
Ia memeriksa sel itu beberapa saat, memeriksa pintu, dan menemukan secarik kain yang tersumpal di lubang kunci.
Pria itu mengeluarkan gumpalan kain itu dan menggenggamnya seraya tersenyum simpul, lalu berbalik dengan buru-buru.
Tak sampai sepuluh menit, Kaisar Rasmus sudah menyeruak keluar istana bersama sedikitnya empat orang tentara pasukan abadi dan tiga orang terdekatnya, menunggangi kuda mereka masing-masing menuju gerbang.
Di dekat kolam air mancur yang di tengah-tengahnya terdapat patung wanita berbahan emas, Philipus tersentak dan berhenti. Kuda itu mengira patung itu ibu Leazah.
"Tidak," pekik Leazah. "Dia bukan kepala biara. Go! Go! Go!"
Kuda itu meringkik dan meronta-ronta dengan gelisah.
Sementara itu, rombongan Kaisar Rasmus juga sedang menuju ke tempat itu.
"Habislah kali ini!" erang Leazah seraya berusaha keras menghela kudanya.
Kuda itu melejit menaikkan kaki depannya ke udara hingga tubuhnya berdiri tegak, melontarkan tubuh Leazah dari punggungnya.
"KYAAAAAAAAAAAAAAAA!" Leazah terpelanting dari tunggangannya hingga terlempar.
BRUSH!
Tubuh mungil gadis itu tercebur ke dalam kolam.
Jeremiah mendesis menahan tawa, lalu menghentikan kudanya.
Kaisar dan para pengawalnya berhenti serentak di dekat kolam itu, sementara Jeremiah sudah melompat turun dari kudanya.
Leazah menghela tubuhnya dari air dengan terhenyak. Lalu mengusap wajahnya dengan gusar dan tersengal-sengal. Diamatinya rombongan Kaisar Rasmus dengan wajah terguncang dan ketakutan.
Jeremiah membungkuk di atas kepalanya seraya mengulurkan tangan.
Leazah menelan ludah dengan susah payah, kemudian menyambut uluran tangan jendral itu dengan ragu-ragu.
Kaisar melompat turun dari kudanya, sementara Jeremiah menarik gadis itu keluar kolam.
Leazah berdiri terhuyung di topang tangan sang jenderal saat kaisar mendekatinya. Wajah gadis itu serentak memucat.
Di luar dugaannya, kaisar melepas jubahnya dan menyelimuti gadis itu.
Leazah terperangah dan membeku, menatap wajah sang kaisar dengan terbelalak.
"Tidak perlu merasa bersalah," kata sang kaisar dalam nada datar.
Leazah semakin tergagap.
"Patung itu memang sangat memukau," kaisar menambahkan. Banyak orang kehilangan keseimbangan saat melihatnya."
Leazah menelan ludah.
Kaisar mendekatkan wajahnya ke telinga Leazah. "Tapi kebanyakan yang jatuh itu pria," bisiknya.
DEG!
Leazah merasa lututnya mendadak goyah. Jantungnya memukul keras tulang rusuknya.
Dia sudah tahu, batin Leazah.
Kaisar Rasmus tersenyum tipis seraya berbalik, lalu kembali ke atas kudanya. "Dia sudah lulus," katanya mengumumkan. "Pindahkan dia ke istana sebagai anggota baru pasukan abadi!"
Rombongan itu berbalik dan menjauh.
Leazah terperangah mengamati punggung mereka.
Jeremiah masih bertahan di sampingnya, menatap punggung rombongan itu bersama Leazah yang masih memucat. Terguncang antara ngeri dan kebingungan.
Leazah berdeham dan meliriknya sedikit takut-takut.
Jeremiah mendesah pendek dan balas meliriknya.
Lalu keduanya beradu pandang dalam waktu yang lama.
Tiba-tiba wajah Leazah bersemu merah.
Jeremiah menautkan alisnya. Merasa sedikit aneh.
Leazah berdeham dan buru-buru tertunduk. "Aku—"
"Aku akan menyiapkan pakaian ganti," potong sang jenderal.
Leazah langsung terdiam.
"Kembali ke barakmu, Prajurit!" instruksi Jeremiah.
Leazah membungkuk dengan hormat tentara.
Jeremiah berbalik dan kembali ke atas kudanya, "Ucapkan selamat tinggal untuk kamar lamamu," katanya lagi, lalu menghela kudanya meninggalkan tempat itu.
Leazah mengangkat wajahnya, memandangi punggung pria itu seraya berpikir keras. Aku sedang menjemput ajalku, katanya dalam hati. Lalu menggeleng cepat-cepat untuk mengenyahkan pikiran aneh yang tiba-tiba melintas dalam benaknya.
Mungkinkah kaisar sedang berusaha menjebaknya?
Bagaimana bisa seseorang yang menyusup ke dalam kamar kaisar dan melarikan diri dari bilik tahanan dinyatakan lulus?
Dengan perasaan tak menentu dan tak berdaya, gadis itu akhirnya kembali ke asrama. Menambatkan kembali kudanya dan bergegas ke kamarnya.
Jeremiah muncul di kamarnya tak lama kemudian, mengantarkan pakaian baru dan menunggunya di serambi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Samosier Toba
lanjutkan
2022-12-15
0
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐
B---baik!
🏃💨
2022-10-16
0