Fragmen-18

Di tengah kota Xerxes yang modis, aroma manis yang berasal dari sebuah toko es krim paling mewah di Darius Square menyerbak saat Leazah mendekati toko yang terkenal itu.

Toko es krim Aimee's terkenal sebagai penyebab kesengsaraan bagi para wanita yang sedang berdiet.

Sangat sulit melintas di depan Aimee's tanpa tergoda untuk masuk, terutama setelah menempuh perjalanan panjang yang menghabiskan waktu berhari-hari.

Leazah menambatkan kudanya.

Dengan penuh selera gadis itu masuk ke dalam toko yang ramai itu dan seketika mabuk oleh aroma kental dari vanila dan kayu manis yang mengapung di udara.

Bagian pembuatan roti terlihat sibuk mengeluarkan berbagai macam penganan dan juga manisan yang menakjubkan, menebarkan aroma sedap di sore hari yang cerah.

Sementara itu, bufet makanan di seberangnya menawarkan cita rasa daging asap dan keju, mengalahkan aroma yang mempesona.

Hanya datang untuk menghirup aroma yang ada di Aimee's merupakan hal yang sia-sia.

Leazah tak ingin membuang-buang waktu dan segera ikut mengantre.

Seorang pelayan tengah sibuk menyusun irisan daging rusa, potongan keju, anggur, dan sampanye menjadi susunan yang indah ke dalam sebuah kotak, yang kemudian diantarkan kepada pesuruh dari seorang pelanggan kaya yang sudah menunggu sejak tadi.

Leazah memperhatikan pesuruh itu bergegas pergi.

Pintu ganda toko yang terbuka lebar memperlihatkan barisan yang tak ada habisnya dari pengunjung yang kelaparan, bersama dengan arus yang terus-menerus dari para pelayan yang terburu-buru keluar masuk toko untuk mengantarkan pesanan es krim kepada orang-orang yang menunggu di taman yang ada di seberang jalan.

Sementara itu para pelayan yang lain mengumpulkan sendok-sendok kotor dan gelas-gelas kosong bekas para pelanggan yang sudah selesai menghabiskan santapan mereka ke dalam baki dan bergegas masuk kembali untuk mencuci tumpukan peralatan kotor tersebut untuk para penikmat es krim berikutnya.

Leazah mengalihkan perhatiannya pada es krim yang sedang disendokkan dari kotak kaleng besar yang beku ke dalam gelas kaca khusus tempat makanan itu dihidangkan saat gilirannya untuk memesan tiba.

"Apa yang ingin Anda pesan, Tuan?" pelayan itu bertanya pada Leazah.

Leazah terlihat seperti tuan muda cerdas dalam balutan jas berekor berwarna plum yang mewah dengan celana berwarna krem. "Hm, aku sedang ingin mencoba-coba," katanya. "Aku pesan rasa kismis putih."

Seorang gadis berpakaian glamor mengernyit di sampingnya mendengar pilihan Leazah.

Leazah mengerling sekilas pada gadis itu dan berubah pikiran. "Setelah kupikir-pikir, aku pesan vanila saja."

"Vanila?" ejek gadis itu lagi. "Membosankan."

Membuat Leazah berpikir keras mencari rasa yang sesuai seleranya dengan sungguh-sungguh.

Semua rasa yang ada di daftar menu kelihatannya sangat lezat.

"Kurasa dia tidak cukup mengerti apa yang dia inginkan," seseorang di belakang Leazah tiba-tiba menyela.

Dan entah bagaimana hal itu membuat jantung Leazah meletup keras.

Gadis di sampingnya mengerling ke belakang Leazah dengan pandangan kagum dan nyaris mendongak.

Leazah menoleh ke belakang dengan terkejut, lalu mendongak dan terbelalak dengan raut wajah gembira. "Jenderal?"

Pria itu menaikkan telunjuk ke bibirnya, lalu mengerling ke arah long coat abu-abu yang dikenakannya.

Leazah segera paham.

Jeremiah menoleh kepada pelayan. "Aku pesan rasa almond untukku, dan rasa pistachio untuknya!"

"Kami akan segera mengantarkan pesanan Anda," kata pelayan yang kesal itu dengan cepat, tampak tak sabar untuk segera melepaskan diri dari mereka dan beralih kepada pembeli yang lebih serius.

Gadis cantik berpakaian glamor tadi membungkuk ke arah mereka dan berlalu seraya tersenyum genit.

"Dasar bajingan kecil," bisik Jeremiah pada Leazah. "Sempat-sempatnya kau menggoda wanita dalam keadaan seperti ini."

"Dia yang menggodaku, asal kau tahu saja," tukas Leazah.

Jeremiah menepiskan tangan Leazah saat gadis itu mencoba membayar pesanannya, dan Jeremiah mentraktirnya.

"Apa yang membawamu ke sini, Jenderal?" Leazah bertanya pada Jeremiah setelah mereka meninggalkan toko dan berjalan ke arah penambatan kuda di pinggir taman di bawah bayang-bayang pohon yang sedang berbunga.

"Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan di sini?" sergah Jeremiah. "Puluhan mil dari Arsen tanpa pengawalan!"

"Aku seorang pengawal, apa kau lupa?" Leazah menjawab dingin, tiba-tiba teringat pertemuan terakhir mereka saat perjamuan. Jeremiah menaikkan alisnya menanggapi perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Dan seketika Leazah langsung menyesal.

Jeremiah mengerling ke belakang bahunya tapi tidak melihat tanda-tanda Putri Lea sedang berada di sana. "Di mana Putri Lea?" Ia bertanya setengah menyelidik.

Leazah mengerjap menyadari situasinya. Ia sedang menjadi pria. Sebaiknya singkirkan wajah merajukmu dan jaga sikapmu, ia mengingatkan dirinya. "Aku datang sendirian," katanya seraya memalingkan wajahnya menghindari pengamatan Jeremiah yang menyelidik.

"Aku sedang mencari penginapan, apa kau mau bergabung?" Jeremiah menawarkan.

"Well---yeah, baik juga menemukan seseorang yang kau kenal di tempat asing." Leazah mendesah pendek dan mengangkat bahu. Kemudian melompat ke atas kudanya dan mengikuti Jeremiah.

Seorang pria seusia Jeremiah mengantar mereka ke sebuah penginapan setelah Jeremiah menanyai beberapa orang yang ditemuinya di sepanjang Darius Square. Pria itu memperkenalkan dirinya bernama Alaik. Penginapan itu katanya wisma tamu yang dimiliki salah satu saudara sepupunya.

"Kenyamanan maksimum," Alaik meyakinkan Jeremiah. "Saudara sepupuku kembali dari Melisande enam bulan yang lalu dan dia membangun wisma ini dengan gaya Xander."

Xander adalah nama suku bangsa Melisande—di dalam hal ini Alaik sedang membicarakan peradaban Melisande.

Jeremiah tersenyum tipis menanggapinya. Kemudian melirik pada Leazah untuk melihat reaksinya.

Leazah balas meliriknya sekilas, kemudian mengedar pandang.

Persis di luar gerbang Darius Square, yang pertama-tama dilihatnya adalah barisan kapal militer angkatan laut Melisande yang tertambat di pelabuhan.

Relawan militer terlihat di mana-mana, hilir-mudik di sepanjang pesisir. Wajah-wajah pribumi yang—anehnya terasa begitu akrab, tampak tegang dan kosong dalam balutan seragam ninja serba hitam dengan penutup wajah dan baju zirah tebal yang dibuat dari kulit hewan yang direbus.

Tiba-tiba saja Leazah merasa ingin melambai pada mereka, seakan-akan mereka merupakan pertanda baik.

Selain para tentara itu, kata Alaik, ada ribuan warga sipil asing yang tinggal di Xerxes.

Para konsultan untuk berbagai bidang, para pekerja organisasi nonpemerintah, para pemborong dan orang-orang bisnis yang curang.

Ribuan orang yang membutuhkan pemukiman layak, kereta kuda, makanan enak, senjata dan lain-lain.

Ada pasar gelap yang memasok kebutuhan-kebutuhan tersebut.

"Kita bisa menemukan apa pun yang kita butuhkan. Barang-barang yang mereka jual di sana memang gila. Bahkan minyak kelapa untuk mencokelatkan kulit." Alaik tertawa.

Gara-gara para pendatang dari luar negeri itu, harga untuk hampir semua barang meroket demikian tinggi sehingga warga Xerxes nyaris tak sanggup membeli apa-apa. Lebih parah sekarang setelah monopoli Melisande.

Meskipun kota itu terlihat seperti reruntuhan, "Biaya untuk penginapan lebih mahal daripada di Arsen," kata Alaik. Dan harga masih terus meningkat.

"Seharusnya aku membeli rumah tempat aku tinggal ketika aku kembali dari Arsen. Sekarang harganya dua puluh kali lipat dibanding waktu itu," cerita Alaik tanpa menunjukkan kesedihan, ia hanya menggeleng.

Terpopuler

Comments

Amelia

Amelia

aq sampe ikut degdegan kak thor

2022-10-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!