Fatahillah

Fatahillah

Bab 1

seorang gadis terbaring lemah di atas ranjang. sebagian tubuhnya yang mulai menghitam, mengelupas dan mengeluarkan nanah membuat dirinya terus merintih kesakitan dan menangis. sakit yang dialaminya membuat kedua orang tuanya begitu pilu melihat penderitaan putri mereka satu-satunya.

"apa yang harus kita lakukan pak, kasian Hanum, dia sudah lama menderita seperti ini" ibu Rosida setiap melihat penderitaan anaknya, selalu saja meneteskan air mata

"bapak juga bingung bu, kemana lagi kita harus mencari orang sakti untuk mengobati Hanum. bahkan dokter sekalipun tidak dapat menyembuhkan penyakit anak kita" pak Umar yang menjadi kepala keluarga, begitu terpukul melihat keadaan anaknya

mereka adalah orang yang berada, tinggal di rumah yang terbilang mewah namun baik ibu Rosida maupun pak Umar tidak pernah berlaku sombong karena harta yang mereka punya.

bisa dikatakan kehidupan mereka sekarang adalah perjuangan mereka yang banting tulang mencari rezeki hingga akhirnya yang Maha Kuasa mendengarkan doa-doa mereka dan mengangkat derajat mereka.

"apa kita bawa ke luar negri saja untuk pengobatan Hanum" pak Umar mengusulkan

"pak, di negri kita sendiri saja dokter menyerah dengan penyakit anak kita, ibu rasa itu akan percuma saja jika kita membawa Hanum keluar negri. mereka pun pasti tidak akan bisa menyembuhkan Hanum"

"haaah" pak Umar menghela nafas berat. dia tidak tau lagi harus melakukan apa untuk menyembuhkan penyakit putrinya

"sakit bu" rintihan yang keluar dari mulut Hanum membuat mereka merasakan sakit yang teramat perih. sebagai orang tua, mereka tidak dapat melakukan apapun untuk kesembuhan anak mereka

"bu, bapak ke kantor dulu ya" pak Umar pamit kepada istrinya

"iya pak, hati-hati"

setelah berpamitan kepada istrinya, pak Umar keluar dari kamar Hanum dan keluar dari rumah. dia masuk ke dalam mobil meninggalkan rumah mereka.

(apa yang harus aku lakukan untuk menyembuhkan Hanum putriku ya Allah, tolong tunjukkan jalan untuk hambamu ini) pak Umar kalut dengan pikirannya sendiri

menyetir dalam keadaan melamun hampir membuat dirinya menabrak seseorang. untungnya pak Umar segera menginjak rem secara mendadak hingga mobilnya berhenti tepat di depan orang tersebut.

"astaghfirullahaladzim" pak Umar beristighfar beberapa kali kemudian keluar dari mobilnya menghampiri orang tersebut

"maafkan saya, apakah kamu terluka...?" rupanya seorang laki-laki yang hampir pak Umar tabrak

"saya tidak apa-apa pak, tidak perlu cemas" laki-laki itu tersenyum ramah

"saya benar-benar minta maaf. syukurlah kalau kamu tidak apa-apa"

"kalau begitu saya permisi dulu pak" laki-laki itu langsung meninggalkan pak Umar

pak Umar pun akan masuk kembali ke mobilnya namun sepatunya menginjak sesuatu di bawah sana. saat menunduk, pak Umar dapat melihat sebuah tasbih yang diinjaknya.

"astaghfirullah"

merasa sangat berdosa telah menginjak tasbih tersebut, pak Umar mengambil tasbih itu dan melap di jas miliknya.

"ini pasti milik pemuda tadi" gumamnya

pak Umar kemudian masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat itu. setelah sampai di kantor, pak Umar masuk ke dalam, beberapa karyawan yang berpapasan dengannya akan menunduk hormat dan pak Umar memberikan senyuman ramahnya kepada mereka.

"pak, ada paket untuk bapak" asisten pak Umar yang bernama Hasan memberitahu saat pak Umar melewati mejanya

"paket...? dari siapa...?" tanya pak Umar

"saya tidak tau pak, tidak ada nama pengirimnya"

"lalu mana paketnya...?"

"ini pak" Hasan memberikan sebuah kotak yang dibungkus rapi entah siapa yang mengirimkan

"terimakasih Hasan".

"sama-sama pak"

pak Umar masuk ke dalam dengan membawa paket itu. dia pun menaruh paket itu di atas sofa tanpa membukanya dan dirinya duduk di kursi memulai memeriksa setiap dokumen yang dibawakan oleh asistennya.

tok tok

"masuk"

Hasan masuk ke ruangan bosnya dengan beberapa map ditangannya.

melihat Hasan masuk, pak Umar berniat menanyakan sesuatu kepada asistennya itu.

"Hasan tunggu sebentar" pak Umar menghentikan langkah Hasan saat laki-laki itu hendak melangkah keluar

"ada yang bisa saya bantu pak...?"

"kemarilah, kita bicara di sofa" pak Umar beranjak dari duduknya dan melangkah ke sofa, Hasan pun duduk ditempat yang empuk itu

"ada apa pak...?"

"Hasan, apakah kamu tau seseorang dukun atau semacamnya yang dapat menyembuhkan penyakit aneh" pak Umar bertanya

"penyakit aneh...?" Hasan mengernyitkan dahinya

"ini tentang Hanum San, sampai sekarang Hanun belum juga sembuh dari sakitnya. aku sudah keliling mencarikan pengobatan namun tetap saja tidak merubah apapun" terlihat keputusasaan di wajah pak Umar

"memangnya Hanum sakit apa pak. apa segitu parahnya...?"

"entah San, penyakitnya sungguh menyakitinya. tubuhnya menghitam dan melepuh kemudian keluar nanah di setiap luka-lukanya"

"astaghfirullahaladzim. kenapa tidak dibawa ke dokter"

"sudah San, bahkan berbulan-bulan kami di rumah sakit namun tidak ada perubahan sama sekali"

"boleh saya melihat Hanum saat pulang nanti pak...?"

" tentu saja boleh, dia pasti akan senang kamu menjenguknya. namun maaf jika nanti saat kamu melihatnya, kamu akan merasa jijik padanya"

"in shaa Allah tidak. dan untuk orang yang bisa menyembuhkan penyakit aneh, akan saya carikan nanti"

"terimakasih Hasan, saya sangat berharap kamu bisa menemukan orang tersebut" ucap pak Umar penuh harap

setelah pulang dari kantor, Hasan saat ini akan menjenguk Hanum. pak Umar meminta Hasan untuk bersamanya saja di mobil namun Hasan menolak karena dia membawa motornya sendiri.

mereka pun sama-sama meninggalkan kantor, motor Hasan mengikuti mobil pak Umar yang berada di depannya. hingga kemudian sampailah mereka di tempat kediaman pak Umar. bukan pertama kalinya bagi Hasan ke rumah tersebut, karena biasanya dia sering membawakan dokumen-dokumen penting kepada pak Umar saat pak Umar tidak masuk kantor.

"ayo San" ajak pak Umar

"iya pak"

keduanya masuk ke dalam rumah, pak Umar membawa Hasan ke kamar Hanum. di dalam kamar itu, Hanum terbaring tidak berdaya di pembaringannya.

"Hanum, ada Hasan nak" pak Umar memanggil pelan putrinya

Hanum membuka matanya perlahan dan saat itu juga dirinya dapat melihat Hasan yang sedang duduk di sampingnya.

"Hasan" panggil Hanum dengan lirih

"kenapa bisa seperti ini Num...?" Hasan begitu sedih melihat Hanum yang benar-benar sama sekali tidak berdaya

gadis cantik yang selalu ceria itu kini sudah tidak ada kebahagiaan di wajahnya. wajahnya yang dulu cantik dan putih mulus kini tidak ubahnya seperti monster yang mengerikan. mengelupas, hitam dan bernanah mengeluarkan bau busuk yang siapapun tidak sanggup untuk menahan bau itu.

Hasan memegang tangan Hanum dan menutup kedua matanya. dia berniat untuk melacak siapa seseorang yang telah membuat Hanum seperti itu namun tiba-tiba saja tubuhnya terpental dan menghantam dinding.

"astaghfirullah, Hasan" pak Umar kaget seketika

segera dia menghampiri Hasan dan membantunya untuk berdiri kemudian mendudukkan Hasan di sofa yang ada di kamar Hanum.

"kamu tidak apa-apa...?"

"aku tidak bisa melacak siapa orang yang telah membuat Hanum seperti ini pak" Hasan meringis menahan sakit

"orang...? maksud kamu apa Hasan...?"

"penyakit Hanum bukan penyakit biasa pak, dia terkena.....santet"

"santet...?" pak Umar tentu saja kaget

"aku bisa merasakan hawa panas yang menjalar di tubuh Hanum. tidak ada bisa menyembuhkannya kecuali orang yang mengirimkan santet itu atau seseorang yang berilmu tinggi yang bisa menyembuhkan Hanum"

"ya Allah, apa salah dan dosaku sehingga orang itu sampai tega menyantet putriku" pak Umar lemas seketika

"pak, ada apa...?" ibu Rosida yang baru saja masuk dan melihat suaminya langsung bertanya

"bu, apa yang harus kita lakukan" pak Umar tidak kuasa menahan air mata

"ada apa pak. Hasan, ada apa ini...?" ibu Rosida beralih melihat Hasan

"Hanum terkena...santet bu"

"astaghfirullahaladzim"

buuuk

seketika ibu Rosida pingsan. pak Umar langsung menggendong istrinya menuju kamar mereka, sedang Hasan masih berada di kamar Hanum.

"aku akan mencari orang yang bisa menyembuhkan mu Num. kamu tidak perlu khawatir, yakinlah kamu akan sembuh" Hasan tanpa rasa jijik memegang tangan Hanum

air mata Hanum jatuh membasahi lukanya. dalam keadaannya yang seperti itu, Hasan sama sekali tidak merasa jijik untuk menyentuhnya. betapa Hanum beruntung bisa mempunyai sahabat seperti Hasan.

keduanya sudah bersahabat sebelum orang tua Hanum kaya seperti sekarang. dan saat orang tua Hanum mulai berada, pak Umar langsung memperkerjakan Hasan sebagai asistennya.

setelah dari rumah pak Umar, Hasan menghubungi seseorang lewat sambungan di telpon.

Hasan

(halo assalamualaikum paman Odir)

paman Odir

(wa alaikumsalam San, apa kabar. lama kamu tidak menghubungi paman)

Hasan

(Alhamdulillah Hasan baik-baik saja paman. kalau paman sendiri bagaimana keadaannya. bibi Murti bagaimana, Intan juga bagaimana kabarnya paman...?)

paman Odir

(Alhamdulillah, kami semua baik. ada apa menelpon Hasan. kapan kamu jalan-jalan mengunjungi paman)

Hasan

(in shaa Allah kalau ada waktu paman. sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu paman)

paman Odir

(mau menanyakan soal apa)

Hasan memberitahu maksud tujuannya ia menghubungi pamannya itu. paman Odir mendengarkan dengan seksama dan tidak memotong sedikit pun cerita dari keponakannya, anak dari adiknya almarhumah Rumini.

paman Odir

(sebenarnya ada satu orang yang dapat menyembuhkan penyakit aneh seperti itu)

Hasan

(siapa dia paman, dimana dia tinggal agar kami dapat membawa Hanum ke sana)

paman Odir

(akan paman tanyakan dulu apakah dia masih tinggal di tempat itu atau tidak, aku akan menghubungi mu nanti jika sudah mendapatkan informasi)

Hasan

(baik paman, aku sangat mengharapkan paman bisa mendapatkan alamat dari orang tersebut)

malam itu pak Umar berada di ruangan kerjanya. dia sedang mengerjakan beberapa file penting yang dikirimkan oleh Hasan tadi sore. namun saat itu juga, dirinya teringat dengan paket yang diterimanya tadi pagi.

ia kemudian mengingat-ingat dimana dirinya menyimpan paket tersebut dan dirinya baru saja ingat kalau paket itu berada di dalam mobilnya. saat pulang dari kantor tadi, dia membawa paket itu dan memasukkan ke dalam mobilnya.

pak Umar menghentikan pekerjaannya dan keluar dari ruangan kerjanya. dia melangkah menuju keluar rumah untuk mengambil paket yang dibawanya pulang tadi.

"pak Anto, kalau sudah mengantuk tidur saja pak" pak Umar sedikit mengeraskan suaranya agar satpam yang bernama Anto yang bekerja di rumahnya dapat mendengarnya

"iya pak, nanti saya tidur kalau saya sudah mengantuk. untuk sekarang saya belum mengantuk pak" jawab pak Anto

"jangan lupa kunci pagarnya ya pak Anto"

"siap pak"

pak Umar menuju ke garasi mobil dan membuka pintu mobilnya. dia mencari paket yang dibawanya tadi, rupanya ada di kabin tengah. setelah mengambil paket itu, pak Umar menutup pintu mobilnya dan kembali masuk ke dalam rumah.

"apa itu pak...?" tanya ibu Rosida saat melihat suaminya masuk ke dalam kamar

"bapak juga tidak tau apa isinya, bapak mendapatkan paket tadi pagi dan tidak di tau siapa yang mengirimkan ini" pak Umar menyimpan paket itu di atas kasur

"ibu sudah dari melihat Hanum...?" tanya pak Umar

"sudah pak, dia sedang tidur sekarang"

"semoga Hasan mendapatkan orang yang dapat menyembuhkan Hanum"

"kasian sekali anak kita pak, apa salahnya sampai ada yang tega mengirimkan santet kepadanya"

"berdoa dan berserah diri kepada Allah bu, tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya" pak Umar menenangkan istrinya

"apa bapak punya musuh di luar sana. siapa tau orang-orang saingan bisnis bapak yang tidak suka dengan keberhasilan kita sehingga mereka mengirim santet kepada putri kita"

"jangan suudzon bu, tidak baik. siapapun yang membuat putri kita seperti ini ada Allah yang akan membalasnya"

"tapi ibu tidak rela pak, kalau ibu tau siapa pelakunya ibu akan menuntut balas"

"istighfar bu istighfar, jangan biarkan setan menghasut ibu sehingga ibu akan menyesali perbuatan ibu nantinya. saat ini kita cukup fokus untuk kesembuhan Hanum"

"astaghfirullahaladzim.... astaghfirullahaladzim"

ibu Rosida beristighfar berulang kali. pak Umar membawa istrinya kedalam pelukannya, sekarang ini tentu saja ibu Rosida sangat terguncang melihat keadaan Hanum. pak Umar harus selalu siaga dan sabar dalam menghadapi sikap emosional istrinya.

"coba buka paketnya pak, ibu ingin tau apa isinya"

pak Umar melepaskan pelukannya dan mengambil paket itu. dia menatap istrinya seakan ragu untuk membukanya namun karena ibu Rosida sangat ingin tau apa isi di dalamnya, pak Umar pun mulai membuka paket tersebut.

saat paket dibuka, pak Umar dan ibu Rosida dapat melihat isi di dalamnya. sebuah foto Hanum yang sedang tersenyum namun foto tersebut dicoretkan dengan tinta merah dan terdapat tulisan

MATI

ibu Rosida berteriak melihat isi paket tersebut. saat itu juga ponsel pak Umar berbunyi, pesan masuk ke dalam ponselnya, sebuah nomor yang tidak di kenal mengirimkan pesan untuknya.

nomor tidak di kenal : bersiaplah kehilangan putrimu Umar

"aaaaa" suara teriakan Hanum yang menjerit menggema di rumah besar itu

"HANUM"

pak Umar dan ibu Rosida langsung berlari meninggalkan kamar mereka menuju ke kamar Hanum.

Terpopuler

Comments

warkop Teteh kuningan

warkop Teteh kuningan

baru mampir sini Thor,saya bacanya malah PTM dulu sama PAJ,,,,di awal udah tegang niiih....

2023-11-06

1

Nurul Huda

Nurul Huda

percaya atau tidak santet itu memang ada.meskioun kita tidak pernah menyakiti atau berbuat salah pada orang lain,tapi hati orang siapa yang tau.mungkin ada orang yang iri dengan kecantikan atau kesuksesan kita makanya oarang mengirim santet.ingat santet tidak pandang bulu maupun itu orang baik atau jahat ketika hati orang sudah diselimuti dendam iri dann dengki maka itu akan terjadi.

2023-06-22

1

abdan syakura

abdan syakura

wahai Hanum...
Bersabarlah .....

2023-06-14

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 71
73 Bab 71
74 Bab 72
75 Bab 73
76 Bab 74
77 Bab 75
78 Bab 76
79 Bab 77
80 Bab 78
81 Bab 79
82 Bab 80
83 Bab 81
84 Bab 82
85 Bab 83
86 Bab 84
87 Bab 85
88 Bab 86
89 Bab 87
90 Bab 88
91 Bab 89
92 Bab 90
93 Bab 91
94 Bab 92
95 Bab 93
96 Bab 94
97 Bab 95
98 Bab 96
99 Bab 97
100 Bab 98
101 Bab 99
102 Bab 100
103 Bab 101
104 Bab 102
105 Bab 103
106 Bab 104
107 Bab 105
108 Bab 106
109 Bab 107
110 Bab 108
111 Bab 109
112 Bab 110
113 Bab 111
114 Bab 112
115 Bab 113
116 Bab 114
117 Bab 115
118 Bab 116
119 Bab 117
120 Bab 118
121 Bab 119
122 Bab 120
123 Bab 121
124 Bab 122
125 Bab 123
126 Bab 124
127 Bab 125
128 Bab 126
129 Bab 127
130 Bab 128
131 Bab 129
132 Bab 130
133 Bab 131
134 Bab 132
135 Bab 133
136 Bab 134
137 Bab 135
138 Bab 136
139 Bab 137
140 Bab 138
141 Bab 139
142 Bab 140
143 Bab 141
144 Bab 142
145 Bab 143
146 Bab 144
147 Bab 145
148 Bab 146
149 Bab 147
150 Bab 148
151 Bab 149
152 Bab 150
153 Bab 151
Episodes

Updated 153 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 71
73
Bab 71
74
Bab 72
75
Bab 73
76
Bab 74
77
Bab 75
78
Bab 76
79
Bab 77
80
Bab 78
81
Bab 79
82
Bab 80
83
Bab 81
84
Bab 82
85
Bab 83
86
Bab 84
87
Bab 85
88
Bab 86
89
Bab 87
90
Bab 88
91
Bab 89
92
Bab 90
93
Bab 91
94
Bab 92
95
Bab 93
96
Bab 94
97
Bab 95
98
Bab 96
99
Bab 97
100
Bab 98
101
Bab 99
102
Bab 100
103
Bab 101
104
Bab 102
105
Bab 103
106
Bab 104
107
Bab 105
108
Bab 106
109
Bab 107
110
Bab 108
111
Bab 109
112
Bab 110
113
Bab 111
114
Bab 112
115
Bab 113
116
Bab 114
117
Bab 115
118
Bab 116
119
Bab 117
120
Bab 118
121
Bab 119
122
Bab 120
123
Bab 121
124
Bab 122
125
Bab 123
126
Bab 124
127
Bab 125
128
Bab 126
129
Bab 127
130
Bab 128
131
Bab 129
132
Bab 130
133
Bab 131
134
Bab 132
135
Bab 133
136
Bab 134
137
Bab 135
138
Bab 136
139
Bab 137
140
Bab 138
141
Bab 139
142
Bab 140
143
Bab 141
144
Bab 142
145
Bab 143
146
Bab 144
147
Bab 145
148
Bab 146
149
Bab 147
150
Bab 148
151
Bab 149
152
Bab 150
153
Bab 151

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!