Fatahillah
seorang gadis terbaring lemah di atas ranjang. sebagian tubuhnya yang mulai menghitam, mengelupas dan mengeluarkan nanah membuat dirinya terus merintih kesakitan dan menangis. sakit yang dialaminya membuat kedua orang tuanya begitu pilu melihat penderitaan putri mereka satu-satunya.
"apa yang harus kita lakukan pak, kasian Hanum, dia sudah lama menderita seperti ini" ibu Rosida setiap melihat penderitaan anaknya, selalu saja meneteskan air mata
"bapak juga bingung bu, kemana lagi kita harus mencari orang sakti untuk mengobati Hanum. bahkan dokter sekalipun tidak dapat menyembuhkan penyakit anak kita" pak Umar yang menjadi kepala keluarga, begitu terpukul melihat keadaan anaknya
mereka adalah orang yang berada, tinggal di rumah yang terbilang mewah namun baik ibu Rosida maupun pak Umar tidak pernah berlaku sombong karena harta yang mereka punya.
bisa dikatakan kehidupan mereka sekarang adalah perjuangan mereka yang banting tulang mencari rezeki hingga akhirnya yang Maha Kuasa mendengarkan doa-doa mereka dan mengangkat derajat mereka.
"apa kita bawa ke luar negri saja untuk pengobatan Hanum" pak Umar mengusulkan
"pak, di negri kita sendiri saja dokter menyerah dengan penyakit anak kita, ibu rasa itu akan percuma saja jika kita membawa Hanum keluar negri. mereka pun pasti tidak akan bisa menyembuhkan Hanum"
"haaah" pak Umar menghela nafas berat. dia tidak tau lagi harus melakukan apa untuk menyembuhkan penyakit putrinya
"sakit bu" rintihan yang keluar dari mulut Hanum membuat mereka merasakan sakit yang teramat perih. sebagai orang tua, mereka tidak dapat melakukan apapun untuk kesembuhan anak mereka
"bu, bapak ke kantor dulu ya" pak Umar pamit kepada istrinya
"iya pak, hati-hati"
setelah berpamitan kepada istrinya, pak Umar keluar dari kamar Hanum dan keluar dari rumah. dia masuk ke dalam mobil meninggalkan rumah mereka.
(apa yang harus aku lakukan untuk menyembuhkan Hanum putriku ya Allah, tolong tunjukkan jalan untuk hambamu ini) pak Umar kalut dengan pikirannya sendiri
menyetir dalam keadaan melamun hampir membuat dirinya menabrak seseorang. untungnya pak Umar segera menginjak rem secara mendadak hingga mobilnya berhenti tepat di depan orang tersebut.
"astaghfirullahaladzim" pak Umar beristighfar beberapa kali kemudian keluar dari mobilnya menghampiri orang tersebut
"maafkan saya, apakah kamu terluka...?" rupanya seorang laki-laki yang hampir pak Umar tabrak
"saya tidak apa-apa pak, tidak perlu cemas" laki-laki itu tersenyum ramah
"saya benar-benar minta maaf. syukurlah kalau kamu tidak apa-apa"
"kalau begitu saya permisi dulu pak" laki-laki itu langsung meninggalkan pak Umar
pak Umar pun akan masuk kembali ke mobilnya namun sepatunya menginjak sesuatu di bawah sana. saat menunduk, pak Umar dapat melihat sebuah tasbih yang diinjaknya.
"astaghfirullah"
merasa sangat berdosa telah menginjak tasbih tersebut, pak Umar mengambil tasbih itu dan melap di jas miliknya.
"ini pasti milik pemuda tadi" gumamnya
pak Umar kemudian masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat itu. setelah sampai di kantor, pak Umar masuk ke dalam, beberapa karyawan yang berpapasan dengannya akan menunduk hormat dan pak Umar memberikan senyuman ramahnya kepada mereka.
"pak, ada paket untuk bapak" asisten pak Umar yang bernama Hasan memberitahu saat pak Umar melewati mejanya
"paket...? dari siapa...?" tanya pak Umar
"saya tidak tau pak, tidak ada nama pengirimnya"
"lalu mana paketnya...?"
"ini pak" Hasan memberikan sebuah kotak yang dibungkus rapi entah siapa yang mengirimkan
"terimakasih Hasan".
"sama-sama pak"
pak Umar masuk ke dalam dengan membawa paket itu. dia pun menaruh paket itu di atas sofa tanpa membukanya dan dirinya duduk di kursi memulai memeriksa setiap dokumen yang dibawakan oleh asistennya.
tok tok
"masuk"
Hasan masuk ke ruangan bosnya dengan beberapa map ditangannya.
melihat Hasan masuk, pak Umar berniat menanyakan sesuatu kepada asistennya itu.
"Hasan tunggu sebentar" pak Umar menghentikan langkah Hasan saat laki-laki itu hendak melangkah keluar
"ada yang bisa saya bantu pak...?"
"kemarilah, kita bicara di sofa" pak Umar beranjak dari duduknya dan melangkah ke sofa, Hasan pun duduk ditempat yang empuk itu
"ada apa pak...?"
"Hasan, apakah kamu tau seseorang dukun atau semacamnya yang dapat menyembuhkan penyakit aneh" pak Umar bertanya
"penyakit aneh...?" Hasan mengernyitkan dahinya
"ini tentang Hanum San, sampai sekarang Hanun belum juga sembuh dari sakitnya. aku sudah keliling mencarikan pengobatan namun tetap saja tidak merubah apapun" terlihat keputusasaan di wajah pak Umar
"memangnya Hanum sakit apa pak. apa segitu parahnya...?"
"entah San, penyakitnya sungguh menyakitinya. tubuhnya menghitam dan melepuh kemudian keluar nanah di setiap luka-lukanya"
"astaghfirullahaladzim. kenapa tidak dibawa ke dokter"
"sudah San, bahkan berbulan-bulan kami di rumah sakit namun tidak ada perubahan sama sekali"
"boleh saya melihat Hanum saat pulang nanti pak...?"
" tentu saja boleh, dia pasti akan senang kamu menjenguknya. namun maaf jika nanti saat kamu melihatnya, kamu akan merasa jijik padanya"
"in shaa Allah tidak. dan untuk orang yang bisa menyembuhkan penyakit aneh, akan saya carikan nanti"
"terimakasih Hasan, saya sangat berharap kamu bisa menemukan orang tersebut" ucap pak Umar penuh harap
setelah pulang dari kantor, Hasan saat ini akan menjenguk Hanum. pak Umar meminta Hasan untuk bersamanya saja di mobil namun Hasan menolak karena dia membawa motornya sendiri.
mereka pun sama-sama meninggalkan kantor, motor Hasan mengikuti mobil pak Umar yang berada di depannya. hingga kemudian sampailah mereka di tempat kediaman pak Umar. bukan pertama kalinya bagi Hasan ke rumah tersebut, karena biasanya dia sering membawakan dokumen-dokumen penting kepada pak Umar saat pak Umar tidak masuk kantor.
"ayo San" ajak pak Umar
"iya pak"
keduanya masuk ke dalam rumah, pak Umar membawa Hasan ke kamar Hanum. di dalam kamar itu, Hanum terbaring tidak berdaya di pembaringannya.
"Hanum, ada Hasan nak" pak Umar memanggil pelan putrinya
Hanum membuka matanya perlahan dan saat itu juga dirinya dapat melihat Hasan yang sedang duduk di sampingnya.
"Hasan" panggil Hanum dengan lirih
"kenapa bisa seperti ini Num...?" Hasan begitu sedih melihat Hanum yang benar-benar sama sekali tidak berdaya
gadis cantik yang selalu ceria itu kini sudah tidak ada kebahagiaan di wajahnya. wajahnya yang dulu cantik dan putih mulus kini tidak ubahnya seperti monster yang mengerikan. mengelupas, hitam dan bernanah mengeluarkan bau busuk yang siapapun tidak sanggup untuk menahan bau itu.
Hasan memegang tangan Hanum dan menutup kedua matanya. dia berniat untuk melacak siapa seseorang yang telah membuat Hanum seperti itu namun tiba-tiba saja tubuhnya terpental dan menghantam dinding.
"astaghfirullah, Hasan" pak Umar kaget seketika
segera dia menghampiri Hasan dan membantunya untuk berdiri kemudian mendudukkan Hasan di sofa yang ada di kamar Hanum.
"kamu tidak apa-apa...?"
"aku tidak bisa melacak siapa orang yang telah membuat Hanum seperti ini pak" Hasan meringis menahan sakit
"orang...? maksud kamu apa Hasan...?"
"penyakit Hanum bukan penyakit biasa pak, dia terkena.....santet"
"santet...?" pak Umar tentu saja kaget
"aku bisa merasakan hawa panas yang menjalar di tubuh Hanum. tidak ada bisa menyembuhkannya kecuali orang yang mengirimkan santet itu atau seseorang yang berilmu tinggi yang bisa menyembuhkan Hanum"
"ya Allah, apa salah dan dosaku sehingga orang itu sampai tega menyantet putriku" pak Umar lemas seketika
"pak, ada apa...?" ibu Rosida yang baru saja masuk dan melihat suaminya langsung bertanya
"bu, apa yang harus kita lakukan" pak Umar tidak kuasa menahan air mata
"ada apa pak. Hasan, ada apa ini...?" ibu Rosida beralih melihat Hasan
"Hanum terkena...santet bu"
"astaghfirullahaladzim"
buuuk
seketika ibu Rosida pingsan. pak Umar langsung menggendong istrinya menuju kamar mereka, sedang Hasan masih berada di kamar Hanum.
"aku akan mencari orang yang bisa menyembuhkan mu Num. kamu tidak perlu khawatir, yakinlah kamu akan sembuh" Hasan tanpa rasa jijik memegang tangan Hanum
air mata Hanum jatuh membasahi lukanya. dalam keadaannya yang seperti itu, Hasan sama sekali tidak merasa jijik untuk menyentuhnya. betapa Hanum beruntung bisa mempunyai sahabat seperti Hasan.
keduanya sudah bersahabat sebelum orang tua Hanum kaya seperti sekarang. dan saat orang tua Hanum mulai berada, pak Umar langsung memperkerjakan Hasan sebagai asistennya.
setelah dari rumah pak Umar, Hasan menghubungi seseorang lewat sambungan di telpon.
Hasan
(halo assalamualaikum paman Odir)
paman Odir
(wa alaikumsalam San, apa kabar. lama kamu tidak menghubungi paman)
Hasan
(Alhamdulillah Hasan baik-baik saja paman. kalau paman sendiri bagaimana keadaannya. bibi Murti bagaimana, Intan juga bagaimana kabarnya paman...?)
paman Odir
(Alhamdulillah, kami semua baik. ada apa menelpon Hasan. kapan kamu jalan-jalan mengunjungi paman)
Hasan
(in shaa Allah kalau ada waktu paman. sebenarnya aku ingin menanyakan sesuatu paman)
paman Odir
(mau menanyakan soal apa)
Hasan memberitahu maksud tujuannya ia menghubungi pamannya itu. paman Odir mendengarkan dengan seksama dan tidak memotong sedikit pun cerita dari keponakannya, anak dari adiknya almarhumah Rumini.
paman Odir
(sebenarnya ada satu orang yang dapat menyembuhkan penyakit aneh seperti itu)
Hasan
(siapa dia paman, dimana dia tinggal agar kami dapat membawa Hanum ke sana)
paman Odir
(akan paman tanyakan dulu apakah dia masih tinggal di tempat itu atau tidak, aku akan menghubungi mu nanti jika sudah mendapatkan informasi)
Hasan
(baik paman, aku sangat mengharapkan paman bisa mendapatkan alamat dari orang tersebut)
malam itu pak Umar berada di ruangan kerjanya. dia sedang mengerjakan beberapa file penting yang dikirimkan oleh Hasan tadi sore. namun saat itu juga, dirinya teringat dengan paket yang diterimanya tadi pagi.
ia kemudian mengingat-ingat dimana dirinya menyimpan paket tersebut dan dirinya baru saja ingat kalau paket itu berada di dalam mobilnya. saat pulang dari kantor tadi, dia membawa paket itu dan memasukkan ke dalam mobilnya.
pak Umar menghentikan pekerjaannya dan keluar dari ruangan kerjanya. dia melangkah menuju keluar rumah untuk mengambil paket yang dibawanya pulang tadi.
"pak Anto, kalau sudah mengantuk tidur saja pak" pak Umar sedikit mengeraskan suaranya agar satpam yang bernama Anto yang bekerja di rumahnya dapat mendengarnya
"iya pak, nanti saya tidur kalau saya sudah mengantuk. untuk sekarang saya belum mengantuk pak" jawab pak Anto
"jangan lupa kunci pagarnya ya pak Anto"
"siap pak"
pak Umar menuju ke garasi mobil dan membuka pintu mobilnya. dia mencari paket yang dibawanya tadi, rupanya ada di kabin tengah. setelah mengambil paket itu, pak Umar menutup pintu mobilnya dan kembali masuk ke dalam rumah.
"apa itu pak...?" tanya ibu Rosida saat melihat suaminya masuk ke dalam kamar
"bapak juga tidak tau apa isinya, bapak mendapatkan paket tadi pagi dan tidak di tau siapa yang mengirimkan ini" pak Umar menyimpan paket itu di atas kasur
"ibu sudah dari melihat Hanum...?" tanya pak Umar
"sudah pak, dia sedang tidur sekarang"
"semoga Hasan mendapatkan orang yang dapat menyembuhkan Hanum"
"kasian sekali anak kita pak, apa salahnya sampai ada yang tega mengirimkan santet kepadanya"
"berdoa dan berserah diri kepada Allah bu, tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya" pak Umar menenangkan istrinya
"apa bapak punya musuh di luar sana. siapa tau orang-orang saingan bisnis bapak yang tidak suka dengan keberhasilan kita sehingga mereka mengirim santet kepada putri kita"
"jangan suudzon bu, tidak baik. siapapun yang membuat putri kita seperti ini ada Allah yang akan membalasnya"
"tapi ibu tidak rela pak, kalau ibu tau siapa pelakunya ibu akan menuntut balas"
"istighfar bu istighfar, jangan biarkan setan menghasut ibu sehingga ibu akan menyesali perbuatan ibu nantinya. saat ini kita cukup fokus untuk kesembuhan Hanum"
"astaghfirullahaladzim.... astaghfirullahaladzim"
ibu Rosida beristighfar berulang kali. pak Umar membawa istrinya kedalam pelukannya, sekarang ini tentu saja ibu Rosida sangat terguncang melihat keadaan Hanum. pak Umar harus selalu siaga dan sabar dalam menghadapi sikap emosional istrinya.
"coba buka paketnya pak, ibu ingin tau apa isinya"
pak Umar melepaskan pelukannya dan mengambil paket itu. dia menatap istrinya seakan ragu untuk membukanya namun karena ibu Rosida sangat ingin tau apa isi di dalamnya, pak Umar pun mulai membuka paket tersebut.
saat paket dibuka, pak Umar dan ibu Rosida dapat melihat isi di dalamnya. sebuah foto Hanum yang sedang tersenyum namun foto tersebut dicoretkan dengan tinta merah dan terdapat tulisan
MATI
ibu Rosida berteriak melihat isi paket tersebut. saat itu juga ponsel pak Umar berbunyi, pesan masuk ke dalam ponselnya, sebuah nomor yang tidak di kenal mengirimkan pesan untuknya.
nomor tidak di kenal : bersiaplah kehilangan putrimu Umar
"aaaaa" suara teriakan Hanum yang menjerit menggema di rumah besar itu
"HANUM"
pak Umar dan ibu Rosida langsung berlari meninggalkan kamar mereka menuju ke kamar Hanum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
warkop Teteh kuningan
baru mampir sini Thor,saya bacanya malah PTM dulu sama PAJ,,,,di awal udah tegang niiih....
2023-11-06
1
Nurul Huda
percaya atau tidak santet itu memang ada.meskioun kita tidak pernah menyakiti atau berbuat salah pada orang lain,tapi hati orang siapa yang tau.mungkin ada orang yang iri dengan kecantikan atau kesuksesan kita makanya oarang mengirim santet.ingat santet tidak pandang bulu maupun itu orang baik atau jahat ketika hati orang sudah diselimuti dendam iri dann dengki maka itu akan terjadi.
2023-06-22
1
abdan syakura
wahai Hanum...
Bersabarlah .....
2023-06-14
1