Bab 4

"ada pak, apa ada yang tertinggal...?" tanya Fauzan saat melihat bosnya itu kembali lagi

pak Umar menatap lekat wajah Fatahillah yang juga sedang menatapnya dengan bingung. pak Umar mencari sesuatu di saku celananya, benda itu selalu dibawanya jikalau tiba-tiba suatu saat dirinya menemukan pemiliknya. dia memang ingin menemukan pemuda yang hampir dirinya tabrak waktu lalu.

"Fatahillah Malik, apakah ini milikmu...?" tanya pak Umar dengan memperlihatkan tasbih yang ada di tangannya

Fatahillah mengerutkan kening dan melihat benda itu apakah miliknya atau bukan. hingga kemudian senyumnya mengembang dan mengambil tasbih itu.

"masha Allah, Alhamdulillah.... akhirnya tasbih ini ketemu juga" Fatahillah tersenyum sumringah melihat tasbih miliknya

"jadi benar itu adalah miliimu...?" tanya pak Umar lagi. sedangkan Fauzan, dirinya hanya memperhatikan pak Umar dan laki-laki yang baru saja dia kenal beberapa menit yang lalu

"benar pak ini memang tasbih saya. ada tulisan nama saya di tasbih ini" jawab Fatahillah

"masih ingat dengan seseorang yang hampir menabrak dirimu beberapa hari yang lalu. itu adalah saya dan saat kamu pergi saya menemukan tasbih itu"

"Masha Allah, dunia ternyata memang sempit. terimakasih banyak pak sudah menjaga tasbih ini dengan baik"

"harusnya saya yang berterimakasih karena berkat tasbih itu anak saya terselamatkan dua malam yang lalu"

"terselamatkan...? maksudnya bagaimana pak...?"

"anak saya...."

drrrttt.... drrrttt

ucapan pak Umar terhenti karena ponselnya kembali bergetar dan itu dari ibu Rosida.

pak Umar

halo bu, iya bapak akan segera pulang. mereka melakukan video call

ibu Rosida

pak anak kita pak, cepat pulang. Hanum kritis pak, cepatlah pulang.

tangis ibu Rosida pecah seketika. ibu Rosida mengarahkan layar ponselnya ke arah Hanum. terlihat gadis itu sedang muntah-muntah darah, darah yang hitam seperti oli yang tidak digunakan lagi. bahkan Hanum terus berteriak kepanasan

pak Umar

astaghfirullah, Hanum. bapak pulang sekarang.

tanpa berpamitan pak Umar meninggalkan Fatahillah dan Fauzan dengan berlari cepat menuju lobi rumah sakit.

"mas Fatah, tolong susul pak Umar. saya takut dirinya tidak bisa menguasai diri karena khawatir kepada anaknya. tolong mas" Fauzan meminta tolong kepada Fatahillah

"b-baiklah" Fatahillah segera mengejar pak Umar

benar saja, laki-laki paruh baya itu hampir saja menabrak seseorang karena kepanikannya.

"woi... punya mata nggak. ada orang nih, main tabrak aja" laki-laki yang hampir ditabraknya itu mengamuk dan mengetuk kaca mobil pak Umar

"maafkan saya mas, saya tidak sengaja. saya sedang buru-buru" ucap pak Umar langsung turun dari mobilnya

"kalau nggak bisa nyetir mobil nggak usah nyetir. mau dipenjara" laki-laki itu menunjuk-nunjuk wajah pak Umar

Fatahillah segera mengambil langkah. dia dengan cepat menghampiri keduanya dan menyelesaikan permasalahan itu. tentunya dengan setelah laki-laki itu diberi uang untuk tidak mengoceh panjang lebar.

"gini kek dari tadi, kan nggak sia-sia gue marah-marah" dia mengambil uang itu dan berlalu pergi

"bapak tidak apa-apa...?" Fatahillah melihat pak Umar

"tidak apa-apa, terimakasih telah membantu saya. maaf Fatah, saya harus pergi"

"saya ikut pak, biar saya yang menyetir. dalam keadaan panik seperti ini, bahaya untuk bapak mengendarai mobil sendirian" ucap Fatahillah

"terimakasih, kalau begitu ayo. putriku membutuhkan pertolongan secepatnya" pak Umar memutar dan masuk ke dalam mobil. Fatahillah pun ikut masuk dan mereka meninggalkan rumah sakit.

"tolong jangan ambil putriku ya Allah, jangan...hamba mohon jangan. selamatkan dia ya Allah, selamatkan putriku" ucap pak Umar pelan namun Fatahillah masih bisa mendengarnya

Fatahillah dapat melihat pak Umar yang begitu gelisah. jari-jarinya ia remas dan bahkan sesekali dirinya terus beristighfar.

(untung saja aku ikut kalau tidak entah apa yang akan terjadi diperjalanan jika bapak ini dalam keadaan kalut seperti ini) batin Fatahillah melirik pak Umar

"pak, ambil jalur kanan, kiri atau lurus...?" tanya Fatahillah yang memang tidak tau kemana arah mereka akan pergi

"lurus, di depan sana belok kiri" jawab pak Umar

Fatahillah mengangguk, tau dengan kegelisahan hati pak Umar tentang anaknya, Fatahillah mempercepat laju mobilnya dan melambung beberapa kendaraan yang lain.

tanpa keduanya sadari, di belakang mobil mereka, sebuah mobil berwarna hitam sejak tadi terus mengikuti mereka. hingga kemudian Fatahillah menyadari itu karena dimana dia mengambil jalur maka mobil itu akan mengikutinya.

"pak, sepertinya kita diikuti" ucap Fatahillah

"hah...?"

pak Umar langsung melihat di kaca spion mobil. benar saja, mobil berwarna hitam terus mengikuti mereka.

"ya Allah.... apalagi ini" pak Umar frustasi dan mengusap kasar wajahnya

drrrttt... drrrttt

pak Umar

halo bu, bapak sudah di jalan

ibu Rosida

pak Hanum pak... Hanum. tangisan pilu disebrang sana terdekat menyayat hati

pak Umar

ada apa dengan Hanum bu. pak Umar mulai khawatir terjadi sesuatu dengan putrinya

ibu Rosida

tubuhnya mengeluarkan nanah dan darah yang berbau busuk. dia terus muntah darah, bagaimana ini pak. ibu harus melakukan apa

"suruh istri bapak berwudhu lalu lantunkan asma Allah di dekat Hanum. jangan pernah berhenti sampai kita tiba" Fatahillah bersuara

pak Umar mulai memberitahu istrinya tentang yang dikatakan oleh Fatahillah. panggilan ditutup, sementara itu Fatahillah masih terus berusaha untuk melarikan diri dari pengejaran mobil hitam itu.

"siapa sebenarnya mereka pak, kenapa kita dikejar terus...?" tanya Fatahillah yang sesekali melirik ke arah kaca spion mobil

"saya juga tidak tau mereka siapa" jawab pak Umar

mobil hitam itu melambung mereka namun bukannya pergi mobil itu berhenti di depan mereka hingga membuat Fatahillah menginjak rem secara mendadak.

beberapa orang yang berpakaian seperti ninja keluar dari mobil itu. mereka bahkan membawa pedang samurai yang mengkilat.

"Allah, lindungi kami" ucap pak Umar

"bapak di sini saja, biar saya yang keluar" ucap Fatahillah

"jangan keluar, mereka terlalu banyak. bisa bahaya, kamu akan celaka" pak Umar menghentikan Fatahillah yang akan membuka pintu mobil

"percaya padaku pak, semua akan baik-baik saja. kunci pintunya dari dalam dan jangan sekalipun bapak membukanya" Fatahillah tersenyum

"tapi...." pak Umar ragu

"tidak apa-apa pak, percayalah"

tanpa ragu Fatahillah membuka pintu mobil dan menutupnya kembali. seperti pesan Fatahillah, pak Umar mengunci pintu mobilnya dan dirinya tetap di dalam.

"lindungi anak muda itu Tuhan" gumam pak Umar

dengan santai Fatahillah duduk di atas mobil bagian depan dan menatap sepuluh orang yang berpakaian ninja itu.

"bukannya target kita pria baya, kenapa ini malah masih sangat muda" ucap salah satu dari mereka

"bukan urusan kita. dengar kata bos, siapa yang menghalangi hajar saja sampai mampus" jawab yang lainnya

"siapa kamu, kami tidak punya urusan denganmu. sebaiknya kamu pergi saja jika tidak ingin menjadi mayat"

"harusnya aku yang bertanya siapa kalian. mobil kalian menghalangi jalanku" Fatahillah menjawab dengan santai

"sekali lagi aku katakan kamu pergi atau kami akan benar-benar membuat dirimu menjadi mayat"

" kenapa aku harus pergi, memangnya siapa kalian sampai mengusirku. harusnya kalian yang pergi dan pindahkan mobil itu karena aku ingin lewat"

"banyak bacot juga nih orang, habisi saja dua-duanya sekaligus agar tugas kita cepat selesai"

"astaga, sepertinya mereka akan menghajarnya. apa yang harus saya lakukan" pak Umar gusar di dalam mobil

Fatahillah melompat turun dan bersiap melawan sepuluh orang yang berpakaian ninja itu.

"hiyaaaaaa"

Pertempuran pun terjadi. dengan brutal mereka menyerang Fatahillah. pedang-pedang tajam itu mengeluarkan bunyi yang beradu saat saling bersentuhan karena Fatahillah terus menghindari benda tajam itu.

"astaga, saya harus membantunya" pak Umar keluar dari mobil

"pak kenapa keluar, di luar berbahaya" ucap Fatahillah saat dirinya melompat mendekat pak Umar

"saya tidak mungkin membiarkan kamu menghadapi mereka seorang diri"

"bapak tau bela diri...?"

"entahlah, akan saya lawan sebisaku"

"woi...nggak usah banyak bicara, sebentar lagi kalian berdua akan menjadi mayat"

"BUNUH MEREKA"

"hati-hati pak"

kembali pertarungan terjadi, dua lawan sepuluh memang tidak seimbang namun Fatahillah mampu menumbangkan beberapa orang.

Fatahillah mengumpulkan kekuatannya di telapak tangannya, dengan jurus yang ia miliki hanya sekali pukul yang terkena pukulannya langsung memuntahkan darah dan langsung meregang nyawa.

dari sepuluh orang kini tinggal lima orang, Fatahillah telah menumbangkan tiga orang sedangkan pak Umar menumbangkan dua orang namun lengan pak Umar terluka terkena sabetan samurai.

"mundur pak, biar saya yang hadapi mereka" Fatahillah mengikat lengan pak Umar agar darahnya tidak terus keluar

"hati-hati" pak Umar kembali masuk ke dalam mobil

"kalian ingin menjadi mayat seperti kelima teman kalian...?" ucap Fatahillah

"kurang ajar, bunuh pemuda songong ini"

Fatahillah mengambil posisi kuda-kuda. kedua lututnya ia tekuk dan tangannya mengepal membentuk tinju. ia menyalurkan separuh energinya di kepalan tangannya dan juga kedua kakinya.

saat musuh menyerangnya, Fatahillah menyerang ulu hati mereka dengan tinjunya yang besar kemudian kakinya menendang bagian leher hingga terdengar bunyi suara tulang yang patah.

yang terkena pukulan tinjunya langsung muntah darah, sesak nafas dan mati di tempat. sedangkan yang terkena tendangnya mengalami patah dibagian leher dan terkapar tidak berdaya di tanah kemudian ikut menyusul mati di tempat.

pak Umar keluar setelah melihat para ninja itu dikalahkan oleh Fatahillah.

"kamu membunuh mereka...?" pak Umar meringis melihat mayat-mayat itu

"saya tidak punya pilihan lain. hanya ada dua pilihan, kalau bukan kita yang dibunuh maka mereka yang terbunuh. untuk menyelamatkan diri, saya terpaksa melenyapkan nyawa mereka semua. bicara baik-baik pun percuma dan satu-satunya cara hanya melawan"

"lalu apa yang harus kita lakukan kepada mayat-mayat ini...?"

"biarkan saja pak, biar bos mereka yang mengurus. saya sangat yakin mereka disuruh oleh seseorang untuk menghabisi bapak"

"terimakasih banyak Fatah, kamu sudah menyelamatkan nyawa saya. kini saya berhutang budi padamu"

"sudah sepatutnya kita saling menolong. sebaiknya kita pergi dari sini sebelum ada orang yang melihat"

baru hendak kembali ke mobil, salah satu ponsel dari orang-orang itu berdering. Fatahillah mencari ponsel siapa yang bunyi kemudian mengambilnya.

"angkat saja, siapa tau itu adalah orang yang menyuruh mereka" ucap pak Umar saat Fatahillah meminta pendapat untuk mengangkat telpon itu atau membiarkannya saja

Fatahillah menggeser tombol hijau dan panggilan tersambung.

bos

bagaimana, kalian sudah menghabisinya...?

"sudah, bahkan anak buahmu sudah menjadi mayat sekarang. datang dan uruslah mereka sebelum mereka dimakan hewan buas"

setelah menjawab, Fatahillah mematikan panggilan dan membuang ponsel itu. keduanya masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat tersebut.

"brengsek, ada lagi yang menyelamatkannya. lihat saja Umar, kematianmu tinggal sebentar lagi" dia tersenyum menyeringai

mobil putih yang dikendarai pak Umar dan Fatahillah kembali melaju hingga kemudian mereka tiba di rumah besar tersebut.

"tuan...tuan, non Hanum tuan...non Hanum" bi Asi saat melihat pak Umar langsung berlari ke arahnya

"mana ibu...?" tanya pak Umar

"di kamar non Hanum"

pak Umar berlari menuju ke kamar Hanum. terlihat istrinya sedang duduk menangis diambang pintu kamar Hanum.

"bu, kenapa di luar...?" pak Umar memegang bahu istrinya dan membuatnya berdiri

"pintunya tidak bisa dibuka pak, tadi ibu keluar mengambil minum untuk Hanum namun saat ibu datang pintu kamarnya tidak bisa di buka. hiks... pak anak kita" ibu Rosida menangis di pelukan pak Umar.

"tenang bu, kita dobrak pintunya" ucap pak Umar

braaaakkk

braaaakkk

braaaakkk

beberapakali pak Umar mencoba untuk membuka pintu kamar itu dengan cara mendobraknya namun sama sekali tidak terbuka.

"dari tadi kami sudah mendobraknya pak namun tidak terbuka" ucap Anto satpam di rumah mereka

"bantu saya untuk mendobraknya lagi" perintah pak Umar

"pak, boleh saya mencobanya" Fatahillah mengambil langkah untuk membantu

"susah Fatah, sama sekali tidak bisa dibuka" pak Umar mulai frustasi

"biar saya mencobanya pak" ucap Fatahillah

"silahkan, tolong Fatah...buka pintunya. anak saya di dalam" begitu berharap pak Umar kepada Fatahillah

"in shaa Allah pak"

mereka menjauh dari Fatahillah, pemuda itu menatap lurus ke depan. dia mengambil kuda-kuda seperti di tempat pertarungan mereka tadi. kaki kirinya di belakang kaki kanannya. dua lututnya ditekuk dan ia menyalurkan energi ke kaki kanannya.

"bismillahirrahmanirrahim"

braaaakkk....

hanya satu tendangan pintu kamar itu hancur seketika bahkan roboh. Fatahillah berhasil membuka pintunya. setelah pintu berhasil di buka, pak Umar dan ibu Rosida dengan cepat masuk ke dalam. namun baru saja masuk, teriakan ibu Rosida begitu keras melihat anaknya yang sudah terangkat ke atas di ranjangnya. tubuhnya kejang-kejang seperti disengat listrik, mulutnya terus mengelus darah bahkan matanya melotot hampir keluar dari tempatnya.

Terpopuler

Comments

Har Yanto

Har Yanto

kebaxkn bacot ,,terlalu bertele tele

2024-01-26

0

Fahrur Rozi

Fahrur Rozi

kalau tulisan dari bahasa arab ke bahasa latin indonesia harusnya adalah maa syaa allah

2023-11-29

1

N Wage

N Wage

masyaALLAH...
(begini bukan tulisannya?)
maaf kalau aku salah...sha dg sya itu beda hurufnya dlm bahasa arab.

2023-11-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 71
73 Bab 71
74 Bab 72
75 Bab 73
76 Bab 74
77 Bab 75
78 Bab 76
79 Bab 77
80 Bab 78
81 Bab 79
82 Bab 80
83 Bab 81
84 Bab 82
85 Bab 83
86 Bab 84
87 Bab 85
88 Bab 86
89 Bab 87
90 Bab 88
91 Bab 89
92 Bab 90
93 Bab 91
94 Bab 92
95 Bab 93
96 Bab 94
97 Bab 95
98 Bab 96
99 Bab 97
100 Bab 98
101 Bab 99
102 Bab 100
103 Bab 101
104 Bab 102
105 Bab 103
106 Bab 104
107 Bab 105
108 Bab 106
109 Bab 107
110 Bab 108
111 Bab 109
112 Bab 110
113 Bab 111
114 Bab 112
115 Bab 113
116 Bab 114
117 Bab 115
118 Bab 116
119 Bab 117
120 Bab 118
121 Bab 119
122 Bab 120
123 Bab 121
124 Bab 122
125 Bab 123
126 Bab 124
127 Bab 125
128 Bab 126
129 Bab 127
130 Bab 128
131 Bab 129
132 Bab 130
133 Bab 131
134 Bab 132
135 Bab 133
136 Bab 134
137 Bab 135
138 Bab 136
139 Bab 137
140 Bab 138
141 Bab 139
142 Bab 140
143 Bab 141
144 Bab 142
145 Bab 143
146 Bab 144
147 Bab 145
148 Bab 146
149 Bab 147
150 Bab 148
151 Bab 149
152 Bab 150
153 Bab 151
Episodes

Updated 153 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 71
73
Bab 71
74
Bab 72
75
Bab 73
76
Bab 74
77
Bab 75
78
Bab 76
79
Bab 77
80
Bab 78
81
Bab 79
82
Bab 80
83
Bab 81
84
Bab 82
85
Bab 83
86
Bab 84
87
Bab 85
88
Bab 86
89
Bab 87
90
Bab 88
91
Bab 89
92
Bab 90
93
Bab 91
94
Bab 92
95
Bab 93
96
Bab 94
97
Bab 95
98
Bab 96
99
Bab 97
100
Bab 98
101
Bab 99
102
Bab 100
103
Bab 101
104
Bab 102
105
Bab 103
106
Bab 104
107
Bab 105
108
Bab 106
109
Bab 107
110
Bab 108
111
Bab 109
112
Bab 110
113
Bab 111
114
Bab 112
115
Bab 113
116
Bab 114
117
Bab 115
118
Bab 116
119
Bab 117
120
Bab 118
121
Bab 119
122
Bab 120
123
Bab 121
124
Bab 122
125
Bab 123
126
Bab 124
127
Bab 125
128
Bab 126
129
Bab 127
130
Bab 128
131
Bab 129
132
Bab 130
133
Bab 131
134
Bab 132
135
Bab 133
136
Bab 134
137
Bab 135
138
Bab 136
139
Bab 137
140
Bab 138
141
Bab 139
142
Bab 140
143
Bab 141
144
Bab 142
145
Bab 143
146
Bab 144
147
Bab 145
148
Bab 146
149
Bab 147
150
Bab 148
151
Bab 149
152
Bab 150
153
Bab 151

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!