Bab 17

"SERANG LANGON"

goaaaaarrrrr

pertarungan dua hewan peliharaan itu telah dimulai. dengan lincah dan cepat, harimau putih menghindari setiap serangan dari ular besar itu.

"waktunya kamu melawanku pak tua" Fatahillah memegang kerisnya dengan erat

"hhh, kemampuan yang hanya seujung kuku itu tidak akan bisa mengalahkan ku anak muda" kakek tua itu merendahkan kemampuan Fatahillah

"kita lihat saja nanti" Fatahillah mengangkat sudut bibirnya

swing

swing

ddduuuaaaar

ddduuuaaaar

tanpa aba-aba Fatahillah melesatkan cahaya biru kepada kakek tua itu. hampir saja kakek tua itu terkena sihir dari Fatahillah namun untungnya dia dengan cepat menghindar.

"kurang ajar, naiklah kali ini aku akan benar-benar mencabut nyawamu anak muda. hiyaaaaaa"

wushhh

wushhh

swing

swing

ddduuuaaaar

ddduuuaaaar

mereka saling menyerang dengan sihir masing-masing. setiap kali sihir keduanya bertemu maka akan menimbulkan ledakan yang begitu keras. baik Fatahillah maupun kakek tua itu, kekuatan mereka sama-sama seimbang.

ddduuuaaaar

bughhh

Fatahillah terkena serangan dari kakek tua itu. dirinya tersungkur ke tanah dan terseret beberapa meter.

"hahaha, sudah aku katakan, kamu tidak akan bisa mengalahkan ku anak muda. rasakan ini, hiyaaaaaa"

kakek tua itu mengumpulkan kekuatan di telapak tangannya kemudian ia terbang ke atas dan mengarahkan sihirnya ke arah Fatahillah.

ddduuuaaaar

ddduuuaaaar

ledakan yang begitu keras terdengar saat cahaya merah itu tepat mengenai Fatahillah. kepulan asap membuat tubuh Fatahillah tidak terlihat. kakek tua itu kembali mendarat di tanah dan melihat tubuh Fatahillah yang gosong terkena sihirnya.

"hahaha.... hahaha" dengan tertawa penuh kemenangan, kakek tua itu begitu puas telah melenyapkan Fatahillah

goaaaaarrrrr

harimau putih mengamuk saat melihat tubuh tuannya telah gosong terbakar. ia mencabik-cabik ular hitam yang besar itu dan melempar kepalanya di depan kakek tua itu.

"harimau sialan, beraninya kamu membunuh peliharaan ku. mati kamu"

kakek tua itu hendak melesatkan sihir ke arah harimau putih namun kemudian

ddduuuaaaar

bughhh

bughhh

kraaaak

"aaaggghh"

sihir yang diarahkan ke harimau putih dihalangi oleh sihir yang lain dan bahkan seseorang menyerang kakek tua itu dan mematahkan tangan kirinya.

goaaaaarrrrr

harimau putih melompati orang tersebut membuat mereka terjatuh di tanah. rupanya orang itu adalah Fatahillah, harimau putih memeluk Fatahillah tanda dirinya begitu khawatir dan senang tuannya baik-baik saja.

"aku tidak apa-apa Langon, jangan cemas" Fatahillah bangun dan memeluk harimau peliharaannya itu

kakek tua itu teriak kesakitan karena tangannya dipatahkan oleh Fatahillah. bahkan pukulan yang dilayangkan oleh Fatahillah membuat dada kakek tua itu terluka dan berasap.

"KURANG AJAR"

kakek tua itu duduk bersila dan memanggil semua penghuni gaib di tempat itu. seketika tempat itu mulai ramai dan Fatahillah serta harimau putih di kelilingi oleh para makhluk yang menyeramkan dan juga mengerikan.

"hahaha... hahaha, sekarang bersiap untuk mati anak muda" kakek tua itu tertawa puas melihat begitu banyaknya makhluk gaib yang datang untuk membantunya

sementara di dunia manusia, Panji dan Zelina menunggu di depan kamar dengan perasaan cemas dan juga takut.

"kenapa tidak ada suara di dalam...?" Panji menempelkan telinganya di daun pintu

"mereka baik-baik saja kan mas...?" Zelina mulai gelisah

"apa kita buka saja pintunya...?"

"tapi kita dilarang untuk masuk mas"

Panji memegang gagang pintu bersiap untuk membuka pintu kamar tersebut namun kemudian dirinya mendengar suara mobil yang berhenti di depan rumah tersebut.

"siapa yang datang larut malam begini mas" tanya Zelina

"aku akan periksa dulu"

"aku ikut" Zelina memegang lengan Panji

mereka berdua melangkah menuju ke ruang tamu. mereka tidak membuka pintu, keduanya melihat dari jendela siapa yang berada di luar sana.

"i-itu paman Hutomo mas... bagaimana ini" Zelina panik melihat saudara ayahnya itu telah menemukan tempat persembunyian mereka

tanpa banyak bicara Panji memegang tangan Zelina dan menuju ke kamar yang ditempati ayahnya. mereka berdua masuk ke dalam kamar dimana di dalam itu ada Fatahillah dan juga Yusuf. Panji ingin memberitahu keduanya kalau orang yang akan mencelakai mereka telah datang namun yang mereka tidak melihat keberadaan Fatahillah, Yusuf serta ayah mereka.

"kemana mereka, kenapa tidak ada di sini" Panji kebingungan begitu juga dengan Zelina

"bahkan kita tidak beranjak sedikitpun dari depan kamar ayah mas, tapi kenapa mereka malah menghilang" Zelina mencari kemanapun bahkan di kamar mandi tapi tetap saja tidak menemukan keberadaan ketiga orang itu

"bagaimana ini mas, apa mereka membawa ayah kabur" Zelina mulai berprasangka buruk

"tidak mungkin dek, mereka akan lewat dimana apalagi jendela kan mempunyai tralis besi" Panji mendekati jendela kamar itu

tak...

tak...

tak

suara langkah kaki mulai terdengar di dalam rumah itu. baik Panji maupun Zelina, mereka berdua saling pandang.

"dek, apapun yang terjadi jangan keluar dari kamar ini mengerti" Panji menatap Zelina dengan serius

"mas Panji mau kemana...?"

"aku akan menghadapi mereka"

"tidak, jangan mas... Zelin tidak mau" Zelina menggeleng kepala, air matanya mulai luruh jatuh membawasi wajahnya yang terhalang oleh cadar yang dipakainya

"aku akan baik-baik saja, percayalah. tetap berada di kamar ini dan jangan pernah keluar" Panji menangkup wajah Zelina dan mencium seluruh wajah adiknya itu

kemudian ia memeluk Zelina dengan erat setelah itu melepaskan pelukannya dan keluar dari kamar. zelina hendak menahan Panji namun sayang kecepatan Panji tidak bisa ia kalahkan.

"mas Panji" Zelina menangis dalam diam

"Panji, Zelina, keluar kalian. aku tau kalian ada di tempat ini" Hutomo memanggil dua keponakannya

bersama dengan orang-orangnya, Hutomo menggeledah setiap ruangan untuk mencari keberadaan Panji dan Zelina.

"anda datang bertamu larut malam dan teriak-teriak di dalam rumah orang, apakah anda pantas dikatakan beradab, pak Hutomo Mandala yang terhormat" Panji datang menghampiri laki-laki adik dari ayahnya itu

Hutomo memandang Panji dengan tajam, ia menghampiri keponakannya itu dan berdiri di depannya sementara Panji sedang duduk di sofa.

"dimana ayahmu, aku tau kalian menyembunyikannya bukan" Hutomo bertanya

"untuk apa mencari ayahku paman, bukannya kalian berdua sudah tidak mempunyai hubungan apapun. apa paman lupa, paman sendiri yang memutuskan tali persaudaraan kalian berdua" Panji menjawab tenang

"bahkan paman mengancam ayah di pernikahan Andini waktu itu. apakah paman juga yang mengirim guna-guna kepada ayah" Panji menatap tajam Hutomo

Andini adalah anak dari Hutomo, sepupu dari Panji dan Zelina.

"hahaha, jadi kamu sudah mengetahui sakit yang diderita ayahmu. baguslah, dengan guna-guna itu perlahan ayahmu akan mati mengenaskan" Hutomo tertawa begitu puas melihat saudaranya tersiksa karena guna-guna yang dikirimnya

"paman benar-benar biadab, salah apa ayah sama paman. bukankah pembagian warisan telah paman setujui waktu itu. ayah anak pertama, dialah yang berhak mewarisi perusahaan dan menggantikan kepemimpinan eyang, bagaimana bisa paman begitu serakah ingin mengambil semuanya" Panji mulai tersulut emosi

"diam kamu" Hutomo menunjuk Panji dengan tatapan tajam

"sebentar lagi bukan hanya ayahmu yang akan ke alam baka, tetapi dirimu dan juga adikmu yang sok suci itu" lanjut Hutomo

"sebelum paman menyentuh mereka, langkahi dulu mayatku" Panji mengepalkan tangannya dengan erat

"hhh, tentu saja aku akan membuat dirimu menjadi mayat" Hutomo tersenyum licik

Fatahillah masih terus memberantas satu persatu para lelembut yang menyerang mereka. ketika kerisnya tertancap di tubuh para makhluk itu, maka mereka akan mengerang kesakitan dan lenyap begitu saja.

(kalau seperti ini, aku akan kehabisan tenaga) Fatahillah memikirkan cara untuk menghabisi setan-setan itu

"Langon, gunakan semburan api mu" perintah Fatahillah kepada harimau putih

goaaaaarrrrr

harimau putih mengeluarkan api yang begitu besar dari mulutnya kemudian membakar para setan itu. lengkingan suara kesakitan begitu menggema di alam gaib tersebut.

sedang Fatahillah membaca mantra, ia mengangkat kerisnya ke atas hingga langit bergemuruh, Guntur dan petir mulai menyambar-nyambar. kakek tua itu bahkan terkejut melihat kesaktian keris yang dimiliki oleh Fatahillah.

Fatahillah melayang ke atas, ia kini berada di atas semua para lelembut tersebut. cahaya putih terlihat di ujung keris tersebut.

"laaillaahillallah Muhammadarrasulullah ALLAHU AKBAR"

wuuuussshhh

ddduuuaaaar

ddduuuaaaar

ddduuuaaaar

"aaaggghh"

"aaaggghh"

Fatahillah menyerang semua lelembut itu dengan cahaya yang ada di ujung kerisnya. yang tadinya kecil perlahan cahaya itu kian membesar dan menghancurkan semua makhluk gaib yang ada di bawah sana.

bughhh

uhuk...uhuk

kakek tua itu terpental dan tersungkur di tanah. Fatahillah berhasil melenyapkan semua lelembut itu. ia kini turun kembali mendarat di tanah.

harimau putih datang dan bermanja di kakinya.

"terimakasih Langon sudah membantuku" Fatahillah mengelus kepala harimau itu

karena menerima kekalahan, kakek tua itu menghilang dari tempat itu. sementara Fatahillah mengikuti harimau putih untuk menyusul Yusuf yang mengejar setan yang membawa kabur laki-laki yang mereka tolong.

"apa benar dia di sini tadi Langon...?" tanya Fatahillah saat mereka tiba di tempat dimana Yusuf berada bersama harimau putih sebelum akhirnya harimau putih di panggil Fatahillah untuk membantunya

harimau putih menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. di tempat itu sepi tidak ada siapapun.

"Yusuf" Fatahillah memanggil dokter tersebut

"Yusuf"

"aku di sini" suara jawaban dari orang yang ia panggil terdengar

Fatahillah mencari suara itu, dilihatnya Yusuf sedang menggendong laki-laki paruh baya yang ia tolong tadi.

"kita kembali" ucap Fatahillah

sementara itu, Zelina begitu khawatir terhadap kakaknya yang sampai sekarang belum juga kembali ke kamar tersebut. dengan pelan ia membuka pintu kamar dan keluar.

"hahaha...hahaha" suara Hutomo begitu menggelegar

Zelina mendekat, ia bersembunyi agar tidak dilihat. matanya menangkap sosok yang terbaring dengan kepalanya diinjak oleh pamannya sendiri. Panji tergeletak di lantai, kaki Hutomo berada di kepala laki-laki itu.

"katakan dimana ayahmu, Harun sialan itu atau aku ledakkan kepalamu" Hutomo semakin menginjak kuat kepala Panji

"bahkan aku matipun, aku tidak akan memberitahumu manusia biadab" ucap Panji dengan wajah yang sudah berdarah-darah

"kamu benar-benar beras kepala Panji. bunuh dia" perintah Hutomo kepada anak buahnya

salah seorang mengarahkan pistol kepada Panji.

"tidak" Zelina berlari

dor

ugh

Panji tertembak di dadanya, darah mengucur begitu derasnya. Zelina histeris dan berlari cepat memeluk kakaknya itu.

"mas Panji, mas" Zelina memangku kepala kakaknya

"k-kenapa keluar...?" Panji menggenggam erat tangan Zelina

"bertahan mas, Zelin akan bawa mas ke rumah sakit. aku mohon jangan tinggalkan Zelin" air mata Zelina membasahi kain cadarnya

uhuk...uhuk

"mas"

"harusnya kamu memberitahu keberadaan ayahmu Panji, jadi kejadian seperti ini tidak akan terjadi. sayangnya kamu malah memperkeruh suasana" Hutomo duduk santai di sofa

"Zelina, katakan dimana ayahmu...?"

"aku tidak tau" Zelina menjawab sambil menangis memeluk Panji

Hutomo emosi, ia mendekati Zelina dan menarik jilbab panjangnya kemudian menyeret wanita itu menjauhi Panji.

"Zelina" Panji berusahalah untuk bangun namun sia-sia, dirinya kembali jatuh ke lantai

"aku tanya sekali lagi, dimana ayahmu" Hutomo mencengkram wajah Zelina dengan keras

"aku tidak tau paman, lepaskan aku"

plaaaak

tangan besar Hutomo mendarat di wajah Zelina. kepala wanita itu bahkan terbentur di ujung meja, pelipisnya mulai mengeluarkan darah.

"beritahu aku, atau kakak mu hari ini aku kirim ke akhirat menemui ibu kalian" wajah Zelina di arahkan ke arah Panji dimana laki-laki itu bersiap untuk di habisi oleh orang suruhan Hutomo

Panji menggeleng, memberitahu Zelina agar adiknya itu tidak mengatakan apapun.

"aku benar-benar tidak tau paman, aku tidak tau. tolong lepaskan mas Panji, aku akan melakukan apapun yang paman mau, tolong lepaskan mas Panji" Zelina bersimpuh di kaki saudara ayahnya itu

Zelina memang tidak berbohong, apa yang dikatakannya adalah benar bahwa dirinya tidak mengetahui dimana keberadaan ayahnya sekarang.

"kalian berdua benar-benar membuat ku marah. habisi mereka berdua"

dor

"MAS PANJI"

Zelina histeris melihat Panji ditembak tepat di jantung laki-laki itu. Panji terkapar di lantai, darahnya yang kental membasahi lantai yang putih itu.

kini giliran Zelina yang akan dihabisi, namun saat itu juga tiba-tiba sebuah keris tertancap di dada orang yang akan menghabisi Zelina sehingga orang itu akhirnya ambruk di lantai.

Fatahillah datang tepat waktu. Zelina berdiri dan bersembunyi di belakang Fatahillah sementara Yusuf dan seorang laki-laki baya yang mereka tolong tadi kini tengah berada bersama mereka dalam keadaan sadar.

"ayah" Zelina berbalik dan menghambur memeluk ayahnya

"mas Panji yah" Zelina terisak melihat Panji kini yang sudah tidak bernyawa

"hh, akhirnya kamu datang juga Harun" pak Hutomo tersenyum melihat kakaknya sudah berada di tempat itu

"nyawa harus dibayar nyawa Hutomo" pak Harun melepaskan pelukan putrinya dan mendekat ke arah Panji

putranya yang sudah tidak bernyawa, dipeluknya dengan erat.

"aku akan memberikan apa yang kamu mau" pak Harun berdiri dan menatap lurus ke arah pak Hutomo

"bagus, kalau begitu serahkan sekarang juga mustika merah itu, maka nyawamu akan aku ampuni"

"mustika merah...?" gumam Yusuf

sementara Fatahillah menelisik wajah pak Hutomo.

( dia kan yang aku tabrak saat di rumah sakit) batin Fatahillah setelah mengingat dimana dia pernah bertemu dengan pak Hutomo

Terpopuler

Comments

Andini Andana

Andini Andana

woo... namaku disebut, salam kenal author 🙏😻

2023-07-11

2

Erna

Erna

ya ALLAH,,,,ak jd sedih ya,,,,kisah nyata yg semua org alami,,,,seebat hebatny mustika,,,tdk akan bawak berkaha,,,untk org yg tdk berhak,,,si tomo memaksakan diri😭😭😭😭

2023-04-28

2

V3

V3

perang saudara Krn sebuah harta

2023-02-26

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 71
73 Bab 71
74 Bab 72
75 Bab 73
76 Bab 74
77 Bab 75
78 Bab 76
79 Bab 77
80 Bab 78
81 Bab 79
82 Bab 80
83 Bab 81
84 Bab 82
85 Bab 83
86 Bab 84
87 Bab 85
88 Bab 86
89 Bab 87
90 Bab 88
91 Bab 89
92 Bab 90
93 Bab 91
94 Bab 92
95 Bab 93
96 Bab 94
97 Bab 95
98 Bab 96
99 Bab 97
100 Bab 98
101 Bab 99
102 Bab 100
103 Bab 101
104 Bab 102
105 Bab 103
106 Bab 104
107 Bab 105
108 Bab 106
109 Bab 107
110 Bab 108
111 Bab 109
112 Bab 110
113 Bab 111
114 Bab 112
115 Bab 113
116 Bab 114
117 Bab 115
118 Bab 116
119 Bab 117
120 Bab 118
121 Bab 119
122 Bab 120
123 Bab 121
124 Bab 122
125 Bab 123
126 Bab 124
127 Bab 125
128 Bab 126
129 Bab 127
130 Bab 128
131 Bab 129
132 Bab 130
133 Bab 131
134 Bab 132
135 Bab 133
136 Bab 134
137 Bab 135
138 Bab 136
139 Bab 137
140 Bab 138
141 Bab 139
142 Bab 140
143 Bab 141
144 Bab 142
145 Bab 143
146 Bab 144
147 Bab 145
148 Bab 146
149 Bab 147
150 Bab 148
151 Bab 149
152 Bab 150
153 Bab 151
Episodes

Updated 153 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 71
73
Bab 71
74
Bab 72
75
Bab 73
76
Bab 74
77
Bab 75
78
Bab 76
79
Bab 77
80
Bab 78
81
Bab 79
82
Bab 80
83
Bab 81
84
Bab 82
85
Bab 83
86
Bab 84
87
Bab 85
88
Bab 86
89
Bab 87
90
Bab 88
91
Bab 89
92
Bab 90
93
Bab 91
94
Bab 92
95
Bab 93
96
Bab 94
97
Bab 95
98
Bab 96
99
Bab 97
100
Bab 98
101
Bab 99
102
Bab 100
103
Bab 101
104
Bab 102
105
Bab 103
106
Bab 104
107
Bab 105
108
Bab 106
109
Bab 107
110
Bab 108
111
Bab 109
112
Bab 110
113
Bab 111
114
Bab 112
115
Bab 113
116
Bab 114
117
Bab 115
118
Bab 116
119
Bab 117
120
Bab 118
121
Bab 119
122
Bab 120
123
Bab 121
124
Bab 122
125
Bab 123
126
Bab 124
127
Bab 125
128
Bab 126
129
Bab 127
130
Bab 128
131
Bab 129
132
Bab 130
133
Bab 131
134
Bab 132
135
Bab 133
136
Bab 134
137
Bab 135
138
Bab 136
139
Bab 137
140
Bab 138
141
Bab 139
142
Bab 140
143
Bab 141
144
Bab 142
145
Bab 143
146
Bab 144
147
Bab 145
148
Bab 146
149
Bab 147
150
Bab 148
151
Bab 149
152
Bab 150
153
Bab 151

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!