Bab 6

Fatahillah yang sedang dalam perjalanan pulang langsung berhenti di sebuah toko penjual pakaian. melihat anaknya memakai baju yang penuh darah, tentu saja ibu Fatahillah akan shock dan Fatahillah tidak ingin itu terjadi.

sebelum sampai di rumah dan bertemu ibunya, Fatahillah membeli pakaian untuk mengganti baju dan celananya yang penuh darah.

pegawai toko yang melihat Fatahillah menggunakan pakaian penuh darah langsung takut untuk mendekatinya. siapapun yang melihatnya saat ini, mereka akan berpikiran buruk terhadap pemuda itu. beberapa pengunjung toko berbisik-bisik dan melirik Fatahillah namun itu semua tidak membuat Fatahillah terusik. ia paham dan mengerti, mengapa mereka sampai takut kepadanya.

melihat baju dan celana yang menurutnya cocok ditubuhnya, Fatahillah mengambilnya dan langsung membayar di kasir. setelahnya ia langsung pergi karena tidak ingin pengunjung lain terganggu kenyamanan mereka hanya karena dirinya.

Fatahillah singgah di salah satu masjid yang ia temui di jalan. ia menghentikan taxi yang ditumpanginya untuk berhenti sejenak, dirinya ingin berganti pakaian. setelah itu ia kembali lagi dan masuk ke dalam taxi.

"jalan pak" ucap Fatahillah dengan pakaian yang sudah lebih rapi

"maaf nih mas kalau saya tidak sopan. pakaian mas tadi berdarah, habis berkelahiran ya...?" tanya sopir taxi yang berumur sekitar 40 tahun

"tidak pak, saya baru saja menyelamatkan seseorang yang habis kecelakaannya mobil" Fatahillah menjawab ramah

"Oalah...saya kira habis berkelahi. maaf mas, saya sudah berprasangka yang tidak-tidak"

"tidak apa-apa pak, wajar saja kalau bapak berpikiran seperti itu" Fatahillah sama sekali tidak tersinggung

hari itu sudah menunjukkan pukul 4 sore. teringat dengan ibunya yang berada di rumah, sang ibu pasti sangat khawatir terhadapnya. karena dirinya tadi belum sempat ke pasar dan lebih menolong Hasan, akhirnya Fatahillah saat ini memutuskan untuk membeli makanan di luar untuk dirinya dan juga sang ibu.

jikalau pulang tentu saja tidak ada persediaan makanan. Fatahillah meminta sopir taxi untuk berhenti di warung makan.

"tunggu sebentar ya pak" ucap Fatahillah

"iya mas, saya tunggu" jawab sang sopir dengan sabar

Fatahillah keluar dari taxi dan masuk ke dalam warung makan. ia memesan makanan serta beberapa lauk. tiga bungkus makanan itu telah disiapkan dan Fatahillah membayangkan kemudian keluar menuju taxi.

"maaf sekali ya pak, saya sudah sangat merepotkan" Fatahillah tidak enak hati

"tidak apa-apa mas. jadi kita lanjut perjalanan...?"

"lanjut pak, dan ini saya membelikan makanan untuk bapak" Fatahillah menyodorkan satu kantung plastik berisi satu bungkus makanan

"ya ampun mas, tidak perlu repot-repot seperti ini segala. saya jadi tidak enak hati ini" sang sopir mengambil kantung plastik itu

"sama sekali tidak repot pak, malah harusnya saya yang berterimakasih karena telah mengantar saya. kalau begitu lanjut lagi pak"

"baik mas"

taxi itu meluncur meninggalkan warung makan. sepanjang jalan Fatahillah terus bercerita dengan sang sopir taxi. hingga tanpa terasa taxi itu telah berhenti tepat di pagar rumahnya.

"ini pak, bayarannya. terimakasih" Fatahillah memberikan beberapa lembar uang merah kepada sang sopir

"kebanyakan ini mas, tidak seperti ini bayarannya" sang sopir ingin mengembalikan uang itu namun Fatahillah menolak

"ambil saja pak, anggap saja rejeki dari Tuhan. sekali terimakasih sudah bersedia mengantar saya"

"ya Allah mas, saya benar-benar jadi tidak enak loh ini. sudah dibelikan makanan, dikasi uang banyak pula"

"jangan tolak rejeki pak. saya turun ya, semoga rejeki bapak hari ini semakin bertambah" doa Fatahillah untuk sang sopir

"terimakasih banyak mas, terimakasih. saya doakan semoga mas selalu dilindungi oleh yang Maha Kuasa, dan terhindar dari perbuatan dzolim orang-orang jahat" mata sang sopir nampak berkaca-kaca

"aamiin ya rabbal alamain" Fatahillah tersenyum teduh

setelah Fatahillah keluar dari taxi, sang sopir pun berpamitan dan meninggalkan Fatahillah yang masih berdiri di samping jalan.

Fatahillah berbalik masuk ke halaman rumah. dilihatnya sang ibu sedang mengobrol dengan seorang wanita cantik. terlihat dari raut wajahnya, betapa ibu Fatahillah begitu senang bercerita dengan wanita itu. wanita itu menggunakan jilbab segiempat berwarna biru navi.

"assalamualaikum" salam Fatahillah

"wa alaikumsalam" jawab keduanya

"baru pulang nak, kenapa lama sekali...?" tanya sang ibu

"maaf ya bu, tadi Fatahi ada urusan mendadak" Fatahillah mencium tangan ibunya dan tersenyum ke arah wanita yang ada di samping ibunya

"Anisa membawakan ibu kue buatannya, kamu harus coba. rasanya sangat enak" ucap sang ibu menjelaskan mengapa ada wanita itu di rumah mereka

"oh ya, akan Fatah coba nanti. terimakasih Nisa sudah repot-repot membawakan kue"

"sama-sama mas, sama sekali tidak repot" Anisa menjawab dengan sangat lembut

"apa itu nak...?" sang ibu melihat kantung plastik yang dipegang oleh Fatahillah

"ini makanan bu, tadi Fatah beli saat perjalanan pulang" jawab Fatahillah

"bu, karena mas Fatah sudah pulang. Anisa pamit dulu ya. sudah sore" ucap Anisa

"ya sudah. terimakasih ya Nisa. kapan-kapan mainlah lagi ke sini. Fatah, kamu antar Anisa pulang. kasian dia harus pulang sendirian"

"tidak usah bu, mas Fatah kan baru pulang. dia pasti lelah. Anisa pulang sendiri saja"

"tidak apa-apa, biar saya antar kamu pulang" ucap Fatahillah

"apa tidak apa-apa mas...?"

"tidak, ayo sebelum turun hujan karena sekarang langit menjadi mendung"

Anisa berpamitan kepada ibu Fatahillah untuk pulang, sementara Fatahillah berpamitan untuk mengantar wanita itu. mereka menggunakan motor Fatahillah yang terparkir di samping rumah, garasi tempat kendaraan itu parkir.

"tidak mampir dulu mas...?" tanya Anisa saat mereka telah tiba di rumahnya

"tidak Nisa, kapan-kapan saja. saya takut akan terjebak hujan. saya pamit ya, assalamualaikum"

"mas tunggu" Anisa menahan lengan Fatahillah saat akan meninggalkannya

"ada apa...?"

"ini untukmu" Anisa memberikan sebuah kotak yang dilapisi kertas kado dan dihiasi secantik mungkin

"apa ini...?" tanya Fatahillah mengambil kotak tersebut

"mas akan tau sendiri. selamat ulang tahun. maaf aku terlambat mengucapkannya"

harusnya kamu tidak perlu seperti ini Nisa"

"jangan menolak mas. pakailah nanti setiap kamu pergi kemanapun itu. aku ingin kamu memakai itu dan...." Anisa menggantung ucapannya

"dan apa...?" Fatahillah menantikan lanjutannya

"tidak, bukan apa-apa. pulanglah, hati-hati di jalan"

"ya sudah, aku pamit ya. assalamualaikum"

"wa alaikumsalam"

Fatahillah meninggalkan rumah Anisa. gadis itu masih terus berdiri ditempatnya memperhatikan Fatahillah hingga pemuda itu tidak terlihat lagi.

sementara di rumah sakit, Fauzan tengah menghubungi pak Odir paman dari Hasan. mendengar kabar kecelakaan keponakannya membuat pak Odir saat itu juga langsung berangkat ke kota B untuk menemui Hasan.

"apa harus sekarang pak, ini kan sudah malam" ibu Murti, istri dari pak Odir bertanya. wanita itu sedang menyiapkan pakaian yang akan dibawa oleh suaminya

"mumpung masih ada penerbangan malam bu. bapak tidak tenang kalau hanya diam diri di sini" jawab pak Odir duduk di samping ranjang memperhatikan istrinya mengepak barang-barangnya

"apa perlu ibu ikut...? ibu juga khawatir dengan Hasan"

"kalau ibu ikut terus yang menemani Intan siapa. doakan saja keadaannya akan baik-baik saja"

"ya sudah"

setelah semuanya siap, pak Odir berpamitan kepada istri dan anaknya. kedua wanita yang sangat ia cintai itu melambaikan tangan saat pak Odir meninggalkan rumah mereka menggunakan taxi menuju bandara.

sebelumnya ia sudah menghubungi Fauzan untuk menjemputnya di bandara saat tiba di kota B nanti.

"bapak akan ke rumah sakit...?" tanya ibu Rosida. saat ini mereka berada di meja makan

"iya, bu. bapak ingin melihat kondisi Hasan" jawab pak Umar

"lalu bagaimana dengan pemuda yang bernama Fatahillah itu. apa bapak sudah menghubunginya...?"

"belum, bapak tidak mempunyai nomornya"

"cari nomornya dan hubungi dia pak. sampai kapan kita akan menunggu, kasian Hanum. melihatnya terus tersiksa, rasanya ibu sudah tidak sanggup lagi"

"jangan lemah bu, Hanum membutuhkan kita. bapak akan berusaha untuk mendapat nomor Fatahillah dan menghubunginya. kalau seandainya dia tidak berkenan membantu, ibu jangan kecewa. kita belum mengenal dekat dirinya, jangan sampai kita membebani orang lain hanya karena ingin membantu kita"

"kalau seperti itu, kita pergi dengan pak Odir saja. pak Odir tau dimana tempatnya. dia yang akan mengarahkan kita"

"pak Odir baru saja akan terbang dari kota S ke kota B. dia khawatir dengan keadaan Hasan. tidak mungkin saat dia tiba nanti, bapak langsung menyuruhnya untuk membawa kita ke gunung Sangiran. Hasan hanya punya pak Odir bu, apa ibu tidak kasian kepada Hasan jika kita tinggalkan begitu saja"

"tapi...."

"bu, tidak baik memaksakan kehendak. kita harus berpikir secara matang dan benar-benar pasti barulah kita berangkat. orang lain juga punya masalah mereka sendiri, bukan hanya kita yang mempunyai masalah. bapak harap ibu mengerti"

"bapak memikirkan orang lain tapi tidak memikirkan Hanum...?" ibu Rosida meninggikan suaranya

bi Asi yang awalnya ingin ke dapur membuat kopi untuk para penjaga dan juga satpam yang bernama pak Anto, langsung berbalik arah saat mendengar percakapan suami istri itu tidak lagi bersahab.

"ya Allah bu, bagaimana bisa bapak tidak memikirkan Hanum yang jelas-jelas anak bapak sendiri"

"lalu kenapa bapak menolak usulan ibu untuk membawa Hanum ke gunung Sangiran"

"bukan menolak, tapi semuanya harus dipertimbangkan secara matang. bapak memaksa pak Odir untuk membawa kita sementara keponakannya sedang melawan maut di rumah sakit. dimana hati nurani ibu" pak Umar benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran istrinya itu

"tapi Hanum semakin menderita pak. bayar saja yang lebih mahal agar pak Odir mau mengantar kita"

"astaghfirullahaladzim" pak Umar geleng-geleng kepala

"bukan hanya Hanum yang menderita bu, Hasan juga kini sedang menderita. dia seperti itu karena akan membantu kita, harusnya ibu ingat itu. bapak benar-benar tidak menyangka ibu akan seegois ini" pak Umar meninggalkan meja makan karena tidak ingin lagi berdebat dengan istrinya

sementara itu ibu Rosida hanya terdiam mematung menatap kepergian suaminya. makanannya tidak lagi ia sentuh.

tanpa pamit kepada istrinya, pak Umar meninggalkan rumahnya menuju rumah sakit. ia hanya berpesan kepada bi Asi jika istrinya mencarinya, maka cukup bi Asi memberitahu ibu Rosita kalau pak Umar pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Hasan.

namun saat diperjalanan ban mobil pak Umar mengalami kebocoran. mobilnya hampir oleng, untungnya pak Umar menepi dan berhenti di pinggir jalan.

"ada apa lagi ini" gumamnya dan langsung keluar dari mobil

"paku....?" beberapa paku tertancap di ban mobilnya

saat ia amati disekitarnya, tempatnya sekarang tidak ditempat sepi namun tidak satupun bengkel di tempat itu. pak Umar akhirnya menghubungi seseorang.

panggilan terhubung

pak Umar

Fauzan, kamu dimana...?

Fauzan

di rumah sakit pak, jam 8 saya harus ke bandara menjemput pak Odir

pak Umar

saya dalam perjalanan ke situ tapi ban mobil saya bocor. apa kamu mempunyai nomor tukang bengkel.

Fauzan

dimana lokasi bapak sekarang...?

pak Umar

jalan melati

Fauzan

kalau begitu biarkan mobil bapak di situ dan bapak mencari taksi untuk ke sini. saya akan menghubungi teman saya yang bekerja di bengkel untuk mengurus mobil bapak

pak Umar

ya sudah kalau begitu. terimakasih ya Zan. saya akan mencari taksi dulu

Fauzan

iya pak, saya juga sedang bersiap untuk ke bandara karena sebentar lagi sudah jam 8. kalau bapak tiba, Hasan masih berada di ruangan ICU.

pak Umar

baik, kamu berangkatlah sekarang. jangan membuat pak Odir menunggu lama

Fauzan

siap pak

setelah mematikan sambungan telepon, Fauzan memastikan keadaan Hasan terlebih dahulu. di dalam sana, pria muda itu sedang terbaring dengan tubuh kaku. berbagai alat menempel di tubuhnya.

"aku pergi sebentar ya San" ucap Fauzan

Fauzan meninggalkan ruangan ICU, saat berbelok ke arah kanan, tidak sengaja dirinya menabrak salah seorang yang memakai jas dokter. laki-laki itu memakai masker dan menundukkan kepala saat Fauzan meminta maaf.

"maaf pak dokter. apakah anda baik-baik saja...?" tanya Fauzan

dokter itu hanya mengangguk dan meninggalkan Fauzan begitu saja. dirinya terlihat sangat buru-buru.

"dokter yang aneh" gumam Fauzan langsung kembali berjalan

sementara laki-laki itu, melangkah menuju ruang ICU. ia mengintip sebentar kemudian langsung masuk saat tidak ada seorangpun di tempat itu.

halo bos, saya sudah berada di tempat

bos

habisi dan secepatnya pergi dari tempat itu

baik bos

"selamat tinggal asisten yang paling setia" ia tersenyum menyeringai

Terpopuler

Comments

Har Yanto

Har Yanto

critax muter2 ga jelas

2024-01-26

0

Eishika Eis

Eishika Eis

pa umar pernah nyakitin siapa sampe dendamnya sebegitu besar.

2023-11-11

1

V3

V3

ya ampun itu ada dokter gadungan , Hasan mau di bunuh pasti nya

2023-02-25

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 71
73 Bab 71
74 Bab 72
75 Bab 73
76 Bab 74
77 Bab 75
78 Bab 76
79 Bab 77
80 Bab 78
81 Bab 79
82 Bab 80
83 Bab 81
84 Bab 82
85 Bab 83
86 Bab 84
87 Bab 85
88 Bab 86
89 Bab 87
90 Bab 88
91 Bab 89
92 Bab 90
93 Bab 91
94 Bab 92
95 Bab 93
96 Bab 94
97 Bab 95
98 Bab 96
99 Bab 97
100 Bab 98
101 Bab 99
102 Bab 100
103 Bab 101
104 Bab 102
105 Bab 103
106 Bab 104
107 Bab 105
108 Bab 106
109 Bab 107
110 Bab 108
111 Bab 109
112 Bab 110
113 Bab 111
114 Bab 112
115 Bab 113
116 Bab 114
117 Bab 115
118 Bab 116
119 Bab 117
120 Bab 118
121 Bab 119
122 Bab 120
123 Bab 121
124 Bab 122
125 Bab 123
126 Bab 124
127 Bab 125
128 Bab 126
129 Bab 127
130 Bab 128
131 Bab 129
132 Bab 130
133 Bab 131
134 Bab 132
135 Bab 133
136 Bab 134
137 Bab 135
138 Bab 136
139 Bab 137
140 Bab 138
141 Bab 139
142 Bab 140
143 Bab 141
144 Bab 142
145 Bab 143
146 Bab 144
147 Bab 145
148 Bab 146
149 Bab 147
150 Bab 148
151 Bab 149
152 Bab 150
153 Bab 151
Episodes

Updated 153 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 71
73
Bab 71
74
Bab 72
75
Bab 73
76
Bab 74
77
Bab 75
78
Bab 76
79
Bab 77
80
Bab 78
81
Bab 79
82
Bab 80
83
Bab 81
84
Bab 82
85
Bab 83
86
Bab 84
87
Bab 85
88
Bab 86
89
Bab 87
90
Bab 88
91
Bab 89
92
Bab 90
93
Bab 91
94
Bab 92
95
Bab 93
96
Bab 94
97
Bab 95
98
Bab 96
99
Bab 97
100
Bab 98
101
Bab 99
102
Bab 100
103
Bab 101
104
Bab 102
105
Bab 103
106
Bab 104
107
Bab 105
108
Bab 106
109
Bab 107
110
Bab 108
111
Bab 109
112
Bab 110
113
Bab 111
114
Bab 112
115
Bab 113
116
Bab 114
117
Bab 115
118
Bab 116
119
Bab 117
120
Bab 118
121
Bab 119
122
Bab 120
123
Bab 121
124
Bab 122
125
Bab 123
126
Bab 124
127
Bab 125
128
Bab 126
129
Bab 127
130
Bab 128
131
Bab 129
132
Bab 130
133
Bab 131
134
Bab 132
135
Bab 133
136
Bab 134
137
Bab 135
138
Bab 136
139
Bab 137
140
Bab 138
141
Bab 139
142
Bab 140
143
Bab 141
144
Bab 142
145
Bab 143
146
Bab 144
147
Bab 145
148
Bab 146
149
Bab 147
150
Bab 148
151
Bab 149
152
Bab 150
153
Bab 151

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!