Fatahillah yang sedang dalam perjalanan pulang langsung berhenti di sebuah toko penjual pakaian. melihat anaknya memakai baju yang penuh darah, tentu saja ibu Fatahillah akan shock dan Fatahillah tidak ingin itu terjadi.
sebelum sampai di rumah dan bertemu ibunya, Fatahillah membeli pakaian untuk mengganti baju dan celananya yang penuh darah.
pegawai toko yang melihat Fatahillah menggunakan pakaian penuh darah langsung takut untuk mendekatinya. siapapun yang melihatnya saat ini, mereka akan berpikiran buruk terhadap pemuda itu. beberapa pengunjung toko berbisik-bisik dan melirik Fatahillah namun itu semua tidak membuat Fatahillah terusik. ia paham dan mengerti, mengapa mereka sampai takut kepadanya.
melihat baju dan celana yang menurutnya cocok ditubuhnya, Fatahillah mengambilnya dan langsung membayar di kasir. setelahnya ia langsung pergi karena tidak ingin pengunjung lain terganggu kenyamanan mereka hanya karena dirinya.
Fatahillah singgah di salah satu masjid yang ia temui di jalan. ia menghentikan taxi yang ditumpanginya untuk berhenti sejenak, dirinya ingin berganti pakaian. setelah itu ia kembali lagi dan masuk ke dalam taxi.
"jalan pak" ucap Fatahillah dengan pakaian yang sudah lebih rapi
"maaf nih mas kalau saya tidak sopan. pakaian mas tadi berdarah, habis berkelahiran ya...?" tanya sopir taxi yang berumur sekitar 40 tahun
"tidak pak, saya baru saja menyelamatkan seseorang yang habis kecelakaannya mobil" Fatahillah menjawab ramah
"Oalah...saya kira habis berkelahi. maaf mas, saya sudah berprasangka yang tidak-tidak"
"tidak apa-apa pak, wajar saja kalau bapak berpikiran seperti itu" Fatahillah sama sekali tidak tersinggung
hari itu sudah menunjukkan pukul 4 sore. teringat dengan ibunya yang berada di rumah, sang ibu pasti sangat khawatir terhadapnya. karena dirinya tadi belum sempat ke pasar dan lebih menolong Hasan, akhirnya Fatahillah saat ini memutuskan untuk membeli makanan di luar untuk dirinya dan juga sang ibu.
jikalau pulang tentu saja tidak ada persediaan makanan. Fatahillah meminta sopir taxi untuk berhenti di warung makan.
"tunggu sebentar ya pak" ucap Fatahillah
"iya mas, saya tunggu" jawab sang sopir dengan sabar
Fatahillah keluar dari taxi dan masuk ke dalam warung makan. ia memesan makanan serta beberapa lauk. tiga bungkus makanan itu telah disiapkan dan Fatahillah membayangkan kemudian keluar menuju taxi.
"maaf sekali ya pak, saya sudah sangat merepotkan" Fatahillah tidak enak hati
"tidak apa-apa mas. jadi kita lanjut perjalanan...?"
"lanjut pak, dan ini saya membelikan makanan untuk bapak" Fatahillah menyodorkan satu kantung plastik berisi satu bungkus makanan
"ya ampun mas, tidak perlu repot-repot seperti ini segala. saya jadi tidak enak hati ini" sang sopir mengambil kantung plastik itu
"sama sekali tidak repot pak, malah harusnya saya yang berterimakasih karena telah mengantar saya. kalau begitu lanjut lagi pak"
"baik mas"
taxi itu meluncur meninggalkan warung makan. sepanjang jalan Fatahillah terus bercerita dengan sang sopir taxi. hingga tanpa terasa taxi itu telah berhenti tepat di pagar rumahnya.
"ini pak, bayarannya. terimakasih" Fatahillah memberikan beberapa lembar uang merah kepada sang sopir
"kebanyakan ini mas, tidak seperti ini bayarannya" sang sopir ingin mengembalikan uang itu namun Fatahillah menolak
"ambil saja pak, anggap saja rejeki dari Tuhan. sekali terimakasih sudah bersedia mengantar saya"
"ya Allah mas, saya benar-benar jadi tidak enak loh ini. sudah dibelikan makanan, dikasi uang banyak pula"
"jangan tolak rejeki pak. saya turun ya, semoga rejeki bapak hari ini semakin bertambah" doa Fatahillah untuk sang sopir
"terimakasih banyak mas, terimakasih. saya doakan semoga mas selalu dilindungi oleh yang Maha Kuasa, dan terhindar dari perbuatan dzolim orang-orang jahat" mata sang sopir nampak berkaca-kaca
"aamiin ya rabbal alamain" Fatahillah tersenyum teduh
setelah Fatahillah keluar dari taxi, sang sopir pun berpamitan dan meninggalkan Fatahillah yang masih berdiri di samping jalan.
Fatahillah berbalik masuk ke halaman rumah. dilihatnya sang ibu sedang mengobrol dengan seorang wanita cantik. terlihat dari raut wajahnya, betapa ibu Fatahillah begitu senang bercerita dengan wanita itu. wanita itu menggunakan jilbab segiempat berwarna biru navi.
"assalamualaikum" salam Fatahillah
"wa alaikumsalam" jawab keduanya
"baru pulang nak, kenapa lama sekali...?" tanya sang ibu
"maaf ya bu, tadi Fatahi ada urusan mendadak" Fatahillah mencium tangan ibunya dan tersenyum ke arah wanita yang ada di samping ibunya
"Anisa membawakan ibu kue buatannya, kamu harus coba. rasanya sangat enak" ucap sang ibu menjelaskan mengapa ada wanita itu di rumah mereka
"oh ya, akan Fatah coba nanti. terimakasih Nisa sudah repot-repot membawakan kue"
"sama-sama mas, sama sekali tidak repot" Anisa menjawab dengan sangat lembut
"apa itu nak...?" sang ibu melihat kantung plastik yang dipegang oleh Fatahillah
"ini makanan bu, tadi Fatah beli saat perjalanan pulang" jawab Fatahillah
"bu, karena mas Fatah sudah pulang. Anisa pamit dulu ya. sudah sore" ucap Anisa
"ya sudah. terimakasih ya Nisa. kapan-kapan mainlah lagi ke sini. Fatah, kamu antar Anisa pulang. kasian dia harus pulang sendirian"
"tidak usah bu, mas Fatah kan baru pulang. dia pasti lelah. Anisa pulang sendiri saja"
"tidak apa-apa, biar saya antar kamu pulang" ucap Fatahillah
"apa tidak apa-apa mas...?"
"tidak, ayo sebelum turun hujan karena sekarang langit menjadi mendung"
Anisa berpamitan kepada ibu Fatahillah untuk pulang, sementara Fatahillah berpamitan untuk mengantar wanita itu. mereka menggunakan motor Fatahillah yang terparkir di samping rumah, garasi tempat kendaraan itu parkir.
"tidak mampir dulu mas...?" tanya Anisa saat mereka telah tiba di rumahnya
"tidak Nisa, kapan-kapan saja. saya takut akan terjebak hujan. saya pamit ya, assalamualaikum"
"mas tunggu" Anisa menahan lengan Fatahillah saat akan meninggalkannya
"ada apa...?"
"ini untukmu" Anisa memberikan sebuah kotak yang dilapisi kertas kado dan dihiasi secantik mungkin
"apa ini...?" tanya Fatahillah mengambil kotak tersebut
"mas akan tau sendiri. selamat ulang tahun. maaf aku terlambat mengucapkannya"
harusnya kamu tidak perlu seperti ini Nisa"
"jangan menolak mas. pakailah nanti setiap kamu pergi kemanapun itu. aku ingin kamu memakai itu dan...." Anisa menggantung ucapannya
"dan apa...?" Fatahillah menantikan lanjutannya
"tidak, bukan apa-apa. pulanglah, hati-hati di jalan"
"ya sudah, aku pamit ya. assalamualaikum"
"wa alaikumsalam"
Fatahillah meninggalkan rumah Anisa. gadis itu masih terus berdiri ditempatnya memperhatikan Fatahillah hingga pemuda itu tidak terlihat lagi.
sementara di rumah sakit, Fauzan tengah menghubungi pak Odir paman dari Hasan. mendengar kabar kecelakaan keponakannya membuat pak Odir saat itu juga langsung berangkat ke kota B untuk menemui Hasan.
"apa harus sekarang pak, ini kan sudah malam" ibu Murti, istri dari pak Odir bertanya. wanita itu sedang menyiapkan pakaian yang akan dibawa oleh suaminya
"mumpung masih ada penerbangan malam bu. bapak tidak tenang kalau hanya diam diri di sini" jawab pak Odir duduk di samping ranjang memperhatikan istrinya mengepak barang-barangnya
"apa perlu ibu ikut...? ibu juga khawatir dengan Hasan"
"kalau ibu ikut terus yang menemani Intan siapa. doakan saja keadaannya akan baik-baik saja"
"ya sudah"
setelah semuanya siap, pak Odir berpamitan kepada istri dan anaknya. kedua wanita yang sangat ia cintai itu melambaikan tangan saat pak Odir meninggalkan rumah mereka menggunakan taxi menuju bandara.
sebelumnya ia sudah menghubungi Fauzan untuk menjemputnya di bandara saat tiba di kota B nanti.
"bapak akan ke rumah sakit...?" tanya ibu Rosida. saat ini mereka berada di meja makan
"iya, bu. bapak ingin melihat kondisi Hasan" jawab pak Umar
"lalu bagaimana dengan pemuda yang bernama Fatahillah itu. apa bapak sudah menghubunginya...?"
"belum, bapak tidak mempunyai nomornya"
"cari nomornya dan hubungi dia pak. sampai kapan kita akan menunggu, kasian Hanum. melihatnya terus tersiksa, rasanya ibu sudah tidak sanggup lagi"
"jangan lemah bu, Hanum membutuhkan kita. bapak akan berusaha untuk mendapat nomor Fatahillah dan menghubunginya. kalau seandainya dia tidak berkenan membantu, ibu jangan kecewa. kita belum mengenal dekat dirinya, jangan sampai kita membebani orang lain hanya karena ingin membantu kita"
"kalau seperti itu, kita pergi dengan pak Odir saja. pak Odir tau dimana tempatnya. dia yang akan mengarahkan kita"
"pak Odir baru saja akan terbang dari kota S ke kota B. dia khawatir dengan keadaan Hasan. tidak mungkin saat dia tiba nanti, bapak langsung menyuruhnya untuk membawa kita ke gunung Sangiran. Hasan hanya punya pak Odir bu, apa ibu tidak kasian kepada Hasan jika kita tinggalkan begitu saja"
"tapi...."
"bu, tidak baik memaksakan kehendak. kita harus berpikir secara matang dan benar-benar pasti barulah kita berangkat. orang lain juga punya masalah mereka sendiri, bukan hanya kita yang mempunyai masalah. bapak harap ibu mengerti"
"bapak memikirkan orang lain tapi tidak memikirkan Hanum...?" ibu Rosida meninggikan suaranya
bi Asi yang awalnya ingin ke dapur membuat kopi untuk para penjaga dan juga satpam yang bernama pak Anto, langsung berbalik arah saat mendengar percakapan suami istri itu tidak lagi bersahab.
"ya Allah bu, bagaimana bisa bapak tidak memikirkan Hanum yang jelas-jelas anak bapak sendiri"
"lalu kenapa bapak menolak usulan ibu untuk membawa Hanum ke gunung Sangiran"
"bukan menolak, tapi semuanya harus dipertimbangkan secara matang. bapak memaksa pak Odir untuk membawa kita sementara keponakannya sedang melawan maut di rumah sakit. dimana hati nurani ibu" pak Umar benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran istrinya itu
"tapi Hanum semakin menderita pak. bayar saja yang lebih mahal agar pak Odir mau mengantar kita"
"astaghfirullahaladzim" pak Umar geleng-geleng kepala
"bukan hanya Hanum yang menderita bu, Hasan juga kini sedang menderita. dia seperti itu karena akan membantu kita, harusnya ibu ingat itu. bapak benar-benar tidak menyangka ibu akan seegois ini" pak Umar meninggalkan meja makan karena tidak ingin lagi berdebat dengan istrinya
sementara itu ibu Rosida hanya terdiam mematung menatap kepergian suaminya. makanannya tidak lagi ia sentuh.
tanpa pamit kepada istrinya, pak Umar meninggalkan rumahnya menuju rumah sakit. ia hanya berpesan kepada bi Asi jika istrinya mencarinya, maka cukup bi Asi memberitahu ibu Rosita kalau pak Umar pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Hasan.
namun saat diperjalanan ban mobil pak Umar mengalami kebocoran. mobilnya hampir oleng, untungnya pak Umar menepi dan berhenti di pinggir jalan.
"ada apa lagi ini" gumamnya dan langsung keluar dari mobil
"paku....?" beberapa paku tertancap di ban mobilnya
saat ia amati disekitarnya, tempatnya sekarang tidak ditempat sepi namun tidak satupun bengkel di tempat itu. pak Umar akhirnya menghubungi seseorang.
panggilan terhubung
pak Umar
Fauzan, kamu dimana...?
Fauzan
di rumah sakit pak, jam 8 saya harus ke bandara menjemput pak Odir
pak Umar
saya dalam perjalanan ke situ tapi ban mobil saya bocor. apa kamu mempunyai nomor tukang bengkel.
Fauzan
dimana lokasi bapak sekarang...?
pak Umar
jalan melati
Fauzan
kalau begitu biarkan mobil bapak di situ dan bapak mencari taksi untuk ke sini. saya akan menghubungi teman saya yang bekerja di bengkel untuk mengurus mobil bapak
pak Umar
ya sudah kalau begitu. terimakasih ya Zan. saya akan mencari taksi dulu
Fauzan
iya pak, saya juga sedang bersiap untuk ke bandara karena sebentar lagi sudah jam 8. kalau bapak tiba, Hasan masih berada di ruangan ICU.
pak Umar
baik, kamu berangkatlah sekarang. jangan membuat pak Odir menunggu lama
Fauzan
siap pak
setelah mematikan sambungan telepon, Fauzan memastikan keadaan Hasan terlebih dahulu. di dalam sana, pria muda itu sedang terbaring dengan tubuh kaku. berbagai alat menempel di tubuhnya.
"aku pergi sebentar ya San" ucap Fauzan
Fauzan meninggalkan ruangan ICU, saat berbelok ke arah kanan, tidak sengaja dirinya menabrak salah seorang yang memakai jas dokter. laki-laki itu memakai masker dan menundukkan kepala saat Fauzan meminta maaf.
"maaf pak dokter. apakah anda baik-baik saja...?" tanya Fauzan
dokter itu hanya mengangguk dan meninggalkan Fauzan begitu saja. dirinya terlihat sangat buru-buru.
"dokter yang aneh" gumam Fauzan langsung kembali berjalan
sementara laki-laki itu, melangkah menuju ruang ICU. ia mengintip sebentar kemudian langsung masuk saat tidak ada seorangpun di tempat itu.
halo bos, saya sudah berada di tempat
bos
habisi dan secepatnya pergi dari tempat itu
baik bos
"selamat tinggal asisten yang paling setia" ia tersenyum menyeringai
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Har Yanto
critax muter2 ga jelas
2024-01-26
0
Eishika Eis
pa umar pernah nyakitin siapa sampe dendamnya sebegitu besar.
2023-11-11
1
V3
ya ampun itu ada dokter gadungan , Hasan mau di bunuh pasti nya
2023-02-25
2