Bab 7

"ini uangnya pak, terimakasih"

"terimakasih kembali pak"

pak Umar keluar dari mobil taxi yang ditumpanginya, ia telah tiba di rumah sakit. saat sampai di lobi rumah sakit, ponsel pria baya itu bergetar di saku celananya. sambil berjalan ia mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya.

tertera di layar ponsel tertulis nama istriku, itu adalah ibu Rosida yang menghubunginya. seakan enggan untuk menerima panggilan istrinya akibat perdebatan mereka tadi, pak Umar membiarkan saja ponselnya terus bergetar. ia masih terus melangkah menuju ke ruang ICU.

buuuk

di belokan menuju ruang ICU, pak Umar menabrak seseorang. orang itu adalah laki-laki yang ditabrak oleh Fauzan tadi.

"maafkan saya dokter" pak Umar merasa bersalah

laki-laki itu tidak bicara, ia hanya mengangguk dan pergi meninggalkan pak Umar. namun kemudian langkahnya terhenti.

"tunggu"pak Umar memanggilnya. dengan tegang ia berdiri menoleh ke arah pak Umar

"apa dokter yang menangani pasien di dalam ICU...? tanya pak Umar dan laki-laki itu menggangguk

"bagaimana keadaannya sekarang...?"

"sudah membaik, saya permisi" laki-laki itu pergi begitu saja

pak Umar jelas heran dengan sikap dokter itu, namun dirinya berbalik untuk melihat Hasan. saat itu juga kakinya menendang sesuatu di bawah sana.

"apa ini...?" pak Umar berjongkok dan mengambil botol yang sangat kecil, besarnya seperti jari kelingking. isinya kosong, tidak ada apapun di dalam botol kecil itu

pak Umar memegang benda itu dan melangkah mendekati pintu ruang ICU. ia kemudian masuk ke dalam namun betapa kagetnya ia saat melihat keadaan Hasan.

laki-laki muda itu kejang-kejang dan bahkan nafasnya naik turun. pak Umar begitu panik. ia keluar dan berlari mencari dokter.

"dokter....dokter" pak Umar mendatangi beberapa suster di ruang resepsionis

"ada apa pak...?" tanya seorang suster

"pasien di ruang ICU, dia kejang-kejang. tolong....tolong periksa dia, selamatkan dia"

"suster Yuli, panggilkan dokter Jordan di ruangannya"

"baik sus"

suster yang bernama Yuli langsung berlari menuju ke ruangan dokter Jordan, dokter yang menangani Hasan. sedangkan suster yang lainnya segera menuju ke ruang ICU bersama pak Umar.

"dokter" suster itu langsung menerobos masuk

"ada apa suster Yuli...?" dokter Jordan mendongak melihat wanita itu

"pasien di ruangan ICU, dia....kritis"

"bagaimana bisa"

dokter Jordan bergegas ke ruang ICU bersama dokter Yuli. tiba di sana mereka segera masuk ke dalam sedangkan pak Umar tidak diizinkan untuk masuk. selain petugas medis, ruang mengerikan bagi siapapun itu, dilarang masuk ke dalam.

drrrttt.... drrrttt

pak Umar

halo bu

istriku

kenapa baru mengangkat telpon ku pak, bapak marah sama ibu...? pergi juga tidak bilang-bilang

pak Umar

ada apa, apa Hanum kambuh lagi

istriku

hanya sakit biasa yang ia rasakan, seperti sebelumnya. bapak dimana

pak Umar

di rumah sakit, Hasan sedang kritis sekarang

istriku

ibu ingin ke sana

pak Umar

jangan bu, siapa yang akan menjaga Hanum jika ibu datang ke sini. doakan saja semoga Hasan baik-baik saja dan berkumpul kembali bersama kita

istriku

ya sudah, bapak hati-hati

pak Umar

iya

"ya Tuhan selamatkan Hasan" pak Umar mengusap wajahnya dengan kasar, pria baya itu benar-benar frustasi

di tempat lain, di sebuah rumah yang sederhana, seorang pemuda sedang mengurus ibunya yang sakit, dialah Fatahillah.

semenjak menjelang magrib ibu Fatahillah merasa tidak enak badan. hujan di luar sana membuat tubuhnya menggigil kedinginan namun di luar badannya panas.

"astaghfirullah bu, badan ibu tambah panas. kita ke rumah sakit ya" Fatahillah sedang mengompres kepala ibunya

"ibu tidak apa-apa, hanya sakit biasa nanti juga sembuh"

"biarpun sakit biasa tapi harus diobati bu, pokoknya kita ke rumah sakit dan Fatah tidak mau mendengar penolakan"

"ibu tunggu di sini ya, biar Fatah mencari taxi untuk mengantar kita" Fatahillah mencium kening ibunya kemudian keluar dari kamar

"ya Allah, bagaimana caranya aku mencari taxi kalau hujan deras seperti ini" gumamnya yang berdiri di teras rumah

ia berniat memesan taxi online, namun karena hujan deras dan juga disertai guntur dan petir, beberapa taxi yang dipesannya menolaknya. hal itu membuat Fatahillah bertambah frustasi.

"tidak ada cara lain, aku harus ke depan"

Fatahillah masuk kedalam rumah mengambil payung, kemudian ia menerobos hujan dengan menggunakan payung milik ibunya. di jalan raya dengan hujan yang deras, Fatahillah berdiri sambil melambaikan tangan ke arah kendaraan yang lewat namun tidak satupun dari mereka yang ingin berhenti.

ddduuuaaaar

"astaghfirullah"

suara guntur di langit sana membuat Fatahillah kaget. bagaimana tidak, suaranya terdengar begitu keras dan memekikkan telinga.

dengan pakaian yang sudah sebagian basah karena terkena air hujan, Fatahillah tetap semangat berdiri di pinggir jalan mencoba menghentikan mobil apa saja yang lewat namun usaha yang dilakukannya hanya sia-sia.

"ya Allah aku harus bagaimana"

Fauzan sedang mengemudikan mobilnya, di dalam sudah ada pak Odir yang ia jemput di bandara tadi.

laki-laki yang seumuran dengan pak Umar itu, melihat seseorang dari kejauhan yang sedang berdiri di pinggir jalan sambil melambaikan tangannya menghentikan kendaraan.

"Fauzan, tolong berhenti di depan pemuda itu. sepertinya dia membutuhkan bantuan" pak Odir menunjuk ke arah depan

"baik pak"

setelah dekat dengan Fatahillah, Fauzan memperlambat laju mobilnya dan berhenti tepat di depan Fatahillah. pak Odir menurunkan kaca mobil.

"ada apa nak, kenapa kamu berdiri hujan-hujanan seperti ini...?" tanya pak Odir

"pak, boleh saya minta tolong. ibu saya sedang sakit, sejak tadi saya mencari taxi untuk membawa kami ke rumah sakit namun tidak ada satupun yang mau berhenti dan membantu saya" suara Fatahillah ia keraskan agar dapat didengar oleh pak Odir

"loh, bukannya kamu Fatahillah...?" Fauzan bertanya saat melihat siapa yang pak Odir ajak bicara

"eemm...kamu...."

"Fauzan mas, saya tadi yang di rumah sakit bersama pak Umar. kamu yang menyelamatkan Hasan kan"

"oh iya, maaf maaf saya tidak begitu ingat"

"dimana rumahmu biar sekalian kita berangkat bersama ke rumah sakit"

"di sana" Fatahillah menunjukkan rumahnya

"ya sudah kamu masuklah, kita jemput ibumu" perintah Fauzan

"terimakasih banyak mas"

Fatahillah masuk ke dalam mobil di kabin tengah. Fauzan memutar arah mobilnya untuk menuju ke rumah Fatahillah. mobil itu parkir di halaman rumah.

ketiganya keluar dari mobil, berlari menuju teras rumah. Fatahillah mempersilahkan mereka masuk dan langsung ke kamar ibunya.

"biar aku bantu mengangkat ibumu" ucap Fauzan

"tidak usah mas, saya bisa menggendong ibu saya. saya hanya minta tolong mas Fauzan memayungi kami saat masuk ke dalam mobil" jawab Fatahillah

"baiklah, ayo"

"bu, kita ke rumah sakit ya"

"hujan Fatah" ibu Fatahillah menjawab lirih

"kita naik mobil, sekarang Fatah akan menggendong ibu untuk masuk ke dalam mobil"

sang ibu mengangguk. Fatahillah dengan hati-hati mengangkat tubuh ibunya dan membawanya keluar. di teras rumah Fauzan bersiap dengan payungnya. saat Fatahillah datang, Fauzan memayungi mereka masuk ke dalam mobil. setelah itu Fauzan menjemput pak Odir lagi dan memayunginya masuk ke dalam mobil. kemudian setelah itu barulah ia memutari kendaraannya itu dan masuk ke dalam.

"selimutkan pakai ini agar ibumu tidak kedinginan" Fauzan memberikan jaketnya kepada Fatahillah

"terimakasih mas"

Fatahillah mengambil jaket itu dan menyelimuti ibunya. mobil Fauzan perlahan bergerak dan meninggalkan halaman rumah tersebut. mereka kembali membelah jalan raya di bawah guyuran hujan deras.

"pelan-pelan saja Zan, yang penting kita selamat sampai tujuan" pak Odir memberitahu

"iya pak" jawab Fauzan menuruti perintah laki-laki yang duduk di samping kemudi itu

untung saja malam itu mereka tidak terjebak macet sehingga hanya beberapa menit mereka tiba di rumah sakit. masih dalam keadaan hujan deras, Fauzan keluar dari mobil dan membuka pintu kabin tengah. Fatahillah keluar menggendong ibunya, Fauzan memayungi mereka. sementara pak Odir menerobos hujan dengan berlari kecil masuk ke lobi rumah sakit.

"suster, tolong ibu saya" Fatahillah mendekati dua orang suster yang sedang berjaga pada malam itu

"di bawah ke ruang pemeriksaan saja mas, saya akan memanggil dokter"

Fatahillah digiring ke ruang pemeriksaan, Fauzan dan pak Odir mengikuti di belakang. bagaimanapun juga mereka tidak bisa pergi begitu saja tanpa berpamitan kepada Fatahillah.

"saya periksa dulu ya pak, mohon tunggu di luar" dokter perempuan datang untuk memeriksa ibu Fatahillah

dengan berat hati Fatahillah keluar dari ruangan itu, ia duduk di kursi tunggu bersama pak Odir dan Fauzan.

"mas Fauzan, maaf saya mengabaikan anda. terimakasih untuk kebaikan yang anda lakukan, terimakasih telah membantu kami" Fatahillah mengucapkan rasa terimakasih dengan tulus

"bahkan apa yang saya lakukan tidak sepadan dengan apa yang kamu lakukan kepada Hasan saat itu. berkat kamu Hasan bisa ditangani secepatnya" Fauzan tersenyum

"oh iya pak, dia adalah Fatahillah, orang yang telah menyelamatkan Hasan dari kecelakaannya" Fauzan memperkenalkan Fatahillah kepada pak Odir

"masha Allah, terimakasih nak Fatah. saya pak Odir pamannya Hasan" pak Odir menjabat tangan Fatahillah dan memeluknya

"senang bertemu dengan anda pak. jadi kalian berdua mau menjenguk Hasan...?"

"iya, saya dari bandara menjemput pak Odir yang dari kota S" Fauzan menjawab

"bagaimana keadaan Hasan sekarang...?" tanya Fatahillah

"masih koma, masih dalam keadaan kritis. semoga saja dia bisa melewati masa kritisnya dengan cepat. kalau begitu kami permisi dulu ya, maaf tidak bisa menemanimu"

"tidak apa-apa, kalau memungkinkan saya akan menjenguk Hasan nanti"

"kalau begitu kami pergi dulu. ayo pak" ajak Fauzan kepada pak Odir

"mari nak Fatah"

"iya pak, silahkan"

Fauzan dan pak Odir meninggalkan Fatahillah seorang diri. mereka berdua bergegas ke ruang ICU tempat dimana Hasan terbaring belum sadarkan diri.

di sana mereka melihat pak Umar sedang duduk di lantai dengan pundak naik turun. pria baya itu sedang menangis.

"pak Umar, ada pak...?" Fauzan menghampiri bosnya dan membantunya untuk bangun

"Hasan... Hasan"

"kenapa dengan Hasan pak...?" pak Odir mulai khawatir

"Hasan m-meninggal... Hasan meninggal".

"innalilahi wainnailaihi Raji'un" pak Odir dan Fauzan berucap bersamaan

pak Odir luruh di lantai mendengar kabar keponakannya telah pergi. padahal dirinya baru saja datang untuk menjenguk keponakannya itu, namun ternyata waktu tidak berpihak kepada pria baya itu.

"ya Allah Hasan" jatuh sudah air mata pak Odir

"apa yang terjadi pak, bukankah tadi Hasan baik-baik saja. kenapa bisa seperti ini...?"

"saya tidak tau Zan. saat datang saya melihat Hasan kejang-kejang, nafasnya naik turun dan memburu"

"tadi... dokter sempat menyelam nyawanya bahkan bilang kalau kondisi Hasan kembali normal meskipun masih belum sadar. tapi menjelang satu jam, saat saya berada di dalam, tiba-tiba tubuh Hasan terangkat ke atas dan setelah diperiksa, dia sudah tidak bernyawa" pak Umar menjelang dengan air mata

Hasan sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri. kedekatannya dengan Hanum membuat keluarga pak Umar begitu baik kepada Hasan. Hasan selalu dapat diandalkan oleh pak Umar, dia laki-laki yang baik dan santun. itulah mengapa pak Umar begitu kehilangan.

pintu ruang ICU terbuka, Hasan dikeluarkan dan akan dibawa ke kamar jenazah. pak Odir menghentikan langkah para suster dan dokter itu, dia ingin melihat keponakannya yang telah tiada itu.

"San, ini paman nak" pak Odir memeluk tubuh Hasan

"maaf pak, silahkan mengurus administrasi untuk bisa membawa jenazah korban pulang" salah satu suster memberitahu

jenazah Hasan dibawah ke kamar jenazah sedang Fauzan mengurus administrasi untuk memulangkan Hasan. pak Umar meminta Hasan di bawa ke rumahnya saja. pak Odir setuju, namun besok pagi mayat Hasan akan di terbangkan ke kota S untuk dikebumikan di kota kelahirannya.

"ibu anda terkena demam berdarah, untung saja anda dengan cepat membawa ke mari jadi langsung dapat penanganan" seorang dokter memberitahu penyakit ibu Fatahillah

"lalu bagaimana keadaan ibu saya sekarang dok...?

"harus menjalani perawatan pak. ibu bapak sekarang dalam pengaruh obat bius, mungkin 1 jam ke depan dia akan siuman. saya tinggal ya pak, kalau ada apa-apa silahkan tekan tombol di samping ranjang itu"

"baik dokter, terimakasih"

Fatahillah masuk ke dalam untuk melihat ibunya. wanita yang penuh dengan kelembutan itu kini sedang tertidur pulas di bawah pengaruh obat bius.

"cepat sembuh bu, dunia Fatah gelap kalau nggak ada ibu" Fatahillah mencium tangan ibunya

sudah pukul 10 malam, Fatahillah teringat dengan Hasan. di saat ibunya sedang tidur, Fatahillah menggunakan kesempatan itu untuk pergi melihat Hasan. dia meminta seorang suster untuk menjaga ibunya sampai dirinya kembali.

saat menuju ke ICU, Fatahillah melihat Fauzan di meja administrasi. ia kemudian menghampiri laki-laki itu.

"mas Fauzan" panggil Fatahillah saat Fauzan akan bergegas pergi

"Fatah" Fauzan memanggil lirih

"ada apa mas...?" Fatahillah bertanya karena dapat ia lihat wajah Fauzan yang kusut dan terdapat bekas air mata

"Hasan meninggal"

"innalilahi wainnailaihi Raji'un"

"lalu dimana mayatnya sekarang...?"

"di kamar jenazah"

"ya sudah, saya ikut ke sana"

mereka berdua bergegas ke kamar jenazah. pak Umar dan pak Odir yang sedang menunggu Hasan sejak tadi langsung melempar pandangan ke arah mereka.

"Fatahillah" ucap pak Umar

"iya pak, tadi saya bertemu dengan Fauzan di depan"

"bagaimana Zan, sudah seleksi mengurus administrasi...?" pak Umar bertanya.

"sudah pak, mayat Hasan bisa kita bawa pulang sekarang"

mereka masuk ke dalam untuk melihat Hasan. laki-laki itu sudah terbujur kaku di atas brankar. Fatahillah menelisik tubuh Hasan dari ujung kepala sampai ujung kaki. tangannya tergerak menyentuh kepala Hasan.

"astaghfirullahaladzim"

"kenap Fatah...?" tanya pak Odir

"maaf, maafkan saya. ini memang tidak masuk akal bagi kalian tapi saya harus mengatakan ini" Fatahillah menatap serius mereka bertiga

"ada Fatah, katakan saja" ucap pak Umar

"Hasan belum meninggal pak, jiwanya ditarik keluar dan dibawa pergi"

"apa...?"

Terpopuler

Comments

warkop Teteh kuningan

warkop Teteh kuningan

assssyek masih bisa d selamatkan dwong....tunjukan pesonamu Fatah

2023-11-07

2

Erna

Erna

smg hasan bisa di selamatkan

2023-04-27

1

Erna

Erna

ya ampun,,untk ad fatahila,,,klo tak hasan sdh di kubur hidup2,,,jahat bangat org iri itu ya

2023-04-27

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 71
73 Bab 71
74 Bab 72
75 Bab 73
76 Bab 74
77 Bab 75
78 Bab 76
79 Bab 77
80 Bab 78
81 Bab 79
82 Bab 80
83 Bab 81
84 Bab 82
85 Bab 83
86 Bab 84
87 Bab 85
88 Bab 86
89 Bab 87
90 Bab 88
91 Bab 89
92 Bab 90
93 Bab 91
94 Bab 92
95 Bab 93
96 Bab 94
97 Bab 95
98 Bab 96
99 Bab 97
100 Bab 98
101 Bab 99
102 Bab 100
103 Bab 101
104 Bab 102
105 Bab 103
106 Bab 104
107 Bab 105
108 Bab 106
109 Bab 107
110 Bab 108
111 Bab 109
112 Bab 110
113 Bab 111
114 Bab 112
115 Bab 113
116 Bab 114
117 Bab 115
118 Bab 116
119 Bab 117
120 Bab 118
121 Bab 119
122 Bab 120
123 Bab 121
124 Bab 122
125 Bab 123
126 Bab 124
127 Bab 125
128 Bab 126
129 Bab 127
130 Bab 128
131 Bab 129
132 Bab 130
133 Bab 131
134 Bab 132
135 Bab 133
136 Bab 134
137 Bab 135
138 Bab 136
139 Bab 137
140 Bab 138
141 Bab 139
142 Bab 140
143 Bab 141
144 Bab 142
145 Bab 143
146 Bab 144
147 Bab 145
148 Bab 146
149 Bab 147
150 Bab 148
151 Bab 149
152 Bab 150
153 Bab 151
Episodes

Updated 153 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 71
73
Bab 71
74
Bab 72
75
Bab 73
76
Bab 74
77
Bab 75
78
Bab 76
79
Bab 77
80
Bab 78
81
Bab 79
82
Bab 80
83
Bab 81
84
Bab 82
85
Bab 83
86
Bab 84
87
Bab 85
88
Bab 86
89
Bab 87
90
Bab 88
91
Bab 89
92
Bab 90
93
Bab 91
94
Bab 92
95
Bab 93
96
Bab 94
97
Bab 95
98
Bab 96
99
Bab 97
100
Bab 98
101
Bab 99
102
Bab 100
103
Bab 101
104
Bab 102
105
Bab 103
106
Bab 104
107
Bab 105
108
Bab 106
109
Bab 107
110
Bab 108
111
Bab 109
112
Bab 110
113
Bab 111
114
Bab 112
115
Bab 113
116
Bab 114
117
Bab 115
118
Bab 116
119
Bab 117
120
Bab 118
121
Bab 119
122
Bab 120
123
Bab 121
124
Bab 122
125
Bab 123
126
Bab 124
127
Bab 125
128
Bab 126
129
Bab 127
130
Bab 128
131
Bab 129
132
Bab 130
133
Bab 131
134
Bab 132
135
Bab 133
136
Bab 134
137
Bab 135
138
Bab 136
139
Bab 137
140
Bab 138
141
Bab 139
142
Bab 140
143
Bab 141
144
Bab 142
145
Bab 143
146
Bab 144
147
Bab 145
148
Bab 146
149
Bab 147
150
Bab 148
151
Bab 149
152
Bab 150
153
Bab 151

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!