Bab 3

Hasan tiba di rumah pak Umar setelah dirinya sejak tadi melarikan diri dari orang-orang yang mengejarnya. bukannya takut menghadapi mereka hanya saja Hasan berburu waktu untuk sampai di rumah pak Umar.

rumah yang besar dengan beberapa penjaga membukakan pagar untuk Hasan kemudian mobil itu masuk ke dalam halaman rumah.

Hasan keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam rumah.

"pak Umar mana bi...?" tanya Hasan pada bi Asi

"bapak bilang den Hasan langsung ke kamar non Hanum saja" jawab bi Asi

segera Hasan melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ke kamar Hanum. harusnya kamar gadis itu ada di lantai dua namun karena jatuh sakit sampai sekarang, pak Umar membawa anaknya ke kamar bawah begitu juga dengan kamar mereka yang langsung pindah di lantai bawah.

cek lek

"pak" panggil Hasan setelah membuka pintu kamar dan masuk ke dalam

"San" mata pak Umar tampak sembab karena menangisi keadaan putrinya

"San bagaimana, kamu sudah menemukan orang untuk mengobati Hanum kan" ibu Rosida langsung bertanya

Hasan menarik nafas dan duduk di ujung ranjang. dia begitu pilu melihat keadaan Hanum sekarang.

"kiayi Zulkarnain, yang tinggal di bawah kaki gunung Sangiran desa Malanda. menurut paman saya, dia dapat mengobati penyakit Hanum" Hasan memberitahukan apa yang paman Odir ceritakan disambungan telpon

"gunung Sangiran...?" pak Umar memastikan

"benar pak, gunung Sangiran desa Malanda. tempat yang sangat jauh dan itu berada di ujung pulau ini. kalau bapak bersedia membawa Hanum ke sana, paman Odir akan menemani kita untuk pergi ke sana" jawab Hasan

"jauh sekali, apa tidak ada orang lain selain kiyai itu. butuh beberapa hari untuk sampai ke sana, bukan waktu yang sangat sedikit sedangkan keadaan Hanum sudah sangat semakin parah" ibu Rosida berat hati

"maafkan saya bu, tapi selain beliau saya tidak menemukan orang lagi untuk menyembuhkan Hanum. hanya dia satu-satunya" ucap Hasan

"bagaimana ini pak...?" ibu Rosida menatap suaminya sendu

"kita tidak punya pilihan lain bu, kita harus membawa Hanum ke sana" pak Umar menatap putrinya yang sedang menggigil kedinginan padahal di luar tubuhnya sangat terasa panas

"Hasan" panggil pak Umar

"saya pak"

"kita akan berangkat sekarang juga. persiapkan apa yang perlu dibawa, kita jemput pamanmu dan kita ke tempat itu" ucap pak Umar

"baik pak, kalau begitu saya harus pulang dulu untuk menyiapkan barang-barang yang perlu saya bawa"

"pergilah, kami akan menunggumu disini" ucap pak Umar

Hasan keluar dari kamar dan menuju mobilnya. perlahan mobil itu bergerak keluar dari halaman rumah dan meninggalkan tempat itu.

Hasan menghubungi seseorang, sekretaris dari pak Umar yang bernama Meisya. wanita itu harus diberitahu tentang keberangkatan mereka.

Hasan

(halo Mei)

Meisya

(San, kamu dimana bukannya tadi kamu di kantor)

Hasan

(maaf Mei, saya tadi buru-buru pulang karena harus mengurus Hanum)

Meisya

(kenapa dengan Hanum, apa dia kenapa-kenapa)

Hasan

(sakitnya tambah parah. rencananya saya dan pak Umar akan membawa Hanum berobat, mungkin beberapa hari kami tidak akan masuk ke kantor. urusan kantor akan diambil alih oleh Fauzan untuk sementara selama kami keluar. jadi apapun yang akan dikerjakan oleh pak Umar Fauzan yang akan mengerjakannya. kamu tolong bantu dia ya Mei)

Meisya

(tenang saja San, aku akan membantu Fauzan selama kalian nggak ada. semoga Hanum cepat sembuh, kalian hati-hati)

Hasan

(ya sudah, saya tutup dulu)

Hasan menutup panggilannya, sayangnya tanpa ia sadari dari arah depan sebuah truk melaju begitu cepat mengambil jalur yang diambil oleh Hasan hingga tabrakan pun tidak bisa dihindari.

mobil Hasan berguling-guling dan kemudian terbalik sedangkan mobil truk tersebut menabrak warung makan yang ada di tempat itu.

melihat adanya kecelakaan, orang-orang yang berkendara maupun tidak langsung menghampiri mobil Hasan yang sudah hancur parah. Hasan sendiri sudah tidak sadarkan diri dan dari kepalanya mengucur darah yang membasahi wajahnya dan juga lehernya.

"keluarkan cepat, keluarkan" beberapa orang membantu Hasan untuk keluar dari mobil.

satu orang laki-laki menarik tubuh Hasan, bahkan kini darah Hasan sudah menempel pada baju laki-laki itu. Hasan berhasil dikeluarkan dan dibawa ditempat aman. seseorang menghubungi ambulan dan juga polisi. sementara supir truk tersebut mengalami luka-luka namun tidak sampai pingsan dan separah Hasan.

untungnya truk tersebut tidak melindas beberapa pengunjung yang sedang makan di warung makan tersebut, saat melihat sebuah truk akan datang menabrak, pengunjung warung makan segera menyelamatkan diri.

dua mobil ambulan datang setelah beberapa menit menunggu. Hasan segera diangkat dan dibawa masuk ke dalam mobil ambulan sedangkan sopir truk dimasukkan ke dalam ambulan lain. kemudian mobil ambulan itu meninggalkan tempat dengan suara sirine yang menggema di setiap jalan yang dilaluinya.

di dalam mobil ambulan, ada satu orang laki-laki yang menemani Hasan. dia adalah seseorang yang berhasil mengeluarkan Hasan dari mobilnya tadi.

tiba di rumah sakit, Hasan dibawa lari masuk ke dalam rumah sakit menuju ruang IGD.

"pak, silahkan mengurus administrasi terlebih dahulu, untuk pasien akan ditangani oleh dokter" seorang suster datang menghampiri kaki yang sedang termangu di depan ruang IGD

"baik sus" jawabnya

segera dia ketempat pengurusan administrasi, setelah selesai dia kembali lagi ke ruangan IGD menunggu di depan ruangan itu.

drrrttt.... drrrttt

ponselnya bergetar, dengan tangan yang penuh darah, ia merogoh ponselnya yang ada di kantung celananya.

"Allah, ibu" ucapnya merasa bersalah. ia pun mengangkat panggilan itu

ibu

(halo assalamualaikum nak, kenapa lama sekali ke pasarnya) terdengar suara nada khawatir di sebrang sana

Fatahillah

(wa alaikumsalam, maafin Fatah bu. Fatah sekarang sedang berada di rumah sakit, Fatah....)

ibu

(Allahuakbar, ya Allah anakku. apa yang terjadi padamu, kenapa bisa kamu berada di rumah sakit. kamu kenapa Fatah, kamu kenapa) suara sang ibu begitu menyayat hati Fatah. dirinya sangat merasa bersalah telah membuat sang ibu khawatir padanya

Fatahillah

(bu...ibu tenang ya, jangan panik. Fatah baik-baik saja, Fatah tadi menolong seseorang yang kecelakaan dan Fatah bawa di rumah sakit. Fatah tidak kenapa-kenapa bu, anakmu ini sehat walafiat) Fatahillah menenangkan ibunya yang sudah sangat gelisah disebrang sana

ibu

(Alhamdulillah, terimakasih ya Allah...anakku baik-baik saja. kalau begitu jangan lupa makan ya nak, kamu kan tadi perginya belum makan sama sekali. jangan sampai karena menolong orang malah kamu juga ikut sakit)

begitulah seorang ibu, akan memperhatikan setiap kebutuhan anaknya terutama makanannya. Fatahillah sangat sangat bersyukur dia dilahirkan dari rahim seorang ibu yang sangat baik seperti malaikat. bagi Fatahillah ibunya adalah malaikat tanpa sayap, manusia yang harus ia sembah setelah Tuhannya yang Maha Kuasa.

Fatahillah

(iya bu, nanti Fatah makan. ibu juga jangan lupa makan ya, beli saja nasi uduknya ibu Farida kalau belum ada makanan. maaf ya bu, maafin Fatah)

ibu

(tidak apa-apa nak, menolong yang membutuhkan pertolongan lebih diutamakan dulu daripada ibu. ya sudah, kamu baik-baik ya. kalau sudah selesai urusannya langsung pulang saja)

Fatahillah

(iya bu. Fatah tutup ya, assalamualaikum)

ibu

(wa alaikumsalam)

Fatahillah memegang erat ponselnya dan bersandar di kursi ruang tunggu. sudah beberapa jam dia menunggu namun belum juga ada tanda-tanda dokter akan keluar dari ruangan itu.

sementara di rumah pak Umar, beberapa kali dirinya menghubungi Hasan namun ponselnya sama sekali tidak aktif. ia pun mulai khawatir, takut terjadi sesuatu dengan asistennya itu.

"belum bisa juga dihubungi pak si Hasan...?" tanya ibu Rosida

"belum bu, nomornya tidak aktif. perasaan bapak kok jadi nggak enak begini" pak Umar mencoba beberapa kali namun tetap saja nomor Hasan tidak aktif

pak Umar mulai resah, harusnya Hasan sudah tiba di rumahnya karena mereka akan berangkat ke gunung Sangiran, namun sampai saat ini Hasan belum juga kunjung datang.

"Fauzan, ya Fauzan. mungkin saja Hasan di kantor sekarang" gumam pak Umar mencari nomor Fauzan

panggilan tersambung

pak Umar

(halo Zan, kamu dimana)

Fauzan

(di kantor pak tapi sekarang saya akan ke rumah sakit. Hasan kecelakaan pak, apa bapak tidak tau...?)

pak Umar

(innalilahi, Hasan kecelakaan...?) tubuh pak Umar seketika linglung

"Hasan kenapa pak, apa yang terjadi...?" ibu Rosida ikut panik

Fauzan

(iya pak, saya melihat di siaran televisi. sekarang saya akan ke rumah sakit untuk melihat keadaan Hasan)

pak Umar

(ya sudah, kita bertemu di rumah sakit)

"pak ada apa, apa yang terjadi dengan Hasan...?" ibu Rosida bertanya setelah pak Umar mematikan panggilannya

"Hasan kecelakaan bu, dan sekarang dia di rumah sakit" jawab pak Umar dengan lirih

"astaghfirullahaladzim" ibu Rosida seketika pusing dan hampir jatuh, untungnya pak Umar segera menangkap tubuh istrinya

"ya Allah bagaimana ini pak, Hasan kecelakaan. lalu siapa yang akan mengantarkan kita ke sana. kita tidak mungkin membiarkan Hasan sendiri, dia sudah tidak punya keluarga di sini selain pamannya yang ada di kota lain"

"tenanglah dulu bu. bapak akan ke rumah sakit melihat Hasan"

ibu Rosida berbaring di samping Hanum, setelah itu pak Umar mengambil kunci mobilnya dan keluar dari kamar menuju halaman depan.

baru saja hendak masuk ke dalam mobilnya, satu pesan masuk ke ponselnya. pak Umar mengecek siapa yang mengirimkan dirinya pesan.

nomor tidak diketahui : bagaimana kejutan dariku Umar, apa kamu suka...? sangat disayangkan asisten mu itu sudah tidak berguna sekarang

membaca pesan itu membuat darah pak Umar mendidih, ia menghubungi nomor tersebut namun tidak tersambung.

(Allah, siapa yang sedang mempermainkan ku sekarang ini) pak Umar meremas ponselnya

tidak ingin pusing dengan nomor tersebut, pak Umar menyalakan mobilnya dan meninggalkan rumahnya.

pak Umar dan Fauzan tiba di rumah sakit bersamaan. mereka kemudian menanyakan pasien korban kecelakaan pada salah seorang suster dan suster tersebut memberitahu bahwa pasien sedang berada di ruang IGD. segera pak Umar dan Fauzan pergi ke IGD yang sudah ditunjukkan oleh suster dimana tempatnya.

di sana, di depan ruangan itu terlihat seorang laki-laki yang sedang duduk termenung dengan pakaian yang sudah bernoda darah. pak Umar dan Fauzan mendekati laki-laki itu

"assalamualaikum" sapa pak Umar

"wa alaikumsalam" Fatahillah mendongak melihat siapa yang datang menghampirinya

pak Umar dan Fauzan duduk di kursi yang sama dengan Fatahillah.

"kamu ini...siapa...?" tanya pak Umar

"saya yang membawa pasien di dalam ke sini pak. saya sebenarnya sejak tadi sedang menunggu keluarganya yang datang untuk melihatnya. namun sampai sekarang belum ada yang datang juga"

"jadi kamu yang menyelamatkan Hasan...?"

"Hasan...?" Fatahillah mengulang

"iya, laki-laki yang kamu tolong adalah Hasan asisten saya"

"jadi bapak mengenal korban. syukurlah, saya pikir saya akan terus di sini untuk menunggu. saya sangat lega bapak bisa datang untuk melihatnya" terukir senyuman di wajah Fatahillah

"kalau begitu karena sudah ada bapak, saya pamit pulang dulu. ibu saya menunggu di rumah" ucap Fatahillah

"tunggu sebentar" pak Umar menghentikan Fatahillah

"ada apa pak...?"

"kamu sepertinya tidak asing, saya seperti pernah melihatmu"

"oh ya, mungkin bapak salah orang karena saya baru pertama kali ini melihat bapak"

"tidak...tidak...kita sepertinya memang pernah...."

drrrttt.... drrrttt

belum sempat melanjutkan ucapannya, ponsel pak Umar bergetar. dia segera mengangkat panggilan dari istrinya.

ibu Rosida

(bapaaaak... anak kita pak...anak kita) ibu Rosida menangis histeris

pak Umar

(tenang bu, bapak pulang sekarang)

"Fauzan, kamu tolong di sini dulu ya. saya harus pulang, terjadi sesuatu dengan Hanum" raut wajah pak Umar tampak begitu panik setelah mendapatkan telpon dari istrinya

"iya pak, tidak usah khawatir. saya akan di sini menjaga Hasan" jawab Fauzan

"anak muda maaf, saya harus pergi. terimakasih sudah menolong Hasan. siapa namamu agar nanti saya dapat mengingat orang yang telah berjasa menolong Hasan" pak Umar menatap Fatahillah

"Fatahillah pak, Fatahillah Malik" jawab Fatahillah

"Fatahillah, saya akan mengingat nama itu. kalau begitu saya pergi dulu"

buru-buru pak Umar melangkah cepat meninggalkan Fatahillah dan Fauzan. dirinya bahkan berlari untuk segera sampai di lobi rumah sakit namun yang terjadi selanjutnya, pak Umar menghentikan langkahnya dan berdiri mematung mengingat sesuatu.

(*maafkan saya, apa kamu tidak apa-apa...?)

(saya baik-baik saja pak, tidak perlu cemas*)

(tasbih)

(Fatahillah, apa ini nama pemuda itu)

setelah mengingat apa yang ada dikepalanya, pak Umar berbalik dan melihat Fatahillah yang sedang tersenyum ke arahnya. pak Umar melangkah mendekat kembali Fatahillah yang bingung melihat pak Umar berbalik arah.

"ada apa pak, apa tertinggal sesuatu...?" tanya Fauzan saat melihat bosnya kembali lagi

pak Umar menatap Fatahillah yang juga sedang menata bingung ke arahnya.

"Fatahillah Malik, apa ini milikmu...?" pak Umar menunjukkan sebuah tasbih di tangannya

Terpopuler

Comments

Kardi Kardi

Kardi Kardi

help her, fatahillahhh

2023-12-03

0

warkop Teteh kuningan

warkop Teteh kuningan

lagian tasbihnya d Copot bapake bapake,,,,,

2023-11-06

2

Jue

Jue

Sesungguhnya bagi seorang mukmin itu tiada yang berhak disembah melainkan Allah SWT semata-mata kerana dia yang menjadikan sekalian Makhluk , Ibu juga makhluk Allah SWT maka seorang ibu tidak berhak di sembah walaupun seorang ibu terlalu baik , Kedua ibu bapa kita hanya harus kita hargai serta hormati selagi dia masih hidup serta berada di jalan kebenaran yang diredhai oleh Allah SWT

2023-07-24

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 71
73 Bab 71
74 Bab 72
75 Bab 73
76 Bab 74
77 Bab 75
78 Bab 76
79 Bab 77
80 Bab 78
81 Bab 79
82 Bab 80
83 Bab 81
84 Bab 82
85 Bab 83
86 Bab 84
87 Bab 85
88 Bab 86
89 Bab 87
90 Bab 88
91 Bab 89
92 Bab 90
93 Bab 91
94 Bab 92
95 Bab 93
96 Bab 94
97 Bab 95
98 Bab 96
99 Bab 97
100 Bab 98
101 Bab 99
102 Bab 100
103 Bab 101
104 Bab 102
105 Bab 103
106 Bab 104
107 Bab 105
108 Bab 106
109 Bab 107
110 Bab 108
111 Bab 109
112 Bab 110
113 Bab 111
114 Bab 112
115 Bab 113
116 Bab 114
117 Bab 115
118 Bab 116
119 Bab 117
120 Bab 118
121 Bab 119
122 Bab 120
123 Bab 121
124 Bab 122
125 Bab 123
126 Bab 124
127 Bab 125
128 Bab 126
129 Bab 127
130 Bab 128
131 Bab 129
132 Bab 130
133 Bab 131
134 Bab 132
135 Bab 133
136 Bab 134
137 Bab 135
138 Bab 136
139 Bab 137
140 Bab 138
141 Bab 139
142 Bab 140
143 Bab 141
144 Bab 142
145 Bab 143
146 Bab 144
147 Bab 145
148 Bab 146
149 Bab 147
150 Bab 148
151 Bab 149
152 Bab 150
153 Bab 151
Episodes

Updated 153 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 71
73
Bab 71
74
Bab 72
75
Bab 73
76
Bab 74
77
Bab 75
78
Bab 76
79
Bab 77
80
Bab 78
81
Bab 79
82
Bab 80
83
Bab 81
84
Bab 82
85
Bab 83
86
Bab 84
87
Bab 85
88
Bab 86
89
Bab 87
90
Bab 88
91
Bab 89
92
Bab 90
93
Bab 91
94
Bab 92
95
Bab 93
96
Bab 94
97
Bab 95
98
Bab 96
99
Bab 97
100
Bab 98
101
Bab 99
102
Bab 100
103
Bab 101
104
Bab 102
105
Bab 103
106
Bab 104
107
Bab 105
108
Bab 106
109
Bab 107
110
Bab 108
111
Bab 109
112
Bab 110
113
Bab 111
114
Bab 112
115
Bab 113
116
Bab 114
117
Bab 115
118
Bab 116
119
Bab 117
120
Bab 118
121
Bab 119
122
Bab 120
123
Bab 121
124
Bab 122
125
Bab 123
126
Bab 124
127
Bab 125
128
Bab 126
129
Bab 127
130
Bab 128
131
Bab 129
132
Bab 130
133
Bab 131
134
Bab 132
135
Bab 133
136
Bab 134
137
Bab 135
138
Bab 136
139
Bab 137
140
Bab 138
141
Bab 139
142
Bab 140
143
Bab 141
144
Bab 142
145
Bab 143
146
Bab 144
147
Bab 145
148
Bab 146
149
Bab 147
150
Bab 148
151
Bab 149
152
Bab 150
153
Bab 151

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!