Bab 2

"Hanum... Hanum" pak Umar berteriak, pintu kamar Hanum tidak bisa dibuka

"ya Allah pak bagaimana ini" ibu Rosida mulai menangis

braaaakkk

braaaakkk

pak Umar beberapa kali mendobrak pintu kamar itu namun sama sekali tidak terbuka.

"ada apa nyonya, tuan...?" mbok Sari yang sudah tertidur langsung terbangun saat mendengar suara teriakan majikannya

"mbok, ada kunci serep kamar Hanum...?" pak Umar bertanya

"tidak ada tuan, ada apa sebenarnya" jawab mbok Sari

braaaakkk

braaaakkk

"ALLAHUAKBAR"

braaaakkk

pintu kamar terbuka seketika. di dalam kamar, tubuh Hanum terangkat ke atas dan bahkan kejang-kejang.

"Hanum, ya Allah nak... Hanum" ibu Rosida memeluk Hanum mencoba menurunkan Hanum namun tubuh Hanum sama sekali tidak bisa untuk di turunkan

"astaghfirullah, non Hanum" mbok Sari begitu kaget melihat anak majikannya seperti itu

pak Umar berlari kembali ke kamarnya, dia mencari sesuatu sebuah keris yang ia selipkan di tempat tidur. saat mengambil keris itu, sebuah tasbih jatuh dari atas meja, tasbih itu adalah tasbih milik pemuda yang hampir dirinya tabrak tadi pagi.

pak Umar mengambil tasbih itu dan kemudian berlari kembali ke kamar Hanum.

"pak, tolong anak kita pak" ibu Rosida histeris

pak Umar membaca sesuatu kemudian keris itu mengeluarkan cahaya putih. cahaya itu ia arahkan kepada Hanum, seketika tubuh Hanum berhenti kejang-kejang dan tubuhnya jatuh mendarat di atas kasur.

namun sayangnya semua itu belum berakhir, tiba-tiba saja Hanum teriak histeris. dirinya kepanasan bahwa yang ia rasakan tubuhnya seperti terbakar api.

"panas... panas" Hanum berguling-guling di atas kasur

ibu Rosida dan pak Umar tidak tau harus berbuat apalagi. bahkan mbok Sari mengambil kain basah kemudian diselimuti di tubuh Hanum namun tetap saja Hanum terus teriak kepanasan dan kesakitan.

"panas... panas"

"pak bagaimana ini"

dalam pikirannya yang kalut, pak Umar sadar dirinya sedang memegang tasbih. tanpa pikir panjang tasbih itu ia kalungkan di leher Hanum dan lambat laun Hanum mulai tidak merasakan panas dan tidak merasakan sakit lagi.

"ya Allah nak, malang sekali nasibmu" ibu Rosida memeluk dan Hanum dan menangis terisak

"h-haus bu" Hanum bersuara dengan sangat lirih

"biar saya ambilkan air" mbok Sari keluar dari kamar Hanum menuju dapur kemudian ia kembali lagi dengan segera air putih

"tunggu sebentar" pak Umar mengambil gelas itu

dirinya pun duduk bersila ke arah kiblat dan membacakan ayat kursi serta ayat-ayat lainnya kemudian ia berdiri dan duduk di samping Hanum.

"minumlah" pak Umar membantu Hanum untuk minum

Hanum meneguk air itu tanpa sisa, dirinya seperti seseorang yang berada di padang pasir dan menemukan air. tenggorokannya yang terasa kering kini kembali segar setelah dibasahi oleh air itu.

ibu Rosida menyalakan AC dan juga kipas angin karena Hanum merasa kepanasan. Setelah menyalakan kipas, kini Hanum lebih tenang dan bahkan karena lelah, dirinya langsung tertidur saat sejak tadi dirinya merasakan sakit yang luar biasa.

(tasbih itu sungguh luar biasa) batin pak Umar

(kalau tasbih ini milik pemuda itu, berarti pemuda itu mempunyai ilmu sakti yang tidak dimiliki banyak orang. dimana aku harus mencari pemuda itu)

malam itu pak Umar dan ibu Rosida menemani Hanum di dalam kamarnya, mereka tidur di kamar itu jangan sampai kejadian tadi terulang lagi.

sebelum tidur, pak Umar membaca ayat-ayat yang ia ketahui di sebuah mangkuk yang berisi air kemudian tasbih tadi ia celupkan ke mangkuk tersebut. setelah itu, air itu ia percikan di setiap sudut kamar berharap agar sihir yang dikirimkan untuk mereka, akan dihalangi oleh dinding dari ayat-ayat itu dengan izin yang Maha Kuasa. setelah melakukan hal itu, pak Umar kembali mengalungkan tasbih tadi di leher Hanum.

namun rupanya ada sebuah nama yang tertulis di tasbih itu, beberapa butirnya terdapat huruf yang ternyata adalah sebuah nama seseorang.

"Fatahillah" pak Umar membaca nama tersebut

"apakah ini nama pemuda itu" ucapnya

pak Umar begitu yakin kalau tulisan itu adalah sebuah nama dan pastinya itu adalah nama dari pemilik tasbih tersebut.

ibu Rosida telah terlelap di samping Hanum. setelah memperbaiki selimut anak dan istrinya, pak Umar melangkah ke sofa dan menjatuhkan dirinya di sana hingga kemudian ia terlelap tidur.

selesai sholat subuh, ponsel Hasan bergetar. ia yang sedang mengaji segera mengakhiri dan mengambil ponselnya, rupanya paman Odir yang menghubunginya.

Hasan

(halo, assalamualaikum paman)

paman Odir

(wa alaikumsalam San. paman ingin memberitahukan sesuatu)

Hasan

(tentang yang kemarin kan paman)

paman Odir

(iya, paman sudah mencari alamat dari orang tersebut. namanya adalah kiyai Zulkarnain, dia tinggal di desa Malanda sekarang, di desa yang jauh dari desa lainnya di bawah kaki pegunungan Sangiran)

Hasan

(gunung Sangiran...?itu jauh sekali paman)

paman Odir

(memang di situ dia tinggal, sekarang terserah kamu apakah masih ingin ke sana untuk mengobati teman mu atau mencari orang lain. kalau kalian bersedia pergi maka paman akan menemani kalian, kebetulan paman dekat dengan beliau)

Hasan

(aku akan beritahu dulu pak Umar paman, tapi sepertinya sejauh apapun itu, pak Umar pasti akan setuju)

paman Odir

(ya sudah, hubungi paman jika bos mu itu bersedia)

Hasan

(tentu paman, akan aku hubungi nanti)

Hasan kemudian menghubungi pak Umar untuk memberitahu bahwa dia sudah menemukan seseorang yang dapat menyembuhkan Hanum. namun sampai dua kali panggilan, pak Umar tidak mengangkat panggilannya. Hasan tidak lagi menghubungi karena jika seseorang dihubungi setelah dua kali tidak diangkat itu berarti orang tersebut sedang sibuk atau sedang tidak ingin diganggu.

Hasan menyimpan ponselnya di atas meja kemudian membuka pakaian sholatnya untuk membersihkan diri karena akan ke kantor pagi nanti. biarlah nanti di kantor saja dirinya akan memberitahu kepada pak Umar bahwa orang yang mereka cari untuk menyembuhkan Hanum telah ia temukan.

"kenapa pak Umar belum datang juga ya" Hasan mengetuk-ngetuk mejanya sendiri

"aku telpon lagi, mungkin kali ini akan diangkat"

Hasan mengambil ponselnya dan mencari nomor bosnya itu kemudian menekan melakukan panggilan.

panggilan terhubung

Hasan

(assalamualaikum pak, bapak dimana sekarang)

pak Umar

(di rumah San, badan Hanum tiba-tiba panas tinggi, sepertinya saya tidak bisa ke kantor hari ini)

Hasan

(tidak perlu cemas dengan pekerjaan pak, biar nanti saya yang handel di sini. saya akan ke rumah bapak setelah pulang kantor nanti, ada yang harus saya beritahu mengenai seseorang yang dapat menyembuhkan penyakit Hanum)

pak Umar

(kamu sudah menemukan orangnya...?)

Hasan

(sudah pak, dia...)

pak Umar

(kamu ke sini sekarang, saya tunggu di rumah. urusan pekerjaan serahkan kepada Fauzan) Fauzan adalah orang kedua kepercayaan pak Umar setelah Hasan

Hasan

(baik pak, saya ke sana sekarang)

setelah mematikan panggilan, Hasan mencari Fauzan. dia langsung menuju ke ruangan laki-laki itu.

"Zan" panggil Hasan setelah membuka pintu

"ada apa San, wajahmu terlihat tegang seperti itu...?" Fauzan bertanya, dia menutup map yang sedang diperiksanya tadi

"aku harus ke rumah pak Umar, dia meminta ku ke sana sekarang. tolong kamu handel perusahaan dulu ya, itu pesan pak Umar"

"memangnya ada apa, apa ada masalah...?" tanya Fauzan

"anaknya demam tinggi"

"apa sampai sekarang belum ada perubahan dengan penyakitnya itu...?"

"belum, maka dari itu aku pulang untuk mencarikan solusi terbaik. tolong ya Zan, kalau kami pergi beberapa hari, kamu handel perusahaan dengan baik. pak Umar sangat percaya padamu"

"tenang saja San, aku akan melakukan yang terbaik"

"kalau begitu aku pergi dulu" Hasan keluar dari ruangan Fauzan

dia langsung menuju mobilnya dan meninggalkan perusahaan besar itu yang berdiri dari hasil keringat pak Umar sendiri. saat meninggalkan perusahaan, ada mobil lain yang mengikuti mobil Hasan.

tadinya Hasan tidak begitu memperhatikan namun kemudian dia menyadari kalau dirinya sejak tadi diikuti oleh mobil hitam.

"cari masalah saja" ucap Hasan memperhatikan mobil itu di kaca depan dalam mobilnya

Hasan mempercepat laju kendaraannya dan saat itu juga mobil yang mengikutinya melaju kencang menyusul mobil Hasan.

di tempat lain, seorang laki-laki sedang memijit kaki ibunya. wanita yang sudah tidak muda lagi namun masih terlihat cantik, duduk di kursi kayu dan laki-laki itu duduk di lantai sambil memijit kaki ibunya.

"sudah nak, ibu sudah jauh lebih baik setelah kamu pijit" wanita itu menarik kakinya dari paha anaknya

laki-laki itu kemudian berpindah tempat duduk ke kursi kayu dekat dengan ibunya.

"hari ini Fatah gajian. ibu mau Fatah belikan apa...?" tanya laki-laki yang bernama Fatah itu, nama lengkapnya adalah Fatahillah Malik

Fatahillah hidup berdua saja dengan sang ibu, menurut cerita ibunya, ayahnya meninggal sewaktu dirinya baru saja dilahirkan. sang ibu tidak menikah lagi dan lebih memilih mengurus Fatahillah sampai dewasa. Fatahillah bahkan pernah di masukkan ke pesantren, namun karena tidak sanggup hidup berjauhan dengan sang ibu, akhirnya Fatahillah membuat ulah dan dikeluarkan dari pesantren.

sang ibu sempat kecewa kepada putranya itu, dia ingin anaknya mendalami ilmu agama namun nyatanya Fatahillah malah ingin keluar dan benar-benar dikeluarkan.

sang ibu bahkan tidak menegur Fatahillah sejak seminggu, itu membuat Fatahillah sangat merasa bersalah.

"Bu, Fatah janji akan menjadi seperti yang ibu inginkan mendalami ilmu agama tapi bukan di dalam pesantren dan jauh dari ibu. masih banyak tempat untuk belajar ilmu agama Bu, meskipun bukan di pesantren"

"Fatah tidak bisa jauh dari ibu, maafin Fatah bu, maafin Fatah" Fatahillah menangis sesenggukan dan bersimpuh di kaki ibunya

melihat anaknya yang merasa sangat bersalah, hati wanita itu luluh dan memeluk anaknya. kini anak yang ia besarkan itu benar-benar seperti keinginannya, berbakti kepadanya dan menjadi anak yang soleh.

"ibu tidak ingin apa-apa, cukup melihat kamu sehat dan tetap bersama ibu, itu sudah lebih dari cukup" wanita itu tersenyum lembut ke arah anaknya

Fatahillah mengambil tangan ibunya dan menciumnya beberapa kali kemudian membawa sang ibu kedalam pelukannya.

"jadi kapan kamu akan memperkenalkan calon istrimu kepada ibu"

mendengar pertanyaan sang ibu, Fatahillah melepas pelukannya dan menatap sendu wajah yang sudah tidak muda lagi seperti dulu. garis kerutan sudah terlihat jelas namun tetap saja pancaran kecantikan wanita itu masih tetap ada.

"Fatah masih ingin terus bersama ibu" ucapnya lembut

"kamu tidak berniat untuk menikah, umur kamu sudah cukup matang untuk berkeluarga"

"mau membangun rumah tangga dengan siapa, calonnya saja belum ada"

"apa kamu tidak tertarik kepada Anita, dia cantik dan alhamdulilah Solehah"

"ibu sudah ingin nimang cucu loh nak"

"in shaa Allah kalau sudah ada jodoh, Fatah pasti menikah. ibu yang sabar ya" Fatahillah mengelus lembut lengan sang ibu

"sekarang ibu istrahat ya, Fatah mau memasak dulu"

"tidak ada lagi bahan-bahan untuk dimasak nak, sebaiknya kamu ke pasar dulu untuk membeli bahan makanan. tunggu sebentar ibu ambilkan dulu uangnya" wanita itu hendak berdiri namun di tahan oleh Fatahillah

"tidak usah bu, pakai uang Fatah saja. kalau begitu Fatah pergi ke pasar dulu ya" Fatahillah mencium tangan ibunya dan keluar dari rumah

sementara itu, Hasan masih saling mengejar dengan mobil hitam yang terus mengikutinya. dia pun menginjak rem dan menghalangi mobil itu. tidak ingin menabrak, mobil tersebut berbelok ke kanan dan menabrak pohon besar di sekitar itu.

braaaakkk

mobil hitam itu ringsek seketika dibagian depan. tidak ingin kehilangan kesempatan, Hasan langsung tancap gas meninggalkan tempat itu, sementara orang-orang yang berada di mobil itu keluar dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"kurang ajar, beraninya dia mengerjai kita" seseorang mengumpat dengan kesal

drrrttt... drrrttt

Hasan

(halo pak)

pak Umar

(kamu dimana San, kenapa lama sekali)

Hasan

(maaf pak, sebentar lagi aku sampai. tadi ada gangguan sedikit di jalan)

pak Umar

(ya sudah, berhati-hatilah)

"Hasan belum juga sampai ya pak...?" tanya ibu Rosida setelah suaminya mematikan panggilan

"sementara di jalan bu" pak Umar mendekati Hanum

"tahanlah sedikit lagi nak, bapak akan membawamu untuk berobat kepada seseorang yang dapat menyembuhkan sakit mu" air mata pak Umar tidak bisa dibendung lagi melihat anaknya yang menggigil kedinginan namun diluar badannya terasa sangat panas

(Allah, apa yang harus aku lakukan) pak Umar memeluk anaknya

Terpopuler

Comments

warkop Teteh kuningan

warkop Teteh kuningan

ini masuk pondok umur brapa yah???kok tau² dewasa katanya sbntar,,,gak mungkin bikin ulah udah dewasa kan

2023-11-06

2

Iis Isas

Iis Isas

Semoga Hanum berjodo ya dengan Fatahillah

2023-07-22

0

pauzi aja

pauzi aja

lanjut

2023-05-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 71
73 Bab 71
74 Bab 72
75 Bab 73
76 Bab 74
77 Bab 75
78 Bab 76
79 Bab 77
80 Bab 78
81 Bab 79
82 Bab 80
83 Bab 81
84 Bab 82
85 Bab 83
86 Bab 84
87 Bab 85
88 Bab 86
89 Bab 87
90 Bab 88
91 Bab 89
92 Bab 90
93 Bab 91
94 Bab 92
95 Bab 93
96 Bab 94
97 Bab 95
98 Bab 96
99 Bab 97
100 Bab 98
101 Bab 99
102 Bab 100
103 Bab 101
104 Bab 102
105 Bab 103
106 Bab 104
107 Bab 105
108 Bab 106
109 Bab 107
110 Bab 108
111 Bab 109
112 Bab 110
113 Bab 111
114 Bab 112
115 Bab 113
116 Bab 114
117 Bab 115
118 Bab 116
119 Bab 117
120 Bab 118
121 Bab 119
122 Bab 120
123 Bab 121
124 Bab 122
125 Bab 123
126 Bab 124
127 Bab 125
128 Bab 126
129 Bab 127
130 Bab 128
131 Bab 129
132 Bab 130
133 Bab 131
134 Bab 132
135 Bab 133
136 Bab 134
137 Bab 135
138 Bab 136
139 Bab 137
140 Bab 138
141 Bab 139
142 Bab 140
143 Bab 141
144 Bab 142
145 Bab 143
146 Bab 144
147 Bab 145
148 Bab 146
149 Bab 147
150 Bab 148
151 Bab 149
152 Bab 150
153 Bab 151
Episodes

Updated 153 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 71
73
Bab 71
74
Bab 72
75
Bab 73
76
Bab 74
77
Bab 75
78
Bab 76
79
Bab 77
80
Bab 78
81
Bab 79
82
Bab 80
83
Bab 81
84
Bab 82
85
Bab 83
86
Bab 84
87
Bab 85
88
Bab 86
89
Bab 87
90
Bab 88
91
Bab 89
92
Bab 90
93
Bab 91
94
Bab 92
95
Bab 93
96
Bab 94
97
Bab 95
98
Bab 96
99
Bab 97
100
Bab 98
101
Bab 99
102
Bab 100
103
Bab 101
104
Bab 102
105
Bab 103
106
Bab 104
107
Bab 105
108
Bab 106
109
Bab 107
110
Bab 108
111
Bab 109
112
Bab 110
113
Bab 111
114
Bab 112
115
Bab 113
116
Bab 114
117
Bab 115
118
Bab 116
119
Bab 117
120
Bab 118
121
Bab 119
122
Bab 120
123
Bab 121
124
Bab 122
125
Bab 123
126
Bab 124
127
Bab 125
128
Bab 126
129
Bab 127
130
Bab 128
131
Bab 129
132
Bab 130
133
Bab 131
134
Bab 132
135
Bab 133
136
Bab 134
137
Bab 135
138
Bab 136
139
Bab 137
140
Bab 138
141
Bab 139
142
Bab 140
143
Bab 141
144
Bab 142
145
Bab 143
146
Bab 144
147
Bab 145
148
Bab 146
149
Bab 147
150
Bab 148
151
Bab 149
152
Bab 150
153
Bab 151

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!