"Hanum... Hanum" pak Umar berteriak, pintu kamar Hanum tidak bisa dibuka
"ya Allah pak bagaimana ini" ibu Rosida mulai menangis
braaaakkk
braaaakkk
pak Umar beberapa kali mendobrak pintu kamar itu namun sama sekali tidak terbuka.
"ada apa nyonya, tuan...?" mbok Sari yang sudah tertidur langsung terbangun saat mendengar suara teriakan majikannya
"mbok, ada kunci serep kamar Hanum...?" pak Umar bertanya
"tidak ada tuan, ada apa sebenarnya" jawab mbok Sari
braaaakkk
braaaakkk
"ALLAHUAKBAR"
braaaakkk
pintu kamar terbuka seketika. di dalam kamar, tubuh Hanum terangkat ke atas dan bahkan kejang-kejang.
"Hanum, ya Allah nak... Hanum" ibu Rosida memeluk Hanum mencoba menurunkan Hanum namun tubuh Hanum sama sekali tidak bisa untuk di turunkan
"astaghfirullah, non Hanum" mbok Sari begitu kaget melihat anak majikannya seperti itu
pak Umar berlari kembali ke kamarnya, dia mencari sesuatu sebuah keris yang ia selipkan di tempat tidur. saat mengambil keris itu, sebuah tasbih jatuh dari atas meja, tasbih itu adalah tasbih milik pemuda yang hampir dirinya tabrak tadi pagi.
pak Umar mengambil tasbih itu dan kemudian berlari kembali ke kamar Hanum.
"pak, tolong anak kita pak" ibu Rosida histeris
pak Umar membaca sesuatu kemudian keris itu mengeluarkan cahaya putih. cahaya itu ia arahkan kepada Hanum, seketika tubuh Hanum berhenti kejang-kejang dan tubuhnya jatuh mendarat di atas kasur.
namun sayangnya semua itu belum berakhir, tiba-tiba saja Hanum teriak histeris. dirinya kepanasan bahwa yang ia rasakan tubuhnya seperti terbakar api.
"panas... panas" Hanum berguling-guling di atas kasur
ibu Rosida dan pak Umar tidak tau harus berbuat apalagi. bahkan mbok Sari mengambil kain basah kemudian diselimuti di tubuh Hanum namun tetap saja Hanum terus teriak kepanasan dan kesakitan.
"panas... panas"
"pak bagaimana ini"
dalam pikirannya yang kalut, pak Umar sadar dirinya sedang memegang tasbih. tanpa pikir panjang tasbih itu ia kalungkan di leher Hanum dan lambat laun Hanum mulai tidak merasakan panas dan tidak merasakan sakit lagi.
"ya Allah nak, malang sekali nasibmu" ibu Rosida memeluk dan Hanum dan menangis terisak
"h-haus bu" Hanum bersuara dengan sangat lirih
"biar saya ambilkan air" mbok Sari keluar dari kamar Hanum menuju dapur kemudian ia kembali lagi dengan segera air putih
"tunggu sebentar" pak Umar mengambil gelas itu
dirinya pun duduk bersila ke arah kiblat dan membacakan ayat kursi serta ayat-ayat lainnya kemudian ia berdiri dan duduk di samping Hanum.
"minumlah" pak Umar membantu Hanum untuk minum
Hanum meneguk air itu tanpa sisa, dirinya seperti seseorang yang berada di padang pasir dan menemukan air. tenggorokannya yang terasa kering kini kembali segar setelah dibasahi oleh air itu.
ibu Rosida menyalakan AC dan juga kipas angin karena Hanum merasa kepanasan. Setelah menyalakan kipas, kini Hanum lebih tenang dan bahkan karena lelah, dirinya langsung tertidur saat sejak tadi dirinya merasakan sakit yang luar biasa.
(tasbih itu sungguh luar biasa) batin pak Umar
(kalau tasbih ini milik pemuda itu, berarti pemuda itu mempunyai ilmu sakti yang tidak dimiliki banyak orang. dimana aku harus mencari pemuda itu)
malam itu pak Umar dan ibu Rosida menemani Hanum di dalam kamarnya, mereka tidur di kamar itu jangan sampai kejadian tadi terulang lagi.
sebelum tidur, pak Umar membaca ayat-ayat yang ia ketahui di sebuah mangkuk yang berisi air kemudian tasbih tadi ia celupkan ke mangkuk tersebut. setelah itu, air itu ia percikan di setiap sudut kamar berharap agar sihir yang dikirimkan untuk mereka, akan dihalangi oleh dinding dari ayat-ayat itu dengan izin yang Maha Kuasa. setelah melakukan hal itu, pak Umar kembali mengalungkan tasbih tadi di leher Hanum.
namun rupanya ada sebuah nama yang tertulis di tasbih itu, beberapa butirnya terdapat huruf yang ternyata adalah sebuah nama seseorang.
"Fatahillah" pak Umar membaca nama tersebut
"apakah ini nama pemuda itu" ucapnya
pak Umar begitu yakin kalau tulisan itu adalah sebuah nama dan pastinya itu adalah nama dari pemilik tasbih tersebut.
ibu Rosida telah terlelap di samping Hanum. setelah memperbaiki selimut anak dan istrinya, pak Umar melangkah ke sofa dan menjatuhkan dirinya di sana hingga kemudian ia terlelap tidur.
selesai sholat subuh, ponsel Hasan bergetar. ia yang sedang mengaji segera mengakhiri dan mengambil ponselnya, rupanya paman Odir yang menghubunginya.
Hasan
(halo, assalamualaikum paman)
paman Odir
(wa alaikumsalam San. paman ingin memberitahukan sesuatu)
Hasan
(tentang yang kemarin kan paman)
paman Odir
(iya, paman sudah mencari alamat dari orang tersebut. namanya adalah kiyai Zulkarnain, dia tinggal di desa Malanda sekarang, di desa yang jauh dari desa lainnya di bawah kaki pegunungan Sangiran)
Hasan
(gunung Sangiran...?itu jauh sekali paman)
paman Odir
(memang di situ dia tinggal, sekarang terserah kamu apakah masih ingin ke sana untuk mengobati teman mu atau mencari orang lain. kalau kalian bersedia pergi maka paman akan menemani kalian, kebetulan paman dekat dengan beliau)
Hasan
(aku akan beritahu dulu pak Umar paman, tapi sepertinya sejauh apapun itu, pak Umar pasti akan setuju)
paman Odir
(ya sudah, hubungi paman jika bos mu itu bersedia)
Hasan
(tentu paman, akan aku hubungi nanti)
Hasan kemudian menghubungi pak Umar untuk memberitahu bahwa dia sudah menemukan seseorang yang dapat menyembuhkan Hanum. namun sampai dua kali panggilan, pak Umar tidak mengangkat panggilannya. Hasan tidak lagi menghubungi karena jika seseorang dihubungi setelah dua kali tidak diangkat itu berarti orang tersebut sedang sibuk atau sedang tidak ingin diganggu.
Hasan menyimpan ponselnya di atas meja kemudian membuka pakaian sholatnya untuk membersihkan diri karena akan ke kantor pagi nanti. biarlah nanti di kantor saja dirinya akan memberitahu kepada pak Umar bahwa orang yang mereka cari untuk menyembuhkan Hanum telah ia temukan.
"kenapa pak Umar belum datang juga ya" Hasan mengetuk-ngetuk mejanya sendiri
"aku telpon lagi, mungkin kali ini akan diangkat"
Hasan mengambil ponselnya dan mencari nomor bosnya itu kemudian menekan melakukan panggilan.
panggilan terhubung
Hasan
(assalamualaikum pak, bapak dimana sekarang)
pak Umar
(di rumah San, badan Hanum tiba-tiba panas tinggi, sepertinya saya tidak bisa ke kantor hari ini)
Hasan
(tidak perlu cemas dengan pekerjaan pak, biar nanti saya yang handel di sini. saya akan ke rumah bapak setelah pulang kantor nanti, ada yang harus saya beritahu mengenai seseorang yang dapat menyembuhkan penyakit Hanum)
pak Umar
(kamu sudah menemukan orangnya...?)
Hasan
(sudah pak, dia...)
pak Umar
(kamu ke sini sekarang, saya tunggu di rumah. urusan pekerjaan serahkan kepada Fauzan) Fauzan adalah orang kedua kepercayaan pak Umar setelah Hasan
Hasan
(baik pak, saya ke sana sekarang)
setelah mematikan panggilan, Hasan mencari Fauzan. dia langsung menuju ke ruangan laki-laki itu.
"Zan" panggil Hasan setelah membuka pintu
"ada apa San, wajahmu terlihat tegang seperti itu...?" Fauzan bertanya, dia menutup map yang sedang diperiksanya tadi
"aku harus ke rumah pak Umar, dia meminta ku ke sana sekarang. tolong kamu handel perusahaan dulu ya, itu pesan pak Umar"
"memangnya ada apa, apa ada masalah...?" tanya Fauzan
"anaknya demam tinggi"
"apa sampai sekarang belum ada perubahan dengan penyakitnya itu...?"
"belum, maka dari itu aku pulang untuk mencarikan solusi terbaik. tolong ya Zan, kalau kami pergi beberapa hari, kamu handel perusahaan dengan baik. pak Umar sangat percaya padamu"
"tenang saja San, aku akan melakukan yang terbaik"
"kalau begitu aku pergi dulu" Hasan keluar dari ruangan Fauzan
dia langsung menuju mobilnya dan meninggalkan perusahaan besar itu yang berdiri dari hasil keringat pak Umar sendiri. saat meninggalkan perusahaan, ada mobil lain yang mengikuti mobil Hasan.
tadinya Hasan tidak begitu memperhatikan namun kemudian dia menyadari kalau dirinya sejak tadi diikuti oleh mobil hitam.
"cari masalah saja" ucap Hasan memperhatikan mobil itu di kaca depan dalam mobilnya
Hasan mempercepat laju kendaraannya dan saat itu juga mobil yang mengikutinya melaju kencang menyusul mobil Hasan.
di tempat lain, seorang laki-laki sedang memijit kaki ibunya. wanita yang sudah tidak muda lagi namun masih terlihat cantik, duduk di kursi kayu dan laki-laki itu duduk di lantai sambil memijit kaki ibunya.
"sudah nak, ibu sudah jauh lebih baik setelah kamu pijit" wanita itu menarik kakinya dari paha anaknya
laki-laki itu kemudian berpindah tempat duduk ke kursi kayu dekat dengan ibunya.
"hari ini Fatah gajian. ibu mau Fatah belikan apa...?" tanya laki-laki yang bernama Fatah itu, nama lengkapnya adalah Fatahillah Malik
Fatahillah hidup berdua saja dengan sang ibu, menurut cerita ibunya, ayahnya meninggal sewaktu dirinya baru saja dilahirkan. sang ibu tidak menikah lagi dan lebih memilih mengurus Fatahillah sampai dewasa. Fatahillah bahkan pernah di masukkan ke pesantren, namun karena tidak sanggup hidup berjauhan dengan sang ibu, akhirnya Fatahillah membuat ulah dan dikeluarkan dari pesantren.
sang ibu sempat kecewa kepada putranya itu, dia ingin anaknya mendalami ilmu agama namun nyatanya Fatahillah malah ingin keluar dan benar-benar dikeluarkan.
sang ibu bahkan tidak menegur Fatahillah sejak seminggu, itu membuat Fatahillah sangat merasa bersalah.
"Bu, Fatah janji akan menjadi seperti yang ibu inginkan mendalami ilmu agama tapi bukan di dalam pesantren dan jauh dari ibu. masih banyak tempat untuk belajar ilmu agama Bu, meskipun bukan di pesantren"
"Fatah tidak bisa jauh dari ibu, maafin Fatah bu, maafin Fatah" Fatahillah menangis sesenggukan dan bersimpuh di kaki ibunya
melihat anaknya yang merasa sangat bersalah, hati wanita itu luluh dan memeluk anaknya. kini anak yang ia besarkan itu benar-benar seperti keinginannya, berbakti kepadanya dan menjadi anak yang soleh.
"ibu tidak ingin apa-apa, cukup melihat kamu sehat dan tetap bersama ibu, itu sudah lebih dari cukup" wanita itu tersenyum lembut ke arah anaknya
Fatahillah mengambil tangan ibunya dan menciumnya beberapa kali kemudian membawa sang ibu kedalam pelukannya.
"jadi kapan kamu akan memperkenalkan calon istrimu kepada ibu"
mendengar pertanyaan sang ibu, Fatahillah melepas pelukannya dan menatap sendu wajah yang sudah tidak muda lagi seperti dulu. garis kerutan sudah terlihat jelas namun tetap saja pancaran kecantikan wanita itu masih tetap ada.
"Fatah masih ingin terus bersama ibu" ucapnya lembut
"kamu tidak berniat untuk menikah, umur kamu sudah cukup matang untuk berkeluarga"
"mau membangun rumah tangga dengan siapa, calonnya saja belum ada"
"apa kamu tidak tertarik kepada Anita, dia cantik dan alhamdulilah Solehah"
"ibu sudah ingin nimang cucu loh nak"
"in shaa Allah kalau sudah ada jodoh, Fatah pasti menikah. ibu yang sabar ya" Fatahillah mengelus lembut lengan sang ibu
"sekarang ibu istrahat ya, Fatah mau memasak dulu"
"tidak ada lagi bahan-bahan untuk dimasak nak, sebaiknya kamu ke pasar dulu untuk membeli bahan makanan. tunggu sebentar ibu ambilkan dulu uangnya" wanita itu hendak berdiri namun di tahan oleh Fatahillah
"tidak usah bu, pakai uang Fatah saja. kalau begitu Fatah pergi ke pasar dulu ya" Fatahillah mencium tangan ibunya dan keluar dari rumah
sementara itu, Hasan masih saling mengejar dengan mobil hitam yang terus mengikutinya. dia pun menginjak rem dan menghalangi mobil itu. tidak ingin menabrak, mobil tersebut berbelok ke kanan dan menabrak pohon besar di sekitar itu.
braaaakkk
mobil hitam itu ringsek seketika dibagian depan. tidak ingin kehilangan kesempatan, Hasan langsung tancap gas meninggalkan tempat itu, sementara orang-orang yang berada di mobil itu keluar dalam keadaan tidak baik-baik saja.
"kurang ajar, beraninya dia mengerjai kita" seseorang mengumpat dengan kesal
drrrttt... drrrttt
Hasan
(halo pak)
pak Umar
(kamu dimana San, kenapa lama sekali)
Hasan
(maaf pak, sebentar lagi aku sampai. tadi ada gangguan sedikit di jalan)
pak Umar
(ya sudah, berhati-hatilah)
"Hasan belum juga sampai ya pak...?" tanya ibu Rosida setelah suaminya mematikan panggilan
"sementara di jalan bu" pak Umar mendekati Hanum
"tahanlah sedikit lagi nak, bapak akan membawamu untuk berobat kepada seseorang yang dapat menyembuhkan sakit mu" air mata pak Umar tidak bisa dibendung lagi melihat anaknya yang menggigil kedinginan namun diluar badannya terasa sangat panas
(Allah, apa yang harus aku lakukan) pak Umar memeluk anaknya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
warkop Teteh kuningan
ini masuk pondok umur brapa yah???kok tau² dewasa katanya sbntar,,,gak mungkin bikin ulah udah dewasa kan
2023-11-06
2
Iis Isas
Semoga Hanum berjodo ya dengan Fatahillah
2023-07-22
0
pauzi aja
lanjut
2023-05-03
1