"jangan bercanda nak Fatah, jelas-jelas kini Hasan sudah tidak bernyawa itu artinya dia sudah meninggal" pak Odir menganggap Fatahillah hanya membual
"saya tidak bercanda pak. untuk apa saya bercanda dalam keadaan serius seperti ini. yang saya katakan memang seperti itu. coba pegang tangan Hasan, tangannya masih hangat tidak dingin seperti mayat yang memang sudah meninggal" Fatahillah mengambil tangan pak Odir dan menyimpannya di atas tangan Hasan
" bagaimana pak...?" tanya Fatahillah
"hangat, tidak dingin" jawab pak Odir setelah memegang tangan Hasan
Fauzan dan pak Umar pun melakukan hal sama, mereka juga merasakan tangan Hasan hangat bukan dingin seperti mayat pada umumnya.
"aneh" ucap pak Umar
"jiwanya ditarik keluar, memang dokter akan menduga kalau dia sudah meninggal tapi saya merasakan kalau Hasan belum meninggal. hanya saja jiwanya tidak ada lagi di dalam raganya" Fatahillah memberitahu
"hal ini dapat mengakibatkan tubuh Hasan tidak akan merespon lagi alat-alat medis yang ditempel di seluruh tubuhnya. nafasnya akan berhenti, jantungnya tidak akan berjalan normal lagi. itulah mengapa dokter mengatakan kalau dia telah meninggal"
"kenapa bisa kamu tau hal semacam itu Fatahillah" pak Umar menatap serius pemuda itu
"bagaimana kami bisa percaya kalau Hasan belum meninggal. ini sungguh tidak masuk akal" timpal pak Odir
"memang terdengar tidak masuk akal, tapi hal itu sering terjadi. namanya adalah lepas raga. jiwa kita keluar meninggalkan tubuh kita. seperti halnya orang meninggal hanya saja keadaan Hasan saat ini, tubuhnya hangat tidak terasa dingin" ucap Fauzan
"jadi sekarang intinya Hasan masih hidup...?" tanya pak Umar
"iya, sepertinya seseorang menarik paksa jiwa Hasan untuk meninggalkan tubuhnya. saya sangat yakin jiwa Hasan ada di suatu tempat" jawab Fatahillah
pembicaraan mereka terhenti, beberapa perawat laki-laki datang mengurus mayat Hasan untuk dipulangkan oleh keluarganya.
"apa yang harus kita lakukan Fatah. saya percayakan semua padamu karena saya sudah tidak meragukan kemampuan mu" pak Umar sangat berharap Fatahillah dapat menolong Hasan untuk kedua kalinya
"kita bicarakan saja nanti pak. kalian silahkan duluan pulang bersama mayat Hasan, saya harus melihat keadaan ibuku terlebih dahulu"
"ibumu sakit...?"
"iya pak, demam berdarah"
"jadi kamu tidak akan ikut pulang bersama kami...?"
"saya tidak mungkin meninggalkan ibu saya begitu saja pak. maaf saya tidak bisa ikut bersama kalian. tapi bukan berarti saya akan membiarkan Hasan seperti itu. pulanglah, tapi jangan bawa Hasan dengan mobil ambulan, pakai mobil Fauzan. saat tiba di rumah, baringkan Hasan di dalam kamar. saya akan ke sana setelah kondisi ibu saya memungkinkan"
"baiklah kalau begitu, kami tunggu kamu datang. saya akan menunggu kamu datang" pak Umar menaruh harapan kepada Fatahillah
"in shaa Allah pak" Fatahillah mengangguk
pengurusan mayat Hasan telah selesai. Fauzan memberitahu pihak rumah sakit bahwa mayat Hasan akan dibawa menggunakan mobil pribadi dan pihak rumah sakit tidak menghalangi niat mereka itu.
Hasan di keluarkan dari mobil ambulan, masih menggunakan pakaian rumah sakit. Fatahillah memberitahu perawat yang mengurus Hasan agar jangan melepas pakaian pemuda itu karena bagaimanapun bagi Fatahillah, Hasan belumlah meninggal.
setelah masuk ke dalam mobil, pak Odir menjadikan olahan sebagai bantal untuk kepala Hasan.
"kami akan menunggumu datang Fatah" ucap pak Umar
"in shaa Allah pak, hati-hati di jalan" jawab Fatahillah
pak Umar masuk di kursi samping kemudi, sementara itu Fauzan mendekat Fatahillah.
"kami pergi dulu" pamit Fauzan
"iya, hati-hati" Fatahillah mengangguk
setelah Fauzan masuk ke dalam mobil, mobil itu perlahan bergerak dan meninggalkan rumah sakit. Fatahillah masih berdiri di tempatnya hingga mobil Fauzan tidak terlihat lagi.
Fatahillah segera kembali masuk ke dalam rumah sakit, ia melangkah ke kamar rawat ibunya. saat tiba, seorang suster sedang mengajak berbincang sang ibu dengan hangat.
"sudah selesai urusanmu nak...?" tanya ibu Khadijah, ibu Fatahillah
"sudah bu, bagaimana kondisi ibu. ada yang sakit...?" Fatahillah mendekati ibunya
"tidak, hanya lemas dan panas saja" jawab ibu Khadijah
"terimakasih banyak suster sudah menemani ibu saya" Fatahillah beralih melihat suster itu
"sama-sama pak, kalau begitu saya permisi dulu"
"suster Fatin" ibu Khadijah memanggil wanita itu saat akan membuka pintu
"iya bu, ibu perlu sesuatu...?" suster Fatin menahan tangan untuk membuka pintu dan berbalik kembali
"terimakasih makanannya" ibu Khadijah tersenyum lembut
"sama-sama bu, kalau ibu mau lagi akan saya bikinkan besok"
"apa tidak merepotkan...?"
"kenapa harus merepotkan, malah saya senang ada yang menyukai masakan saya. mau saya buatkan besok...?"
"kalau suster tidak keberatan saya dengan senang hati mengiyakan"
"baiklah, akan saya bawakan lagi besok. ibu Khadijah istrahat saja kalau begitu, saya permisi" suster Fatin melihat Fatahillah dan tersenyum kemudian membuka pintu dan keluar dari ruangan itu
"ibu habis makan...?" Fatahillah bertanya dan duduk di kursi samping ranjang ibunya
"iya, suster Fatin memberikan makanannya untuk ibu" ibu Khadijah menjawab
"ibu sepertinya akrab dengan suster tadi"
"memang apa salahnya kalau kami saling akrab, tidak akan ada yang marah juga"
"ibu mau tidur lagi" ibu Khadijah akan berbaring dan Fatahillah membantunya
"tidurlah, Fatah jagain ibu sampai bangun lagi" ucap Fatahillah dan ibu Khadijah mengangguk
Fatahillah menatap wajah ibunya, wanita yang dengan rela melakukan apapun untuk kebahagiaannya. meski usia yang sudah tidak muda lagi, pancaran kecantikan ibu Khadijah masih terlihat begitu jelas. aura wajahnya begitu teduh dan adem jika di pandang. hanya ibunya yang ia punya saat ini, ibunya adalah hidup dan mati Fatahillah.
sementara di dalam perjalanan, mobil Fauzan terus melaju dengan kecepatan sedang. saat itu sudah pukul 11 malam, satu jam lagi memasuki pertengah malam.
"kita singgah di pom bensin dulu ya pak" ucap Fauzan
"memangnya masih ada yang buka jam begini...?" tanya pak Umar
"ada, buka 24 jam di depan sana" Fauzan menjawab dengan mata fokus ke depan
hingga tidak lama mereka tiba di tempat tujuan. Fauzan segera keluar dari mobil begitu juga dengan pak Umar. pria baya itu ingin pergi ke toilet sedang Fauzan mengisi tangki mobilnya.
pak Odir sudah terlelap di kabin tengah, pria baya itu sepertinya kelelahan. Hasan masih berada di pangkuannya. setelah mengisi makanan untuk mobilnya, Fauzan segera membayar dan masuk ke dalam mobil. ia akan menunggu pak Umar di depan.
Fauzan melihat ponselnya pukul 23.20. sesekali ia menguap. tidak bisa dipungkiri Fauzan begitu mengantuk namun tidak mungkin dirinya akan tidur. ia harus menahan kantuk sampai mereka tiba di rumah bosnya.
"jalan Zan" pak Umar telah masuk ke dalam mobil
mobil hitam itu kembali bergerak untuk melanjutkan perjalanan.
"kalau kamu mengantuk biar saya yang menyetir Zan" pak Umar berucap saat melihat Fauzan beberapakali menguap
"tidak usah pak. saya masih bisa" jawab Fauzan membuka matanya lebar-lebar
rupanya malam itu ada yang mengikuti mobil mereka tanpa mereka ketahui. mobil hitam yang ada di belakang mereka, langsung tancap gas dan menghadap mobil Fauzan.
ciiiiiit
buuuk
buuuk
buuuk
"astaghfirullah"
pak Odir yang tiba-tiba terbentur di kaca mobil langsung kaget dan bangun seketika. Fauzan terbentur stir mobilnya sedang pak Umar pun sama. tubuh Hasan untungnya langsung sigap ditangkap oleh pak Odir.
"kenapa Zan, kok malah rem mendadak...?" pak Odir bertanya
"ada yang menghadang kita pak" jawab Fauzan
dari mobil hitam di depan mereka, keluarlah sepuluh orang yang berpakaian ninja dan memegang pedang samurai yang tajam mengkilap.
"mereka lagi. apa sih sebenarnya yang mereka mau" pak Umar begitu geram, para ninja itu kini kembali menyerangnya
"pernah berhadap dengan mereka pak...?" tanya Fauzan
"pernah dan untungnya waktu itu ada Fatahillah" jawab pak Umar
tok... tok
"keluar woi" beberapa orang datang mengetuk kaca mobil
"kurang kerjaan sekali mereka ini" pak Odir menggerutu di dalam mobil
"woi keluar, atau kami pecahin kaca mobilnya" mereka mulai tidak sabar untuk menyerang
Fauzan melepas sabuk pengaman dan menghela nafas kemudian melihat ke arah pak Umar dan pak Odir bergantian.
"saya akan keluar, bapak dan pak Odir tetap di dalam. kunci mobilnya dari dalam pak" Fauzan akan menghadapi mereka sendiri
"jangan Zan, bisa mati kamu dikeroyok mereka, apalagi mereka membawa pedang tajam" pak Umar menahan Fauzan. kali ini yang dirasakan pria baya itu seperti Dejavu, saat bersama dengan Fatahillah
"tenang pak in shaa Allah, Allah melindungi kita. bapak kan tau kalau saya jago beladiri"
"biarpun jago beladiri kalau kamu menghadapi mereka dengan tangan kosong, kamu bisa celaka Zan"
"saya akan ikut keluar. bapak dan Hasan tetap di dalam. saya dan Fauzan akan menghadapi mereka" ucap pak Odir
pak Umar langsung menoleh ke arah pak Odir saat pria itu berkata akan keluar bersama Fauzan.
"bahaya pak, kita tetap di dalam mobil saja"
"sama saja pak, di dalam mobil atau di luar, mereka tetap akan melakukan kekerasan kepada kita. sebaiknya melawan daripada hanya diam. saya keluar" Fauzan langsung membuka pintu
pak Umar tidak bisa berkata-kata, pak Odir pun meletakkan kepala Hasan dengan hati-hati dan ia keluar menyusul Fauzan.
"apa kalian buta kalau kalian menghalangi jalan kami" Fauzan bersikap tenang dan bersidekap
"jangan banyak bicara. keluarkan bos mu sekarang juga" rupanya mereka mengincar pak Umar
"bos saya sedang sibuk lagipula orang-orang seperti kalian bukan level bos saya untuk bertemu dengannya"
"berani juga kamu ya"
"sikat sajalah"
pak Odir dan Fauzan mulai mengambil kuda-kuda bersiap melawan para ninja itu.
"bunuh mereka"
pertarungan tidak dapat dihindari, pak Odir dan Fauzan menghadapi sepuluh ninja itu. masing-masing dari keduanya melawan lima ninja.
buaaaak
buaaaak
kraaaak
"aaaaagghhh"
Fauzan mematahkan salah satu ninja yang yang ingin menebas punggungnya dengan samurai.
ninja itu teriak kesakitan di gelapnya malam yang sunyi di sekitar itu. Fauzan menendangnya dan ninja itu tersungkur di depan teman-temannya.
"kurang ajar"
empat orang ninja kembali menyerang Fauzan. pemuda itu mengambil samurai ninja yang ia patahkan lengannya tadi. bunyi adu samurai yang saling bersentuhan begitu jelas terdengar di telinga.
sreeet
sreeet
"aaaggghh"
Fauzan berhasil melumpuhkan lagi satu lawannya. ia menebas punggung lawan dengan samurai yang dipegangnya. dua lawannya telah tumbang kini tersisa tiga orang lagi.
sementara itu pak Odir dengan lihai menangkis setiap serangan yang dilayangkan oleh lawannya. ternyata umur tidak membuat pria baya itu terlihat lemah. bahkan pria baya itu memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.
jebret
buaaaak
tendangan dan pukulan ia layangkan kepada lawannya. bahkan dengan tangan kosong saja, pak Odir dapat menumbangkan tiga orang lawannya. kini yang ia harus hadapi tersisa dua ninja lagi.
pak Umar yang menyaksikan di dalam mobil begitu terkesiap dengan perlawanan pak Odir dan Fauzan. menurut pak Umar, Fauzan tidak kalah jago dari Fatahillah. mereka sama-sama mempunyai ilmu beladiri. bahkan kini pak Umar dapat melihat dengan mata kepalanya sendiri, Fauzan tanpa menyentuh lawannya, dua orang ninja yang akan menyerangnya tergeletak begitu saja di tanah dengan mulut yang mengeluarkan darah.
"apa Fauzan mempunyai ilmu sakti seperti Fatahillah...? kenapa saya tidak tau" pak Umar memperhatikan Fauzan
satu ninja yang berisap untuk dilawan oleh Fauzan. melihat keempat temannya sudah tidak bernyawa, ninja yang satunya itu mulai ragu untuk maju menyerang Fauzan.
"kenapa, apa sekarang kamu takut...?" Fauzan mengejek
"lihat, bahkan bapak-bapak itu sudah menghabisi semua teman-teman mu" Fauzan melihat pak Odir telah selesai dengan tugasnya
"sekarang giliran mu untuk menyusul teman-teman mu" Fauzan menyeringai membuat ninja itu mulai ketakutan
segera ninja itu berlari masuk ke dalam mobilnya dan meninggalkan tempat itu. ia melarikan diri sementara kesembilan temannya sudah terkapar dengan nafas yang sudah dicabut oleh malaikat maut.
"kenapa kamu membiarkannya lolos Zan...?" tanya pak Odir
"biar saja pak. pasti dia akan melapor kepada bosnya. saya sengaja, agar siapapun yang menyuruh mereka akan berpikir bahwa lawan mereka bukan orang yang mudah digertak dengan samurai" Fauzan menjawab
mereka masuk kembali ke dalam mobil. pak Umar yang tadinya tegang kini sudah mulai bernafas lega.
"syukurlah kalian mengalahkan mereka. saya pikir tadi kita akan berakhir malam ini" ucap pak Umar
"mereka mengincar bapak" ucap Fauzan
"saya juga tidak tau kenapa para ninja itu mengincar saya. siapa sebenarnya yang menyuruh mereka, saya pun tidak tau. sudah dua kali dan untungnya waktu itu ada Fatahillah dan sekarang ada kalian. entah apa yang akan terjadi kepada saya jika kalian tidak ada"
"bapak harus waspada mulai sekarang, bisa saja akan ada penyerangan ketiga" timpal pak Odir
"iya, kamu benar pak Odir. saya memang harus waspada dan berhati-hati" jawab pak Umar
"lalu bagaimana dengan mayat mereka sekarang...?" tanya pak Odir
"biarkan saja pak, itu bukan urusan kita. asal bukan di lingkungan kediaman kita, kita tidak perlu mengurus jasad mereka" jawab Fauzan
Fauzan menyalakan mobilnya dan meninggalkan tempat itu. malam itu bukanlah akhir dari segalanya, entah apa yang akan mereka hadapi selanjutnya. namun yang pasti, masalah demi masalah akan mereka hadapi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Sogol Shinko
koq curiga Fauzan dalangnya ya
2024-01-26
0
Abel Assirbuniii
emg g ad polisi yh...
2023-11-20
0
Mala Sari
asa setiap naik mobill ada yg nyelakainnn . ga kelar2 auto trauma naik mobilll
2023-11-07
2