Bab 13

"syukurlah kamu baik-baik saja, kami cemas memikirkan dirimu yang sudah tiga hari tidak keluar kamar" pak Umar memeluk erat Fatahillah seperti anaknya sendiri

"jadi saya sudah pergi selama tiga hari...?" Fatahillah bertanya

"iya, kami bahkan hampir akan masuk ke dalam namun teringat dengan pesan yang kamu katakan, akhirnya kami mengurungkan niat" pak Umar melepas pelukannya

(ternyata lama juga aku pergi) batin Fatahillah

Fatahillah tidaklah kaget mendengar dirinya berada di dunia gaib selama tiga hari. hal seperti itu adalah pengetahuannya umum baginya, bukan hal yang baru.

"Fatah, kamu sudah keluar...?" pak Odir yang baru saja keluar dari kamarnya langsung menghampiri mereka

"iya pak" jawab Fatahillah

"lalu bagaimana dengan Hasan, kamu berhasil membawanya pulang kan" tanya pak Odir lagi

"sebaiknya hubungi dokter untuk memeriksa Hasan" ucap Fatahillah

"Zan, hubungi dokter Yusuf" pak Umar memerintahkan Fauzan untuk menghubungi dokter pribadi mereka

"baik pak" segera Fauzan menghubungi dokter Yusuf

setelah menghubungi dokter Yusuf, Fauzan memberitahu pak Umar bahwa dokter Yusuf akan segera datang. pak Odir tetap menempatkan Hasan di dalam sedangkan yang lain keluar dari kamar. di depan kamar Hasan, Fatahillah meminta izin untuk pulang.

"kalau begitu saya pamit dulu pak, saya ingin melihat ibu saya di rumah sakit" ucap Fatahillah

"nak Fatah, ibu ingin bicara penting denganmu" ucap ibu Rosida

"bu jangan menahan Fatahillah, kasian ibunya yang sudah menunggu dirinya selama tiga hari. ibunya pasti khawatir. ibu bisa bicara nanti setelah Fatahillah kembali lagi ke sini" pak Umar berbicara lembut kepada istrinya

"tapi pak"

"bu" pak Umar menegur dengan lembut namun terdengar tegas

"baiklah" ibu Rosida akhirnya mengalah

"saya akan ke sini lagi nanti bu, in shaa Allah. setelah saya kembali, ibu bisa berbicara hal penting itu kepada saya" Fatahillah mencoba melapangkan hati ibu Rosida

ibu Rosida mengangguk, setelah mendengar ucapan Fatahillah.

"Zan, tolong antar Fatahillah ke rumah sakit" perintah pak Umar kepada Fauzan

"baik pak. mari mas, saya antar" ucap Fauzan

Fatahillah mengangguk dan kembali berpamitan pada pak Umar dan ibu Rosida. ternyata di depan, mereka bertemu dengan dengan dokter Yusuf yang baru saja tiba.

"loh Fatah, kamu di sini...?" Yusuf yang ternyata mengenal Fatahillah langsung langsung menyapa

"aku pikir tadi yang dimaksud pak Umar untuk menghubungi dokter Yusuf bukan kamu cup, ternyata dirimu" Fatahillah memeluk Yusuf

"dokter kenal sama Fatahillah...?" tanya Fauzan

"bukan kenal lagi Zan, kami memang sohib dari dulu" Yusuf merangkul bahu Fatahillah

"oooh" Fauzan manggut-manggut

"eh tapi ngomong-ngomong kamu ngapain di sini Fatah...?" Yusuf kembali bertanya karena belum mendapat jawaban dari pertanyaannya

"aku ada urusan di sini" jawab Fatahillah

Yusuf mengangkat satu alisnya, ia belum puas dengan jawaban yang diutarakan oleh Fatahillah.

"akan aku ceritakan nanti, sebaiknya kamu masuk dan periksa pasienmu" Fatahillah tau kalau Yusuf meminta jawaban yang lebih

"kamu sudah mau pulang, cepat sekali. disini saja dulu, kita sudah lama tidak bertemu" ucap Yusuf

"baru juga seminggu" timpal Fatahillah

"bagiku itu sudah setahun" Yusuf menggoda

"ck, aku masih normal ya cup" Fatahillah mendelik dan seketika Yusuf terkekeh

"kalau begitu setelah dari sini aku akan ke rumahmu"

"aku tidak pulang ke rumah Yus, aku ke rumah sakit. ibu sakit demam berdarah"

"astaghfirullah, kamu kenapa tidak memberitahuku"

"ya aku pikir kamu masih mengisi seminar di luar kota"

"ya sudah kalian duluan saja biar nanti aku menyusul" ucap Yusuf

mereka berpisah ke tujuan masing-masing. Fatahillah dan Fauzan ke rumah sakit sementara Yusuf masuk ke dalam rumah untuk memeriksa Hasan.

diperjalanan Fauzan menanyakan sesuatu kepada Fatahillah.

"mas Fatah, boleh saya bertanya...?" Fauzan melirik sekilas Fatahillah kemudian kembali fokus menyetir

"tentu boleh mas, mau tanya apa...?" ucap Fatahillah

"dari pertama kita bertemu, aku merasa mas ini memiliki kemampuan gaib. apakah tebakanku benar...? maaf kalau saya lancang"

"tidak apa-apa mas, itu bukanlah sebuah kelancangan" jawab Fatahillah

"saya memang mempunyai ilmu gaib seperti yang mas Fauzan pikirkan. namun tidak sehebat apa yang mas pikirkan lagi. ilmu saya hanya sebatas ujung kuku" Fatahillah merendah padahal sebenarnya separuh dari ilmu yang dimiliki oleh gurunya telah ia kuasai.

nama kakek Halim begitu terkenal di penjuru dunia ilmu pergaiban. laki-laki yang sudah berumur 60 tahun itu, memiliki kesaktian diatas mereka yang juga memiliki ilmu sihir. hanya satu orang yang ia terima menjadi muridnya yaitu Fatahillah Malik.

"sudah saya duga" Fauzan tersenyum mendengar jawaban dari Fatahillah

"kini bolehkah saya bertanya...?" ucap Fatahillah

"silahkan mas. kalau saya bisa jawab, tentu saya akan menjawabnya" jawab Fauzan

"apakah mas tau tentang latar belakang keluarga pak Umar...?" tanya Fatahillah

mendengar pertanyaan itu, Fauzi melirik sekilas ke arah Fatahillah kemudian kembali fokus menyetir.

"maaf mas saya tidak berniat jahat. hanya saja saya penasaran, apa yang dibuat oleh pak Umar sehingga ada orang yang menginginkan nyawanya. bahkan pernah kami dihadang oleh para ninja untuk membunuh pak Umar" Fatahillah menjelaskan maksud dari pertanyaan yang ia lontarkan

"saya juga tidak tau mas. untuk para ninja itu, kami pun bahkan pernah di serang saat sedang membawa Hasan pulang ke rumah. waktu itu untungnya ada pak Odir yang membantu ku. mereka juga mengincar pak Umar"

"pasti ada alasan kenapa para ninja itu disuruh untuk membunuh pak Umar. kita mungkin tidak tau tapi pak Umar jelas pasti tau"

"tapi pak Umar juga pernah mengatakan kalau dirinya tidak tau kenapa mereka ingin mencelakainya"

"apa iya dia tidak tau" gumam Fatahillah

percakapan mereka terhenti tatkala mobil putih milik Fauzan berhenti di depan rumah sakit.

"terimakasih mas" ucap Fatahillah

"sama-sama, tapi maaf saya tidak bisa ikut ke dalam karena harus kembali lagi ke rumah pak Umar" jawab Fauzan

"tidak apa-apa, kalau begitu mas Fauzan hati-hati di jalan"

Fauzan mengangguk dan tersenyum. setelahnya Fatahillah keluar dari mobil kemudian Fauzan menyalakan mobilnya meninggalkan rumah sakit.

dengan kaki panjangnya, Fatahillah melangkah cepat masuk ke lobi rumah sakit dan menuju tempat ruangan ibunya di rawat.

saat membuka pintu, pemandangan pertama yang Fatahillah lihat adalah seorang wanita yang memakai gamis dan jilbab panjang serta memakai cadar sedang menyuapi laki-laki baya yang sedang terbaring di ranjang. ketika pintu terbuka, yang berada di dalam ruangan itu refleks melihat ke arah pintu.

"ada apa mas...?" wanita itu bertanya kepada Fatahillah

Fatahillah menjadi bingung, bukankah itu kamar rawat ibunya lalu mengapa orang lain yang menempati, itulah yang ada dalam pikirannya.

"mas" panggil wanita itu lagi

"eh, maaf... sepertinya saya salah kamar" Fatahillah tersadar dan tersenyum ke arah kedua orang yang berada di dalam

namun saat dirinya menatap laki-laki yang terbaring di ranjang rumah sakit itu, Fatahillah melihat ada energi hitam yang menyelimuti laki-laki itu, ia dapat merasakannya.

"mohon maaf apakah saya bisa masuk...?" tanya Fatahillah dengan sopan

wanita bercadar itu menatap lekat Fatahillah. tau kalau dirinya sedang ditelisik, Fatahillah mengatakan maksud tujuannya bukan untuk berbuat jahat.

"silahkan" ucap wanita itu

Fatahillah menutup pintu dan mendekat ke arah ranjang. ia mendekat ke sisi kanan karena di sisi kiri adalah tempat wanita itu.

"dia ayah saya" wanita itu memperkenalkan laki-laki yang sedang ia rawat

laki-laki itu menatap Fatahillah dengan tatapan sendu. tubuhnya sulit untuk ia gerakkan, hanya matanya saja yang dapat ia tutup dan buka kembali.

"kalau boleh tau, beliau sakit apa...?" tanya Fatahillah

"entahlah, tiba-tiba saja ayah sudah seperti ini padahal kemarin dia masih sangat sehat dan baik-baik saja. namun setelah kami dari melakukan perjalanan jauh, seminggu setelah itu ayah sudah seperti ini" wanita itu menatap sedih ayahnya

Fatahillah memegang tangan laki-laki itu, terasa hangat dan tidak dingin. saat menyentuhnya, energi hitam itu mulai sangat terasa bahkan ia dapat merasakan energi Fatahillah tertarik olehnya.

"astagfirullahaladzim" Fatahillah respek menarik tangannya

"kenapa mas...?" wanita tadi yang fokus melihat apa yang dilakukan Fatahillah, bertanya

"maaf, apa boleh saya tau perjalanan jauh yang kalian tempuh itu darimana...?" Fatahillah menatap serius wanita bercadar itu

"kami dari menghadiri pernikahan sepupuku di kota Y" meski bingung kenapa Fatahillah menanyakan hal itu namun ia tetap menjawab pertanyaan Fatahillah

"di daerah mana...?"

"daerah Manggada desa Murhum"

" apakah sebelum ke tempat itu ayahmu baik-baik saja...?"

"iya, bahkan sangat terlihat bugar dan tidak ada tanda-tanda untuk dia sakit. di pernikahan pun ayah sangat bersamangat melihat kakak sepupuku menikah. namun seminggu setelah itu keadaan ayah menjadi seperti ini" wanita itu memegang tangan ayahnya dan menciumnya dengan kasih sayang

(dia terkena guna-guna, ini bukan sakit biasa) batin Fatahillah

"maaf kalau saya lancang dan mengatur namun sebaiknya kamu membawa ayahmu untuk diobati"

"saya datang kemari memang untuk berobat mas" wanita itu menatap heran Fatahillah

"maksud saya bukan diobati dengan cara medis namun...."

"di ruqiah maksudnya...?" tanya wanita itu dan Fatahillah mengangguk pelan

"apa maksudmu ayahku terkena guna-guna...?"

"itu yang saya rasakan saat menyentuhnya tadi"

"mas mempunyai penglihatan seperti itu...?"

"sedikit" lagi-lagi Fatahillah merendah

"cobalah untuk membawa beliau ke tempat orang yang bisa menyembuhkannya. kalau begitu saya permisi"

Fatahillah hendak keluar dari ruangan itu namun wanita itu menahannya dengan panggilan.

"tunggu mas"

Fatahillah berbalik dan menatap mata wanita itu yang memang hanya kedua matanya yang terlihat.

"ya" ucap Fatahillah

"kalau mas mengetahui ayahku diguna-guna, itu artinya mas juga mempunyai keahlian untuk menyembuhkan. saya minta tolong, tolong sembuhkan ayah saya. saya memang sudah curiga penyakit ayah bukan penyakit biasa. dia sering mengigau tidak jelas dan meminta tolong agar tidak disakiti padahal di dekatnya tidak ada siapa-siapa selain saya"

"tolong mas" wanita itu memohon

Fatahillah menarik nafas. sebenarnya dirinya sangat lelah, seharian bertarung untuk menyelamatkan Hasan yang ternyata dirinya sudah tiga hari berada di alam lain. ia ingin berisi sejenak namun hati nuraninya tidak tega melihat SEO wanita memohon kepadanya.

"saya tidak bisa melakukannya di sini, akan sangat beresiko. sebaiknya bawah pulang ayahmu dirumah"

"baiklah saya akan mengurus kepulangan ayah" wanita itu tersenyum lega dibalik cadarnya

"tapi maaf saya tidak bisa membantu sekarang, akan saya hubungi kamu jika saya sudah punya waktu luang. berikan nomormu padaku"

Fatahillah mengambil ponselnya untuk menyimpan nomor wanita itu. setelahnya ia keluar dari ruangan itu dan menghubungi ibu Fatimah untuk menanyakan ibunya.

Fatahillah

assalamualaikum bi

bibi Fatimah

wa alaikumsalam, Fatah kamu dimana, kenapa tidak pulang-pulang. kami mengkhawatirkan mu nak, ya Allah

Fatahillah

nanti Fatah jelasin bi. sekarang bibi lagi dimana, ibu dimana...?"

bibi Fatimah

dirumah, ibumu sudah pulang sejak kemarin sekarang kamu pulang, dia sangat khawatir padamu

Fatahillah

baik bi, Fatah pulang sekarang juga. assalamualaikum

bibi Fatimah

wa alaikumsalam

"siapa Fat...?" ibu Khadijah bertanya saat baru saja datang dari dapur

"itu tadi Fatah mbak, dia akan pulang" ibu Fatimah mendekat ibu Khadijah

"dia baik-baik saja kan...?"

"Alhamdulillah, dia baik-baik saja"

"kalau begitu aku harus masak, kasian dia pulang tapi tidak ada makanan"

"ya sudah, ayo aku bantu"

Fatahillah meninggalkan rumah sakit dan memesan taksi online. dirinya sudah tidak sabar ingin bertemu dengan ibunya. namun baru juga meninggalkan pekarangan rumah sakit, ponselnya berdering, Fauzan menghubunginya.

Fatahillah

assalamualaikum

Fauzan

Fatah, Hanum Fatah, Hanum

suara panik diujung telpon membuat Fatahillah kelimpungan.

Fatahillah

kenapa dengan Hanum mas

Fauzan

Hanum, disini

tuuuuuuut

belum Fauzan menjawab diujung sana, panggilan terputus begitu saja. hal itu membuat Fatahillah segera menyuruh sopir taksi untuk menuju ke arah rumah pak Umar.

dari suara Fauzan tadi dapat Fatahillah rasakan kalau terjadi sesuatu di sana.

"pak cepat pak"

"ini sudah cepat mas"

"lebih cepat lagi pak, ini menyangkut nyawa seseorang"

pak sopir yang mendengar itu langsung tancap gas melambung kendaraan yang lain. bahkan sebagian kendaraan mengumpat sumpah serapah karena taksi itu melaju begitu kencang dan menyelinap masuk di setiap kendaraan yang lain.

jarak yang harusnya ditempuh setengah jam kini hanya beberapa menit saja taksi warna kuning itu sudah terparkir di luar pagar rumah pak Umar.

"ini uangnya pak, terimakasih banyak"

Fatahillah tidak lagi menunggu jawaban dari supir taksi itu, ia langsung keluar dan berlari masuk ke dalam.

"pak Anto" Fatahillah memanggil satpam yang berjaga di depan namun laki-laki itu tidak menjawab dan hanya berdiam diri dengan tatapan kosong

Fatahillah menghampiri pak Anto, ia menggerakkan tangannya di depan wajah laki-laki itu namun sama sekali tidak bereaksi. Fatahillah juga menghampiri penjaga yang lain namun keadaan mereka sama seperti yang dialami pak Anto.

"mereka digendam" ucap Fatahillah

tanpa pikir panjang Fatahillah berlari untuk masuk ke dalam rumah namun dirinya terpental jauh dan bahkan menabrak pohon bonsai di halaman depan rumah.

"pagar gaib" gumamnya dan berusaha untuk bangun

"celaka, mereka dalam bahaya"

Terpopuler

Comments

sudin we

sudin we

cerita yg aneh,,,mau nolong ko di tunda"gimana kalo penyakitnya tambah parah,,hadeuuuh

2023-12-11

0

warkop Teteh kuningan

warkop Teteh kuningan

haduh sok bikin kejer kejer nih othor,,,ulah siapa yah rekan bisnis apa masih saudara pak Umar yg tidak senang dgn kejayaan nya

2023-11-07

1

Erna

Erna

ya ampun fatah,,,kasihan kamu,,,,blm istirahat dr bantu hasan sdh di adapi masala baru

2023-04-27

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 71
73 Bab 71
74 Bab 72
75 Bab 73
76 Bab 74
77 Bab 75
78 Bab 76
79 Bab 77
80 Bab 78
81 Bab 79
82 Bab 80
83 Bab 81
84 Bab 82
85 Bab 83
86 Bab 84
87 Bab 85
88 Bab 86
89 Bab 87
90 Bab 88
91 Bab 89
92 Bab 90
93 Bab 91
94 Bab 92
95 Bab 93
96 Bab 94
97 Bab 95
98 Bab 96
99 Bab 97
100 Bab 98
101 Bab 99
102 Bab 100
103 Bab 101
104 Bab 102
105 Bab 103
106 Bab 104
107 Bab 105
108 Bab 106
109 Bab 107
110 Bab 108
111 Bab 109
112 Bab 110
113 Bab 111
114 Bab 112
115 Bab 113
116 Bab 114
117 Bab 115
118 Bab 116
119 Bab 117
120 Bab 118
121 Bab 119
122 Bab 120
123 Bab 121
124 Bab 122
125 Bab 123
126 Bab 124
127 Bab 125
128 Bab 126
129 Bab 127
130 Bab 128
131 Bab 129
132 Bab 130
133 Bab 131
134 Bab 132
135 Bab 133
136 Bab 134
137 Bab 135
138 Bab 136
139 Bab 137
140 Bab 138
141 Bab 139
142 Bab 140
143 Bab 141
144 Bab 142
145 Bab 143
146 Bab 144
147 Bab 145
148 Bab 146
149 Bab 147
150 Bab 148
151 Bab 149
152 Bab 150
153 Bab 151
Episodes

Updated 153 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 71
73
Bab 71
74
Bab 72
75
Bab 73
76
Bab 74
77
Bab 75
78
Bab 76
79
Bab 77
80
Bab 78
81
Bab 79
82
Bab 80
83
Bab 81
84
Bab 82
85
Bab 83
86
Bab 84
87
Bab 85
88
Bab 86
89
Bab 87
90
Bab 88
91
Bab 89
92
Bab 90
93
Bab 91
94
Bab 92
95
Bab 93
96
Bab 94
97
Bab 95
98
Bab 96
99
Bab 97
100
Bab 98
101
Bab 99
102
Bab 100
103
Bab 101
104
Bab 102
105
Bab 103
106
Bab 104
107
Bab 105
108
Bab 106
109
Bab 107
110
Bab 108
111
Bab 109
112
Bab 110
113
Bab 111
114
Bab 112
115
Bab 113
116
Bab 114
117
Bab 115
118
Bab 116
119
Bab 117
120
Bab 118
121
Bab 119
122
Bab 120
123
Bab 121
124
Bab 122
125
Bab 123
126
Bab 124
127
Bab 125
128
Bab 126
129
Bab 127
130
Bab 128
131
Bab 129
132
Bab 130
133
Bab 131
134
Bab 132
135
Bab 133
136
Bab 134
137
Bab 135
138
Bab 136
139
Bab 137
140
Bab 138
141
Bab 139
142
Bab 140
143
Bab 141
144
Bab 142
145
Bab 143
146
Bab 144
147
Bab 145
148
Bab 146
149
Bab 147
150
Bab 148
151
Bab 149
152
Bab 150
153
Bab 151

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!