Menggapai Rasa Yang Tersisa
Deru mesin mobil memasuki halaman sebuah rumah mewah. Tampak seorang gadis cantik berpenampilan sederhana keluar dari sebuah mobil honda jazz. Mobil yang sangat sederhana jika dibandingkan dengan rumahnya yang super mewah.
“Assalamualaikum ,,,” Teriaknya menghampiri sang mama yang menyambutnya dengan senyuman lembut khas seorang ibu.
“Waalaikumsalam ,,, gimana ujian akhirnya sayang ?” Tanya Rani masih dengan senyumnya.
“Alhamdulillah berkat doa mama dan semuanya.”
“Sudah boleh kan kami membuka identitas, sayang ? Bentar lagi kamu akan jadi dokter, rasanya gak adil jika hanya Alisha yang dikenal oleh publik, padahal kamu adalah putri pertama kami dan calon pewaris perusahaan induk REKSA GROUP.”
Itulah Sheila gadis yang selalu tampil sederhana dengan segudang prestasi. Berbeda dengan sang adik yang kini masih sibuk berkutat dengan tugas-tugas kuliahnya. Walaupun mereka satu kampus namun Alisha tak secerdas Sheila yang mampu menyelesaikan studinya lebih cepat dari waktu yang ditentukan.
“Nantilah ma, semua akan ada waktunya. Sheila juga gak mungkin terus-terusan bersembunyi kan ?”
“Jadi kami gak boleh datang saat wisuda nanti padahal sebagai orang tua, papa sama mama sangat bangga akhirnya putri sulung kami menyelesaikan pendidikannya.”
“Kalian boleh datang kok tapi jangan bersamaan dengan Sheila.”
“Oh ya, kapan mengenalkan calon mantu mama ?”
Rani tiba-tiba ingat akan janji putrinya yang akan memperkenalkan kekasihnya setelah wisuda. Maksud Sheila memang seperti itu akan tetapi apa hendak dikata jika orang tua sang kekasih menolaknya.
“Gak jadi ma, orang tua pria itu ternyata telah memilih calon menantunya sendiri.” Balas Sheila tersenyum kecut.
Suksesnya pendidikan Sheila tak sesukses kisah asmaranya. Untuk kedua kalinya ia harus menelan pil pahit takdir cintanya. Semasa putih abu-abu, Sheila sempat menjalin kasih dengan kakak kelasnya namun pria itu pun menghilang bak ditelan bumi sesaat setelah pengumuman kelulusannya, hingga kini mereka tak saling berkirim kabar. Sheila pun menganggap cerita mereka usai walau tanpa kata putus.
Berhasil move on dari cinta putih abu-abunya namun kini ia kembali terhempas karena tak mendapatkan restu dari orang tua sang pacar.
“Mungkin karena kamu terlalu sederhana, sayang ,,, sekali-sekali gunakan mobilmu yang digarasi dan ubah penampilanmu walaupun kamu tampil seperti sekarang ini tak mengurangi kecantikanmu tapi orang-orang jaman sekarang selalu menilai seseorang dari penampilannya.” Rani berusaha mempengaruhi isi kepala Sheila yang tak terusik dengan anggapan orang di luar sana.
Rani dan Shehzad Zahid seringkali tak bisa menahan amarahnya saat orang-orang memperbincangkan keadaan putri pertamanya. Karena tak pernah tampil dimuka umum maka orang-orang menganggap jika putri pertamanya itu cacat dan berwajah jelek.
“Biarkan aja, ma ,,, jika saatnya tiba, maka mereka dengan sendirinya akan menarik kata-katanya dan malu sendiri.” Balas Sheila santai.
Entah mengapa saat mendapat penolakan dari orang tua Ferdy tak lantas membuatnya bersedih. Berbeda saat Abimana pergi tanpa pesan, berhari-hari Sheila murung dan malas ke sekolah, dunianya seakan runtuh.
“Padahal mama sama papa pengen cepat nimang cucu.”
“Baru juga lulus, ma ,,, cita-cita Sheila masih panjang. Setelah wisuda langsung koas selama 1,5 tahun sampai 2 tahun setelah itu masa intership dan kembali melanjutkan spesialis, ma. Masih panjang perjalanan karierku.”
Untuk saat ini Sheila tak memikirkan kekasih, bukan karena kapok atau belum move on dari keduanya. Hanya saja keinginannya untuk menolong nyawa orang lebih besar.
“Lalu kapan menggantikan papa di perusahaan ? Sejak tadi mama gak pernah dengar sedikitpun putri cantik mama menyinggung perusahaan. Papa tak lama lagi harus pensiun, lho. Biarkan papa menikmati hari tuanya dengan bahagia.” Ucap Rani apa adanya.
“Kan ada Alisha, ma. Lagian jurusannya pun cocok untuk menggantikan papa di perusahaan.”
Rani hanya tertawa sumbang mendengar ucapan putri sulungnya. Seandainya Alisha memiliki setengah saja kecerdasan Sheila pastilah Rani dan Shehzad akan tenang mempercayakan kantor pusat pada anak bungsunya itu. Rani dan Shehzad tak mungkin berharap banyak pada suami putri-putrinya kelak. Tak ada yang pasti didunia ini apalagi dunia bisnis. Semua bisa berubah kapan saja. Hanya ketentuan Sang Pemilik Semestalah yang pasti.
“Lagi ngomongin apa ? Serius banget sampai papa masuk rumah gak ada yang peduli ,,,” Suara sang kepala keluarga membuat keduanya menoleh ke sumber suara.
“Maafkan mama, sayang ,,,” Rani langsung berdiri mengambil alih jas yang berada ditangan sang suami.
“Lagi bahas apa ?” Shehzad kembali mengulang pertanyaannya.
“Minggu depan aku wisuda, pa dengan nilai cumlaude tentunya.” Jawab Sheila bangga.
“Jadi kapan rencana gantiin papa ?”
“Sabar ya pa, biarkan aku mencapai cita-citaku yang sudah separuh jalan. Soal perusahaan aku masih harus belajar banyak dari papa.” Ucap Sheila lembut.
Shehzad dan Rani hanya bisa bertukar pandang, mereka tak mungkin memaksakan kehendak pada putri sulungnya. Keduanya mengajarkan pada anak-anak mereka agar selalu bertanggung jawab pada setiap melakukan sesuatu walaupun hal sekecil-kecilnya. Pasangan suami istri itu percaya suatu saat putrinya itu akan menggantikan dirinya mengurus perusahaan.
Nama Shehzad Zahid Arzaqi sangat terkenal dikalangan pebisnis baik tua maupun muda. Perusahaannya yang bergerak dibeberapa bidang membuatnya sangat dikenal bahkan ada beberapa rekan bisnis yang ingin berbesan dengannya dan secara terang-terangan melamar Alisha. Yah, mereka hanya berani melamar Alisha yang cantik. Kalangan bisnis hanya mengetahui jika Alisha putri kedua dari pengusaha itu dan tak pernah melihat putri pertamanya. Mereka tak ingin mengambil resiko karena rumor yang beredar.
Shehzad dan Rani sebenarnya ingin sekali memperlihatkan wujud putri sulungnya yang cantik dan cerdas namun Sheila selalu menghalangi mereka. Bagi Sheila tanggapan orang lain tidak begitu penting dan tak mengubah keberadaannya sebagai putri sulung seorang Shehzad Zahid Arzaqi.
Wajah Sheila memang jauh lebih cantik dari Alisha. Dengan alis tebal bagaikan semut berbaris ditambah matanya yang bening dan buat sempurna dihiasi dengan bulu mata yang lentik khas Timur Tengah jangan lupakan hidungnya yang mancung karena Sheila mengikuti garis wajah sang papa yang memiliki darah Timur Tengah. Alisha pun memiliki wajah yang cantik dan hidung mancung khas Indonesia, wajah Alisha bak pinang dibelakang dua dengan sang mama.
“Jangan terlalu lama menyembunyikan dirimu, sayang ,,,” Ucap Shehzad mengusap lembut kepala putrinya.
“Setelah masa koas dan intershipku selesai, pa. Sheila janji.”
Sheila hanya ingin mencapai cita-citanya tanpa embel-embel nama kedua orang tuanya. Sheila ingin dikenal orang karena usaha sendiri. Rani dan Shehzad pun tahu hal itu makanya pasangan itu membiarkan Sheila melakukan semuanya sesuai dengan keinginan gadis itu walaupun tanpa sepengetahuan Sheila sang papa selalu mengawasinya dari jauh lewat orang kepercayaannya.
“Ok, papa tunggu hingga saat itu tiba, papa percaya padamu, nak.”
“Oh ya ma, Alisha kok belum pulang ?” Shehzad mengalihkan tatapannya pada wanita cantik yang telah memberinya dua orang putri yang cantik dan baik.
“Mungkin masih di kampus, pa. Kalau kuliahnya kelar pasti juga langsung balik.” Balas Rani lembut.
Shehsad sangat bersyukur memiliki istri sebaik Rani hingga mendidik anak-anaknya bertanggung jawab dan tak suka dengan dunia hiruk pikuk khas anak muda. Kedua putrinya lebih senang berada di dalam rumah jika matahari mulai menyembunyikan diri.
🎶🎶🎶
Hai , othor datang lagi nih ,,,
Semoga suka dengan ceritanya
Btw jangan lupa dukungannya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Umi Chomsatur Rochmah
mampir Thor...
2024-02-03
0
Mebang Huyang M
hallo thor. ikut baca ya.
2024-01-15
0
Eny Yulianti
msh mau baca dulu kk
2022-10-13
1