Mentari pagi masih enggan menampakkan diri namun hiruk pikuk dilantai bawah sudah terlihat. Sheila pun mau tak mau harus bangun lebih awal agar bisa bersiap saat ijab qabul sang adik dilaksanakan. Dengan tenang Sheila keluar kamar untuk mencari sarapan di dapur bawah.
“Pagi bener bangunnya, non ,,,”
“Iyalah bi, sebelum mama berkicau mengalahkan merdunya burung-burung di pagi hari.” Balas Sheila mulai memasak menu yang ia inginkan.
Kebiasaan Sheila untuk selalu menyempatkan diri membuat sarapannya jika tidak sedang terburu-buru. Apapun yang ia masak akan terasa nikmat namun bukan berarti masakan bi Nur tidak enak. Sheila bukanlah gadis pemilih makanan.
“Bikin untuk dua porsi ya, Sheil ,,,” Titah sang mama yang kini tengah membuatkan kopi untuk sang kepala rumah tangga.
“Mama mau ?”
“Bukan, tapi buat papa.” Balas Rani sambil terus mengaduk-aduk agar gula dalam kopi cepat larut.
Sheila hanya menganggukkan kepalanya kemudian dengan bersemangat kembali melanjutkan kegiatannya. Ia akan mencoba bernegosiasi dengan sang papa, semoga saja dengan sarapan yang ia buat bisa meluluhkan hati papanya dan mengabulkan keinginannya. Sheila sering melihat sang mama melakukan hal itu jika ingin meminta sesuatu pada papanya.
‘Apa salahnya dicoba.’ Batin Sheila terkekeh.
“Cepat selesaikan masakannya, jangan terkekeh seperti itu, gak baik seorang gadis cekikikan di depan kompor, pamali.” Ucap Rani melihat putri sulungnya terkekeh entah apa yang lucu.
Tak ingin berdebat pagi-pagi apalagi saat ini ada keluarga lain di rumah mereka. Sheila tetap menjaga sikap agar tak menjadi pembicaraan keluarga besarnya. Begitulah Sheila walaupun sering beradu argumen dengan sang mama akan tetapi jika ada orang luar disekitarnya maka ia akan selalu berusaha menahan diri agar sang mama tidak merasa dipermalukan.
“Taraaa ,,, silahkan sarapan pak Shehzad.” Sheila meletakkan dua buah piring yang berisi nasi goreng seafood.
“Tumben bikin sarapan sendiri ?”
Sang papa menatap Sheila lembut, walaupun bukan hal baru bagi Shehzad namun ia sedikit curiga, salahkan jiwa bisnisnya yang tak gampang menerima kebaikan seseorang.
“Ibu negara yang meminta pa, katanya supaya papa cepat sarapan.” Balas Sheila jujur.
“Kamu anak gadis lho harus belajar sama istri papa, gimana cara mengurus suami dengan baik.” Shehzad tersenyum lembut menatap sang istri.
“Diiiiihhh ,,, masih pagi-pagi udah tatap-tatapan aja ,,, lagian ya, yang bentar lagi menikah siapa, yang diceramahi siapa.” Balas Sheila mendelik tajam pada mama dan papanya. Shehzad dan Rani kompak terkikik geli melihat ekspresi putri sulungnya.
Sheila lalu duduk di depan sang papa dan mulai menikmati sarapannya. Sebentar lagi mentari pagi menyengat kulit, ia harus bersiap lebih awal.
“Pakai kebaya yang mama berikan semalam.” Ucap Rani pelan.
“Gak ah ma, Sheila pakai yang lain aja. Kebaya itu terlalu ramai manik-maniknya kayak kebaya pengantin.” Balas Sheila yang memang tak menyukai sesuatu yang berlebihan.
“Apa kata orang nanti jika melihatmu dengan kebaya seadanya. Mama gak mau kamu dicela oleh keluarga calon suami adikmu.” Tukas sang mama.
‘Itu sudah mereka lakukan ma.’ Batin Sheila berteriak.
Jika saja Sheila tak memikirkan perasan sang adik pasti sudah ia ceritakan apa yang dilakukan oleh mama Ferdy padanya. Namun Sheila tak ingin membuat sang adik kecewa dan sakit hati. Ia terlalu menyayangi adiknya.
“Jangan khawatir ma, Sheila yakin semua pria akan menatapku dengan takjub. Dan Sheila akan memilih salah satu dari mereka, tentu saja yang memenuhi kriteria Sheila.” Ucap Sheila jumawa.
“Ingat kamu adalah harapan papa satu-satunya dan kami sudah punya pilihan.” Timpal Shehzad pelan tapi tegas.
“Sheila pikir anak pak Kuncoro bukan pilihan yang tepat, pa. Dia menghabiskan masa mudanya di luar negeri dan kita tahu pergaulan disana.” Sheila mencoba mempengaruhi papanya.
“Dulu mama, juga berpikir seperti itu, sayang ,,,tapi setelah melihatnya semua anggapan mama ternyata salah. Nak Abi adalah pria yang baik. “Ucap Rani tak terima.
“Kita gak boleh buru-buru memberikan penilaian pada orang ma, bisa aja kan semua itu hanya kedoknya saja."
“Jangan berpasangan buruk, sayang , papa sangat mengenal Kuncoro dan keluarganya. Papa dan mama hanya ingin nak Abi yang akan menjadi menantu dirumah ini. Makanya ketika orang tua mantan pacarmu itu menolakmu, papa sangat bersyukur meskipun hati ini pun terasa sakit putri yang menjadi kebanggaan keluarga ternyata dipandang sebelah mata.” Shehzad sangat kesal jika kembali mengingat cerita putrinya beberapa minggu yang lalu.
“Gak usaha memikirkan pria itu pa, toh aku juga gak masalah dan tak sakit hati. Justru karena penolakan itu, Sheila memutuskan untuk menggantikan posisi papa dan Sheila yakin jika keluarga itu pasti menyesal. Sekarang papa habiskan sarapannya, jangan sampai mempelai pria datang tapi papa sama mama belum siap.” Ucap Sheila tak ingin membahas tentang penolakan mama Ferdy yang sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarganya.
Sebisa mungkin Sheila berusaha menutupi perlakuan tante Mega padanya. Pernikahan dan perasaan Alisha lebih daripada perasaannya. Sheila sudah terbiasa mendapatkan perlakuan yang tak mengenakkan dan lebih bisa menguasai perasaannya. Apalagi dalam waktu singkat Sheila sudah menganggap Ferdy tak pantas untuk ia perjuangkan.
Sheila kemudian membereskan piring kotor bekas ia dan papanya sarapan. Setelah menyimpan piringnya di dapur, ia segera bergegas naik ke lantai dua dimana kamarnya berada. Sheila tak ingin memberikan kesan kurang baik pada keluarganya begitupula pada tante Mega. Ia akan memperlihatkan jika dirinya baik-baik saja walaupun adiknya melangkahinya.
Bagi Sheila bukan persoalan penting jika Alisha menemukan jodohnya terlebih dahulu. Sheila tak ingin menikahi pria yang hanya ingin memanfaatkan nama besar papanya. Maka dari itu selama ini ia memilih berpenampilan sederhana dan jauh dari kemewahan. Adapun Sheila mengiyakan permintaan sang papa karena ia ingin mengantisipasi jikalau mama Ferdy akan memperalat Alisha.
Jam di kamar Sheila menunjukkan angka 08.15, yang artinya lima belas menit lagi adiknya akan berganti status. Sheila segera keluar dengan kebaya pilihannya sendiri. Ia lalu menuruni anak tangga bermaksud ingin menemui sang adik dikamarnya. Sheila tersenyum manis pada semua keluarga yang ia lewati. Wajahnya yang cantik semakin membuat tante dan om-om serta sepupu-sepupunya semakin mengagumi seorang Sheila Kamila.
Para keluarga sudah memenuhi ruang tamu sedangkan para tamu mulai berdatangan dan duduk ditenda yang sudah disiapkan dan dihias dengan sangat mewah.
Tok
Tok
Tok
“Boleh kakak masuk, dek ,,,” Ucap Sheila sambil mengetuk pintu kamar Alisha.
“Masuk aja, kak ,,, gak dikunci.” Balas Alisha setengah berteriak.
“Waoww ,,, adik kecil kakak cantik banget.” Seru Sheila dengan mata berbinar bahagia.
Kebahagiaan Sheila tulus dari dalam hatinya melihat sang adik sebentar lagi akan menikah. Semoga saja apa yang ia khawatirkan tak terjadi. Sheila tak ingin jika sesuatu yang buruk terjadi pada adik kesayangannya.
“Kakak juga tak kalah cantiknya.” Alisha memeluk Sheila dengan erat.
“Iyalah, kakak siapa dulu dong. Masa adiknya cantik paripurna gini, kakaknya bulukan.” Sheila dan Alisha tertawa bersama.
Kehangatan dan keakraban dua bersaudara itu terlihat apa adanya. Sheila berpikir inilah saat yang tepat untuk sedikit memberikan nasihat pada Alisha. Sheila terus-terusan dihantui oleh kata-kata mama Ferdy.
“Dek, bentar lagi kamu akan menjadi istri orang, kakak hanya ingin selalu yang terbaik dalam hidupmu. Kakak hanya berpesan berhati-hatilah dalam berbicara dan jangan gegabah. Apapun yang diucapkan suami atau mertuamu nanti, pikirkan baik-baik makna kata-katanya. Jika menyangkut perusahaanmu ataupun keluarga kita, tolong konsultasikan dengan papa atau dengan kakak. Bukannya kakak ingin membebanimu dengan semua yang kakak katakan tapi baik kamu maupun Ferdy, kalian saling kenal belum terlalu lama.
“Jangan khawatir kak, adikmu ini pun tak bisa ditipu. Sebelumnya aku dan Ferdy sudah menandatangani perjanjian pra nikah, seperti artis-artis tanah air dan sudah aku notariskan.”
Sekali lagi keduanya berpelukan. Sheila kini sedikit tenang mendengar penuturan Alisha. Ia lalu keluar untuk menyapa para tamu. Tak etis jika ia tak menampakkan diri sebagai tuan rumah.
🌷🌷🌷🌷
Selamat sore readers ,,,
Selamat berakhir pekan
Tinggalkan jejaknya, ya ,,,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻
nasihat yang baik buat Alisha agar ianya tidak dimanfaatkan oleh keluarga Ferdy.
Hati manusia siapa tahu..
2022-10-16
0
Sri Mulyati
Bagus semoga perjanjian pra nikah nya benar2 menguatkan Alisha dari kebusukan Mega dan Ferdy.
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘
2022-10-16
0
Nurjannah Rajja
Sayang sih sayang, tapi kamu melepas adikmu sama orang yg tak pantas. Kamu aja ga mau, masa kamu biarkan adikmu pada orang yg lebih pantas masuk tong sampah. Haddeehh.
2022-10-15
0