NovelToon NovelToon

Menggapai Rasa Yang Tersisa

BAB ~ 1. SHEILA

Deru mesin mobil memasuki halaman sebuah rumah mewah. Tampak seorang gadis cantik berpenampilan sederhana keluar dari sebuah mobil honda jazz. Mobil yang sangat sederhana jika dibandingkan dengan rumahnya yang super mewah.

“Assalamualaikum ,,,” Teriaknya menghampiri sang mama yang menyambutnya dengan senyuman lembut khas seorang ibu.

“Waalaikumsalam ,,, gimana ujian akhirnya sayang ?” Tanya Rani masih dengan senyumnya.

“Alhamdulillah berkat doa mama dan semuanya.”

“Sudah boleh kan kami membuka identitas, sayang ? Bentar lagi kamu akan jadi dokter, rasanya gak adil jika hanya Alisha yang dikenal oleh publik, padahal kamu adalah putri pertama kami dan calon pewaris perusahaan induk REKSA GROUP.”

Itulah Sheila gadis yang selalu tampil sederhana dengan segudang prestasi. Berbeda dengan sang adik yang kini masih sibuk berkutat dengan tugas-tugas kuliahnya. Walaupun mereka satu kampus namun Alisha tak secerdas Sheila yang mampu menyelesaikan studinya lebih cepat dari waktu yang ditentukan.

“Nantilah ma, semua akan ada waktunya. Sheila juga gak mungkin terus-terusan bersembunyi kan ?”

“Jadi kami gak boleh datang saat wisuda nanti padahal sebagai orang tua, papa sama mama sangat bangga akhirnya putri sulung kami menyelesaikan pendidikannya.”

“Kalian boleh datang kok tapi jangan bersamaan dengan Sheila.”

“Oh ya, kapan mengenalkan calon mantu mama ?”

Rani tiba-tiba ingat akan janji putrinya yang akan memperkenalkan kekasihnya setelah wisuda. Maksud Sheila memang seperti itu akan tetapi apa hendak dikata jika orang tua sang kekasih menolaknya.

“Gak jadi ma, orang tua pria itu ternyata telah memilih calon menantunya sendiri.” Balas Sheila tersenyum kecut.

Suksesnya pendidikan Sheila tak sesukses kisah asmaranya. Untuk kedua kalinya ia harus menelan pil pahit takdir cintanya. Semasa putih abu-abu, Sheila sempat menjalin kasih dengan kakak kelasnya namun pria itu pun menghilang bak ditelan bumi sesaat setelah pengumuman kelulusannya, hingga kini mereka tak saling berkirim kabar. Sheila pun menganggap cerita mereka usai walau tanpa kata putus.

Berhasil move on dari cinta putih abu-abunya namun kini ia kembali terhempas karena tak mendapatkan restu dari orang tua sang pacar.

“Mungkin karena kamu terlalu sederhana, sayang ,,, sekali-sekali gunakan mobilmu yang digarasi dan ubah penampilanmu walaupun kamu tampil seperti sekarang ini tak mengurangi kecantikanmu tapi orang-orang jaman sekarang selalu menilai seseorang dari penampilannya.” Rani berusaha mempengaruhi isi kepala Sheila yang tak terusik dengan anggapan orang di luar sana.

Rani dan Shehzad Zahid seringkali tak bisa menahan amarahnya saat orang-orang memperbincangkan keadaan putri pertamanya. Karena tak pernah tampil dimuka umum maka orang-orang menganggap jika putri pertamanya itu cacat dan berwajah jelek.

“Biarkan aja, ma ,,, jika saatnya tiba, maka mereka dengan sendirinya akan menarik kata-katanya dan malu sendiri.” Balas Sheila santai.

Entah mengapa saat mendapat penolakan dari orang tua Ferdy tak lantas membuatnya bersedih. Berbeda saat Abimana pergi tanpa pesan, berhari-hari Sheila murung dan malas ke sekolah, dunianya seakan runtuh.

“Padahal mama sama papa pengen cepat nimang cucu.”

“Baru juga lulus, ma ,,, cita-cita Sheila masih panjang. Setelah wisuda langsung koas selama 1,5 tahun sampai 2 tahun setelah itu masa intership dan kembali melanjutkan spesialis, ma. Masih panjang perjalanan karierku.”

Untuk saat ini Sheila tak memikirkan kekasih, bukan karena kapok atau belum move on dari keduanya. Hanya saja keinginannya untuk menolong nyawa orang lebih besar.

“Lalu kapan menggantikan papa di perusahaan ? Sejak tadi mama gak pernah dengar sedikitpun putri cantik mama menyinggung perusahaan. Papa tak lama lagi harus pensiun, lho. Biarkan papa menikmati hari tuanya dengan bahagia.” Ucap Rani apa adanya.

“Kan ada Alisha, ma. Lagian jurusannya pun cocok untuk menggantikan papa di perusahaan.”

Rani hanya tertawa sumbang mendengar ucapan putri sulungnya. Seandainya Alisha memiliki setengah saja kecerdasan Sheila pastilah Rani dan Shehzad akan tenang mempercayakan kantor pusat pada anak bungsunya itu. Rani dan Shehzad tak mungkin berharap banyak pada suami putri-putrinya kelak. Tak ada yang pasti didunia ini apalagi dunia bisnis. Semua bisa berubah kapan saja. Hanya ketentuan Sang Pemilik Semestalah yang pasti.

“Lagi ngomongin apa ? Serius banget sampai papa masuk rumah gak ada yang peduli ,,,” Suara sang kepala keluarga membuat keduanya menoleh ke sumber suara.

“Maafkan mama, sayang ,,,” Rani langsung berdiri mengambil alih jas yang berada ditangan sang suami.

“Lagi bahas apa ?” Shehzad kembali mengulang pertanyaannya.

“Minggu depan aku wisuda, pa dengan nilai cumlaude tentunya.” Jawab Sheila bangga.

“Jadi kapan rencana gantiin papa ?”

“Sabar ya pa, biarkan aku mencapai cita-citaku yang sudah separuh jalan. Soal perusahaan aku masih harus belajar banyak dari papa.” Ucap Sheila lembut.

Shehzad dan Rani hanya bisa bertukar pandang, mereka tak mungkin memaksakan kehendak pada putri sulungnya. Keduanya mengajarkan pada anak-anak mereka agar selalu bertanggung jawab pada setiap melakukan sesuatu walaupun hal sekecil-kecilnya. Pasangan suami istri itu percaya suatu saat putrinya itu akan menggantikan dirinya mengurus perusahaan.

Nama Shehzad Zahid Arzaqi sangat terkenal dikalangan pebisnis baik tua maupun muda. Perusahaannya yang bergerak dibeberapa bidang membuatnya sangat dikenal bahkan ada beberapa rekan bisnis yang ingin berbesan dengannya dan secara terang-terangan melamar Alisha. Yah, mereka hanya berani melamar Alisha yang cantik. Kalangan bisnis hanya mengetahui jika Alisha putri kedua dari pengusaha itu dan tak pernah melihat putri pertamanya. Mereka tak ingin mengambil resiko karena rumor yang beredar.

Shehzad dan Rani sebenarnya ingin sekali memperlihatkan wujud putri sulungnya yang cantik dan cerdas namun Sheila selalu menghalangi mereka. Bagi Sheila tanggapan orang lain tidak begitu penting dan tak mengubah keberadaannya sebagai putri sulung seorang Shehzad Zahid Arzaqi.

Wajah Sheila memang jauh lebih cantik dari Alisha. Dengan alis tebal bagaikan semut berbaris ditambah matanya yang bening dan buat sempurna dihiasi dengan bulu mata yang lentik khas Timur Tengah jangan lupakan hidungnya yang mancung karena Sheila mengikuti garis wajah sang papa yang memiliki darah Timur Tengah. Alisha pun memiliki wajah yang cantik dan hidung mancung khas Indonesia, wajah Alisha bak pinang dibelakang dua dengan sang mama.

“Jangan terlalu lama menyembunyikan dirimu, sayang ,,,” Ucap Shehzad mengusap lembut kepala putrinya.

“Setelah masa koas dan intershipku selesai, pa. Sheila janji.”

Sheila hanya ingin mencapai cita-citanya tanpa embel-embel nama kedua orang tuanya. Sheila ingin dikenal orang karena usaha sendiri. Rani dan Shehzad pun tahu hal itu makanya pasangan itu membiarkan Sheila melakukan semuanya sesuai dengan keinginan gadis itu walaupun tanpa sepengetahuan Sheila sang papa selalu mengawasinya dari jauh lewat orang kepercayaannya.

“Ok, papa tunggu hingga saat itu tiba, papa percaya padamu, nak.”

“Oh ya ma, Alisha kok belum pulang ?” Shehzad mengalihkan tatapannya pada wanita cantik yang telah memberinya dua orang putri yang cantik dan baik.

“Mungkin masih di kampus, pa. Kalau kuliahnya kelar pasti juga langsung balik.” Balas Rani lembut.

Shehsad sangat bersyukur memiliki istri sebaik Rani hingga mendidik anak-anaknya bertanggung jawab dan tak suka dengan dunia hiruk pikuk khas anak muda. Kedua putrinya lebih senang berada di dalam rumah jika matahari mulai menyembunyikan diri.

🎶🎶🎶

Hai , othor datang lagi nih ,,,

Semoga suka dengan ceritanya

Btw jangan lupa dukungannya

BAB ~ 2. KEKHAWATIRAN RANI

Sheila melalui hari-harinya dengan penuh semangat. Bertugas sebagai dokter koas memberinya kepuasan tersendiri. Hingga waktu terus berputar tanpa ia sadari saking sibuknya, kini Sheila telah menyelesaikan satu tahun masa koasnya, kurang enam bulan lagi ia akan memasuki masa intershipnya.

Sang adik pun tak ingin ketinggalan, walaupun otaknya tak secerdas sang kakak namun iapun sedang berjuang untuk segera menyelesaikan studinya. Minggu lalu rekan bisnis sang papa melamarnya untuk putranya yang berhasil menarik hati Alisha pada pandangan pertama.

“Sayang, kita harus bicara.” Ucap sang papa setelah menyelesaikan makan malamnya.

Shehzad merasa inilah waktu yang tepat untuk berbicara dengan putri sulungnya yang hingga saat ini belum juga ada tanda-tanda memiliki kekasih hati, padahal adiknya seminggu lagi akan bertunangan.

“Ada apa, pa ?” Sheila mengikuti langkah kaki sang papa dan mamanya menuju ruang keluarga.

“Duduk dulu, sayang. Kami akan menyampaikan hal penting.”

Sheila mengerutkan alisnya tak mengerti arah pembicaraan kedua orang tuanya. Hatinya harap-harap cemas, ia takut jika sang papa memaksanya mengambil alih perusahaan padahal ia belum siap. Cita-citanya masih menjadi prioritas utamanya.

“Minggu lalu Alisha dilamar dan minggu depan akan dilaksanakan pertunangan mereka sekaligus menentukan tanggal pernikahan.” Ucap Shehzad menatap sendu putri kesayangannya.

“Maaf sayang, kami tidak memberitahukan acara lamarannya karena kamipun tidak tahu, tiba-tiba saja pak Wirawan datang dan mengutarakan maksudnya. Saat itu kamu sedang dinas malam.” Timpal Rani merasa bersalah pada putri sulungnya itu.

“Ck, aku pikir apaan ,,, santai aja ma, pa ,,, aku gak ada masalah kok kalau memang jodoh Alisha lebih dulu. Sheila juga kan masih koas.” Balas Sheila terkekeh.

Sungguh Sheila tak merasa keberatan atau berkecil hati. Takdir manusia beda-beda walaupun mereka sedarah. Sheila pun tak ingin mencampuri urusan asmara sang adik.

“Maksud mama sama papa, jika kamu sudah memiliki kekasih dan sudah yakin lebih baik kalian segera meresmikan hubungan kalian. Agar kami bisa mengulur pernikahan Alisha. “ Ucap Rani pelan tak ingin menyinggung sang putri.

“Sheila gak punya waktu untuk mencari kekasih pa, nyawa pasien lebih penting daripada pria. Toh jika waktunya tiba pasti ketemu juga. Lagipula untuk saat ini aku gak bisa bagi waktu. Takutnya setelah memiliki kekasih tapi malah gak bisa mengerti pekerjaan Sheila.”

“Tapi bukan karena kecewa akibat ditolak calon mertua, kan ?” Shehzad sesungguhnya sangat mengkhawatirkan jika putrinya itu mengalami trauma.

“Enggaklah pa, jangan khawatir. Sheila yakin jika pria bodoh itu bukanlah jodoh untuk Sheila. Pria itu tak layak untuk Sheila dan semoga suatu saat nanti kami bertemu hingga dia akan menyesal seumur hidupnya.” Balas Sheila terkekeh.

“Syukurlah, sayang ,,,” Shehzad dan Rani ikut tertawa mendengar ucapan Sheila.

Keduanya pun membayangkan bagaimana reaksi orang tua pria itu saat mengetahui siapa Sheila yang sebenarnya. Putri sulung mereka merupakan wanita spesial dan sulit ditemukan tandingannya. Pria yang akan menikahinya akan sangat beruntung. Kedua putrinya sama-sama cantik dan baik hati namun antara keduanya terdapat perbedaan yang sangat mencolok.

Shehzad dan Rani bukan bermaksud membandingkan atau membedakan keduanya namun faktanya memang mereka sangatlah berbeda. Dari segi kecerdasan, Sheila menang banyak pun dengan tutur katanya yang selalu lembut pada semua orang sedangkan Alisha sedikit kasar dan otaknya sedikit tumpul. Jika Sheila lebih memilih mengisi waktu kosongnya dengan belajar berbagai seni bela diri dan menembak untuk mempersiapkan diri mengganti sang papa maka Alisha lebih suka kesalon perawatan dan shopping. Jika Sheila berusaha keras mempersiapkan diri agar layak sebagai pengganti sang papa maka Alisha berusaha keras mempercantik diri karena menyadari kecerdasannya yang tak bisa menyamai sang kakak. Walaupun begitu banyak perbedaan diantara mereka namun kasih sayang sebagai saudara sangat erat.

“Pa, ma, Sheila masuk kamar duluan, ya ,,,” Pamit Sheila dengan wajah letihnya.

“Good night, sayang ,,,” Ucap Rani dan Shehzad bersamaan.

Sheila kemudian menaiki anak tangga satu per satu. Ia sengaja memilih kamar dilantai dua agar tak mendengar suara ribut-ribut. Sedangkan Alisha lebih memilih kamar di lantai bawah karena sering pulang tengah malam. Lantai dua hanya ada satu kamar yaitu kamar Sheila lengkap dengan mini kitchen dan sofa, layaknya sebuah rumah kecil. Walaupun demikian namun segala aktivitas dapur Sheila tetap dilantai bawah.

“Pa, apa kabar perjodohan masa kecil Sheila, apa masih berlaku ? Harus ada kepastian, pa ,,, bisa-bisa jadi perawan tua , gadis itu.”

"Tentu saja masih berlaku tapi papa gak mungkin mendesak mereka kan, ma. Biarkan saja seperti ini dulu." Balas Shehzad bijak.

Walaupun dimasa lalu mereka membuat sebuah tantangan perjodohan Putra putri mereka namun Shehzad tak terlalu berharap. Ia menyadari anak-anak jaman sekarang tentu saja akan menolak perjodohan dengan berbagai alasan.

Namun sebagai seorang ibu, tentu saja Rani sangat mengkhawatirkan keadaan putri sulungnya itu. Berbanding terbalik dengan Shehzad yang terlihat tenang-tenang saja dan selalu mendukung setiap keputusan Sheila. Hal inilah yang membuat Rani kadang bingung, hampir setiap bulan sang suami menanyakan tambahan hati sang putri namun sikapnya tenang-tenang saja kala putri sulungnya memberikan jawaban yang sama.

“Tenang saja ma, saat Sheila siap menggantikan papa dan kita mengumumkan hal itu maka semua rekan bisnis papa bahkan lawan bisnis pun yang memiliki anak laki-laki akan mengantri untuk melamar Sheila akan tetapi hanya putra sahabatku yang layak untuk putri kita.” Balas Shehzad optimis.

“Papa kok seyakin itu ,,, apa sahabatmu sudah pernah melihat Sheila ?”

Rani cukup bingung dengan kata-kata pria tercintanya, selama ini tak seorang pun yang mengenal Sheila apalagi Kuncoro yang hidupnya lebih banyak di luar negeri karena ia merupakan duta besar. Walaupun menurut kabar yang beredar anak-anaknya tetap menempuh pendidikan di tanah air sampai Sekolah Menengah Atas.

“Belum pernah, akan tetapi putranya sebentar lagi akan pulang ke tanah air dan menetap dinegara tercinta ini.” Balas Shehzad menyandarkan kepalanya pada pundak sang istri.

“Aku sedikit ragu, pa. Bagaimana jika akhirnya Sheila patah hati atau kecewa karena anak sahabatmu itu ternyata sudah memiliki kekasih atau paling jeleknya penganut se** bebas, pemuda itu hidup di negara bebas tidak menutup kemungkinan jika perilaku pemuda itu sedikit banyaknya terpengaruh dengan gaya hidup negaranya.” Rani benar-benar meragukan kredibilitas Putra sahabat sang suami yang hanya mereka lihat semasa masih kanak-kanak.

Berjuta harapan ia gantungkan pada Sheila karena mereka tak memiliki anak laki-laki yang bisa menjadi penerus keluarga mereka terutama bisnis yang semakin berkembang pesat. Alisha bukanlah orang yang tepat untuk mereka berbagi harapan. Gadis itu terbiasa hidup dalam kemewahan dan selalu memperoleh kemudahan dengan menggandeng nama besar Shehzad Zahid Arzaqi. Satu keuntungan yang mereka dapatkan setelah sejauh ini perjalanan hidup kedua putrinya. Sheila bisa diandalkan dalam segala hal dan mengerti arti perjuangan hidup.

“Ini juga belum pasti, kan ma ,,, biarkan Sheila yang memutuskan.” Shehzad tak ingin membuat sang istri marah. Bukan karena ia pria penganut suami takut istri akan tetapi Shehzad tak ingin jatah malamnya hilang hanya karena berbeda pendapat dengan wanitanya.

Malam semakin larut, rasa lelah bekerja seharian tak mampu Shehzad tahan. Melihat suaminya kelelahan membuat sang istri mengajak pria paruh baya tersebut masuk ke dalam kamar.

🌺🌺🌺🌺

Selamat malam semuanya,,,,

Maaf baru sempat up lagi

BAB ~ 3. PAGI YANG SIBUK

Seolah berlomba dengan mentari pagi, Sheila sudah bangun dan rapi dengan pakaiannya yang sederhana namun tak mengurangi kecantikan wajahnya. Mengenakan rok payung dengan atasan printing floral membuatnya terlihat sangat manis pagi ini. Dengan bersenandung kecil ia menuruti anak tangga.

“Selamat pagi, ma ,,,” Sapanya seraya mencium pipi sang mama

“Pagi juga, sayang ,,, rapi banget pagi-pagi ,,, wangi pula.” Balas Rani mengendus aroma tubuh putrinya.

“Harus dong ma, apa kata pasiennya jika dokternya jorok.” Ucap Sheila tak mau kalah.

“Sarapan dulu, sayang ,,, gak usah tungguin papa sama Alisha.”

“Thanks ma, sudah mengerti dengan pekerjaanku.”

“Tapi jangan terlalu fokus pada pekerjaan sehingga lupa dengan janji menggantikan papa.”

“Iya ma ,,, iya ,,,”

Sebenarnya Sheila sengaja mengulur-ngulur waktu untuk menggantikan sang papa dengan dalih cita-cita dan pekerjaannya. Sheila berharap sang papa akan mengubah keputusannya dan menjadikan suami Alisha sebagai penggantinya. Apalagi sebentar lagi adiknya itu akan menikah dan calon suaminya itu pun berasal dari kalangan dunia bisnis.

Tak ingin membahas lebih banyak tentang menjadi pengganti sang papa, Sheila buru-buru menyelesaikan sarapannya. Kemudian berpamitan pada sang mama yang hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah putri sulungnya.

Dengan kecepatan sedang Sheila melajukan mobilnya menuju rumah sakit Medical Care, sebuah rumah sakit swasta yang terkenal dengan segala fasilitasnya. Suatu keberuntungan bagi Sheila bisa melenggang dengan aman diterima dirumah sakit tersebut.

Sheila langsung menuju bagian administrasi untuk melakukan fingerprint sebelum bertugas. Setelah itu ia berjalan ke arah lockernya dimana ia menyimpan snelli miliknya.

“Hossshh ,,, hosshhh ,,, Syukurlah dokter sudah datang.” Suster Lina datang tergopoh-gopoh dengan napas memburu.

“Ada apa, sus ,,,” Sheila memakai snellinya dengan tenang.

“Buruan dok, ada pasien dibagian gawat darurat sedangkan dokter Shania sudah pulang dan belum ada dokter lain yang datang.“

Sheila langsung berlari menuju ruangan UGD dimana memang ia merupakan dokter yang bertugas disana pagi ini. Beruntung Sheila menggunakan flat shoes sehingga tidak menghambat larinya. Suster Lina pun mengikuti kemana Sheila berlari.

Dengan sigap Sheila memeriksa tekanan darah pasien berikut pemeriksaan tanda-tanda vital si pasien yang di dampingi oleh istrinya. Sambil memeriksa sang pasien, Sheila bertanya beberapa hal pada wanita cantik diusianya yang sudah tak lagi muda.

“Gak apa-apa bu, semua tanda-tanda vital bapak dalam kondisi baik, mungkin beliau hanya kecapean aja, bu. Akan tetapi agar ibu lebih tenang, sebaiknya melakukan pemeriksaan lanjutan pada dokter spesialis. Kita tunggu ya, bu ,,, sebentar lagi datang.” Ucap Sheila menenangkan ibu cantik tersebut. Sheila tak ingin bertindak gegabah.

“Terima kasih dokter. Bapak memang kemungkinan besar hanya terlalu capek, karena tugasnya sebagai wakil negar dan belum sempat beristirahat dan langsungterbang ke tanah air, tapi sebagai istri tentu saja ibu sangat kaget karena tiba-tiba bapak pingsan.” Sheila mendengarkan curhat si ibu dengan baik layaknya ketika Shania sedang berkeluh kesah padanya.

“Oh ya bu, nama bapak siapa. Maaf jika tak mengenal nama beliau karena pekerjaan jadi tak pernah nonton berita.” Ucap Sheila apa adanya.

“Kuncoro Hadiprana, dok.”

Sheila segera menulis nama pasien yang sempat membuatnya ketakutan gara-gara melihat kepanikan suster Lina. Sheila segera menghampiri pak Kuncoro yang mulai siuman.

“Ada keluhan, pak ?” Tanya Sheila tenang setenang lautan biru yang tak bergelombang.

“Hanya sedikit pusing dok.” Balas pak Kuncoro lemah.

“Bapak pasti telat makan dan kelaparan.” Tebak Sheila asal.

Sheila mendadak ingat papanya yang akan mengeluh sakit kepala dan pusing jika telat makan hingga kelaparan. Penyakit yang sangat manusiawi namun bagi seorang pejabat seperti pasiennya ini hal itu sangat mengkhawatirkan apalagi sampai tak sadarkan diri.

Pak Kuncoro hanya tersenyum samar mendengar tebakan sang dokter yang benar adanya. Ia memang sering mengabaikan makannya jika sibuk. Melihat senyuman suaminya, sang istri hanya bisa menatap tajam pada pria tercintanya.

“Dok, aku pengen dirawat aja dulu, supaya saat acara anak sahabatku, aku bisa sehat lagi.” Ucap pak Kuncoro serius dan langsung diangguki oleh istrinya.

Sheila hanya tersenyum menanggapi. Biarlah dokter yang menangani beliau yang memutuskan. Tak mungkin pula baginya menolak keinginan seorang pejabat negara. Kini tugas Sheila sudah selesai, ia beralih pada pasien yang lain.

Kesibukan Sheila dan beberapa dokter yang bertugas di IGD semakin bertambah, sejak pagi hingga siang pasien silih berganti keluar masuk. Ada beberapa kecelakaan lalu lintas dan korbannya dilarikan ke rumah sakit Medical Care. Hingga diujung jam istirahat barulah Sheila sempat mengisi perutnya, padahal ia sendiri selalu mewanti-wanti orang lain untuk makan tepat waktu. Setelah mencuci tangan dan mengganti snellinya karena terkena darah dari pasien, Sheila kemudian berjalan menuju kantin bersama dokter Rara.

“Masih ada kan, bu ?”

“Tentu dok, ibu sengaja menyimpannya untuk kedua dokter cantik se Medical Care.” Seloroh bu Sari pemilik kantin.

Sheila dan Rara terkikik geli mendengar ucapan bu Sari. Wanita paruh baya itu memang selalu menjadi penghibur bagi mereka dikala sibuk dan kelaparan seperti saat ini. Dengan gesitnya bu Sari menyiapkan pesanan mereka. Nasi putih, sayur asem, ikan dan ayam lalapan selalu menjadi favorit ketiganya. Untuk seminggu ke depan mereka hanya berdua karena Shania shift malam.

“La, aku denger pasien yang pagi tadi kamu tangani minta rawat inap.”

“Tadi juga ngomongnya kayak gitu, padahal sebenarnya kan bisa langsung pulang aja.”

“Tapi beliau maunya kamu yang jadi dokternya.”

“Haaaa ?! Kok bisa sih, aku kan masih koas. Ogah ah, kalau ada apa-apanya kan aku yang rugi.” Sheila benar-benar kaget mendengarnya.

“Mau gimana lagi, beliau sendiri yang meminta ,,, kita bisa apa ?”Balas Rara apa adanya.

Sheila menatap dengan nanar sahabatnya sejak masa koas. Dokter Rara sebenarnya lebih senior dari Sheila hanya saja Dokter spesialis itu lebih nyaman bergaul dengan anak muda seperti Sheila dan Shania yang selalu bersemangat dan optimis saat bekerja. Aura positif yang keduanya tebarkan sangat mempengaruhi kinerja ruang IGD.

“Kita lihat saja nanti.” Sheila hanya bisa pasrah. Walaupun bukan tugasnya akan tetapi jika pihak yang berwenang di rumah sakit tersebut menugaskannya maka ia harus melaksanakannya.

“Aku heran sama bapak itu, dari sekian banyaknya dokter koas dan dokter spesialis tapi kenapa malah memilih kamu ? Seandainya beliau masih muda atau duda, aku memastikan jika bapak itu jatuh cinta padamu. “ Ucap Rara berbisik.

Bahaya jika ada yang mendengarnya, bisa-bisa dirinya dituntut. Sekarang jaman milenial, segala sesuatunya bisa direkam oleh siapa saja dan berujung di meja hijau.

Sheila tak menanggapi ucapan sahabatnya, perutnya mulai nyeri sejak tadi belum terisi makanan. Rara pun melakukan hal yang sama. Kedua gadis cantik itu sama-sama menikmati makan siang menjelang sore.

♥️♥️♥️♥️

Selamat pagi dan selamat menikmati ,,,

Jangan malu tekan ♥️, 👍, 🎁 atau apapun yang menjadi dukungan buat cerita remahan othor.

Terima kasih sebelumnya dan love you all

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!