Rumah keluarga Shehzad kini sudah ramai karena besok adalah hari pernikahan putri bungsu mereka. Sheila pun kebetulan tidak dinas hari ini. Tante Kalisha tampak sedang berbicara serius dengan Rani entah apa yang mereka bicarakan, Sheila tak ambil pusing. Mereka adalah teman lama yang baru bertemu setelah sekian lama.
“Boleh papa bicara denganmu, nak ?” Tanya pak Kuncoro lembut.
Sheila menolehkan kepalanya kesana kemari mencari orang yang dimaksud oleh pak Kuncoro mantan pasiennya. Selama apapun Sheila mencari keberadaan orang yang dipanggil nak oleh pak Kuncoro tetap ia tak menemukannya karena hanya dirinya yang berada ditempat itu.
“Bapak bicara dengan saya ?!” Sheila menunjuk dirinya sendiri dan dibalas dengan anggukan kepala oleh pria paruh baya itu.
“Ada keluhan tentang kesehatan bapak ?”
“Bukan hanya kesehatan papa, nak tapi ini menyangkut kesehatan seluruh anggota keluarga dan hanya kamu yang bisa menyembuhkannya.” Ucapan pak Kuncoro semakin membuat Sheila bingung.
“Maaf pak, bisa bicara lebih jelas ? Sheila sama sekali gak ngerti.” Balas Sheila jujur.
“Sebelumnya papa meminta maaf atas nama mama Kalisha, karena gara-gara dia sehingga kisah kalian terputus dan maafkan pula anak papa yang meninggalkanmu tanpa pesan. Itu semua karena rasa putus asa dan frustasinya.” Ucap pak Kuncoro sendu.
“Sudahlah pak, gak usah diungkit lagi. Bagi Sheila semua sudah berlalu dan memang kami tidak ditakdirkan untuk bersama. Sekuat apapun para orang tua berusaha hasilnya akan tetap sama. Kami berbeda dan tak bisa bersama.” Balas Sheilla tegas.
“Tapi nak, putra papa sangat mencintaimu dan kami pun hanya ingin nak Sheila yang menjadi menantu kami.” Pungkas pak Kuncoro menatap penuh harap pada Sheila.
“Bapak punya anak angkat ?” Tanya Sheila setelah terdiam beberapa saat.
“Anak angkat ? Untuk apa nak Sheila menanyakan anak angkat papa ?”
“Agar aku menikah dengan anak angkat bapak saja, asal jangan sama putra bapak.”
“Yang, jangan kejam gitu dong, lihatlah mama kita sangat akrab begitu pun dengan papa kita. Gak bakalan susah menyamakan persepsi mereka tentang pernikahan kita apapun syaratnya pasti mereka terima dan dijamin rumah tangga kita akan aman. ” Timpal Abimana yang entah datang dari mana.
“Selesaikan masalah hati kalian berdua, papa ada urusan dengan besan.” Pak Kuncoro berjalan meninggalkan keduanya.
“Tolong, jangan menghindar terus dong, aku akan menjelaskan semuanya mengapa saat itu aku menghilang tanpa kabar. Aku memang salah tapi percayalah ada alasan yang mendasar untuk itu bahkan papa sama mama pun tak tahu aku berada dimana saat itu.”
Tak ada reaksi dari Sheila karena sebenarnya dirinya pun ingin mengetahui alasan saat pria itu pergi tanpa pesan bagaikan seseorang yang membuang sampah dipinggir jalan. Merasa jika Sheila tak keberatan maka Abimana melanjutkan penjelasannya. Abimana tak ingin ada kesalahpahaman lagi diantara mereka meskipun pada kenyataannya kesalahpahaman itu sudah terjadi.
“Saat pengumuman kelulusan SMA, aku ingin mengajakmu ke rumah untuk berkenalan dengan mama sama papa akan tetapi saat itu mama menolaknya dan mengatakan jika sudah memiliki pilihan sendiri makanya aku langsung menghilang agar kesehatan jantung mama gak kumat jika aku menentangnya. Aku kuliah sambil menyiapkan diri dengan berusaha keras tanpa sepengetahuan mama dan papa agar kelak bisa hidup mandiri dan menentukan pasanganku sendiri setelah berhasil. Enam tahun berlalu dan akupun bisa mandiri dengan perusahaan yang berhasil aku bangun dan kembangkan maka akupun memberi kabar kepulanganku pada mama. Tuhan Maha Baik karena ternyata pilihan mama adalah kamu, Yang.” Abimana tersenyum manis mengakhiri penjelasan singkatnya.
Senyuman dan tatapan Abimana padanya masih tetap sama seperti enam tahun lalu. Akan tetapi Sheila tetap tak bisa menerima begitu saja perjodohan mereka.
“Tidak terlintaskah dalam pikiran anda untuk menghubungiku sekali saja ?” Tanya Sheila dengan suara bergetar menahan rasa sesaknya.
“Maaf Yang, bukan seperti itu. Tapi aku tak ingin papa menemukanku dan memaksaku pulang lalu menikahkanku dengan pilihannya.” Balas Abimana menerawang peristiwa enam tahun lalu.
Keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Sheila masih tetap dengan pendiriannya sedangkan Abimana diam-diam menyesali perbuatannya yang langsung kabur saat kedua orang tuanya lengah. Saat itu yang ada dalam pikirannya ia harus berhasil dalam pendidikan dan memiliki perusahaan sendiri.
“Mungkin sebaiknya kita berteman saja.” Ucap Sheila setelah beberapa saat terdiam mencari kata yang pas.
“Gak ada kata berteman bagi pria dan wanita. Kalaupun ada, aku gak mau kalau hanya berteman biasa aja. Kecuali berteman mengarungi bahtera rumah tangga.” Pungkas Abimana masih dengan senyumnya yang mampu membuat para kaum hawa melayang.
Sheila memilih pergi dari hadapan Abimana daripada mendengar kata-kata yang tidak berfaedah menurutnya. Sheila kini bukan lagi Sheila yang dulu yang akan menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak penting.
Semua rasa yang dulu Sheila miliki untuk Abimana kini tenggelam jauh di dasar hatinya. Sheila sendiri tak bisa memastikan pada sisi mana rasa itu saat ini berada.
‘Aku akan berusaha membangkitkan kembali rasa cintamu, honey. ‘ Batin Abimana menatap punggung kekasihnya.
Sheila memilih bergabung dengan mama dan tante Kalisha beserta para keluarga yang lain. Suatu keberuntungan bagi Sheila karena baik keluarga papa maupun keluarga sang mama tidak ada yang mempersoalkan karena Alisha lebih dulu menikah daripada sang kakak. Mereka semua berpikiran terbuka.
“Calon menantuku kapan nih siap menikah ?” Tanya Kalisha bercanda tapi serius.
Meskipun Sheila tahu yang dimaksud tante Kalisha adalah dirinya namun Sheila pura-pura tak merasa karena kebetulan di dekat mereka ada banyak saudara jauh yang masih gadis.
“Nak Sheila, boleh kita bicara berdua ?”
“Tentu saja, tante ,,,” Balas Sheila tersenyum manis.
“Ran, aku ada urusan dengan calon menantuku boleh kan kami pindah tempat ?” Ucap Kalisha seraya berdiri dari duduknya diikuti oleh Sheila.
Sheila hanya diam mengikuti langkah kaki Kalisha. Hingga kedua wanita beda generasi itu sampai di depan gazebo yang terletak ditengah taman.
“Sebelumnya mama meminta maaf atas kejadian dimasa lalu. Mama terlalu egois kala itu sehingga menolak saat Abi ingin memperkenalkanmu pada kami” Kalisha tiba-tiba terisak.
“Gak ada yang salah, tante. Semua sudah berlalu dan saat itu juga kami masih sangat muda dimana perasaan itu hanya sementara, kami belum bisa membedakan rasa yang sebenarnya kami miliki.” Balas Sheila bijak.
Kebijakan Sheila semakin meyakinkan Kalisha untuk menjadikan Sheila sebagai menantunya. Ia akan berusaha dengan cara licik sekalipun asalkan Sheila menikah dengan Abimana, putranya.
“Tapi mama merasa sangat bersalah karena telah memisahkan kalian yang ternyata adalah jodoh yang kami pilihkan.”
“Hilangkan rasa bersalah tante. Itu sudah menjadi jalannya takdir agar cerita kami berakhir.” Ucap Sheila lembut.
Sheila ingin membuat wanita yang menyayanginya itu terbebas dari rasa bersalah yang berkepanjangan. Ia hanya ingin hidup tenang dan fokus pada pekerjaan yang pasti akan semakin padat setelah pernikahan sang adik. Sheila sudah menyanggupi akan menggantikan papanya setelah acara pesta pernikahan Alisha.
🌷🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Sri Astuti
keras hati banget ya sheila..
2022-10-14
0
Zainab ddi
Sheila Uda diceritakan tp kok tetep ngak mau memaafkan Abi sampe mamanya pun Uda minta maaf kok keras banget hatimu tar nyesel deh giliran Abi pergi ke kemaren nyari Uda ketemu jual mahal
2022-10-14
0
LANY SUSANA
keras kepala sekali ya sheila 😳😳
dan abi hrs berjuang keras ni bgt jg ortunya unt meluluhkan hati sheila
semoga sheila cepet luluh kr di hatinya.msh ada rasa unt abi
2022-10-14
1