BAB ~ 13. BIG NO

Seolah berlomba dengan waktu, Sheila langsung berangkat ke rumah sakit tanpa sarapan. Ia tak boleh terlambat tiba di rumah sakit dan sebelum itu ia harus mampir terlebih dahulu di rumah tante Kalisha sesuai perintah kanjeng ratu. Hal itulah yang membuatnya tergesa-gesa.

Dan disinilah Sheila, di depan sebuah rumah mewah dan dijaga ketat oleh keamanan. Maklumlah rumah pejabat. Sheila menarik napas dalam-dalam sebelum menyapa security tersebut.

“Assalamualaikum pak ,,, maaf saya mengantar barang untuk ibu Kalisha.” Ucap Sheila sopan.

“Atas nama siapa ya, mbak ? Biar saya tanyakan ke ibu dulu.” Balas security itu tak kalah sopan.

“Kurir bu Rani.” Ucap Sheila asal. Ia tak ingin buang-buang waktu percuma.

“Maaf pak, saya titip aja, ya ,,, ada urusan penting.” Lanjut Sheila ingin segera meninggalkan rumah tersebut.

“Gak sopan itu mah, kenapa gak masuk aja sih.” Sheila mematung mendengar suara yang sangat ia kenal.

“Titip sama kamu aja maaf saya buru-buru.” Sheila meletakkan di kursi yang berada di depan pos security bungkusan yang ia bawa.

Sheila berlari masuk ke dalam mobilnya. Jam semakin bergeser ke angka 7 yang berarti ia tak memiliki banyak waktu. Semua gara-gara mama, dirinya yang repot padahal bukan acaranya dan boleh dikata Sheila tak punya urusan dengan pernikahan adiknya. Cukup ia hadir dan tersenyum, maka urusan selesai.

“Aku tak sabar ingin memilikimu, Yang.” Gumam Abimana gemes melihat tingkah Sheila.

Bagi Abimana kekasihnya itu tak berubah sama sekali masih sama seperti enam tahun yang lalu. Hanya wajah dan postur tubuhnya saja yang berubah. Apa mungkin ia masih dianggap kekasih oleh Sheila ? Ataukah Sheila sudah memiliki pengganti dirinya ? Seketika Abimana ragu melihat kecantikan Sheila saat ini. Namun satu nilai plus yang membuat Abimana kembali bersemangat dan tersenyum lebar adalah karena dirinya merupakan pilihan orang tua wanita idamannya.

“Apa itu, Bi ?” Tanya mama Kalisha menatap tangan putranya.

“Kok mama seneng banget manggil aku, Bi ,,, emangnya aku bi Laras !!”

“Setelah kamu menikah baru mama akan merubah panggilanmu.” Balas mama Kalisha merebut bungkusan ditangan Abimana.

“Heran deh, gak mau liat bungkusan nganggur.” Gumam Abimana seraya mendudukkan dirinya di sofa.

“Astaga kalian berdua seperti Tom and Jerry aja, setiap bertemu ada-ada aja persoalannya dan berakhir debat. Apa kalian gak bosan ?” Pak Kuncoro menatap anak dan istrinya secara bergantian.

Kalisha dan Abimana kompak menggelengkan kepalanya. Lalu keduanya tersenyum lebar, anak dan ibu itu bukan berdebat layaknya anggota dewan tapi seperti itulah cara mereka mengungkapkan kasih sayangnya. Apalagi mereka hanya bertiga sedangkan para ART tidak mungkin untuk diajak bercanda.

“Santai pa, kami gak sungguh-sungguh berdebat, kok. Kalau kita diam-diaman maka rumah terasa sepi.” Ucap Abimana masih dengan senyumannya.

“Makanya cepat nikah dan bikin anak yang banyak supaya rumah jadi ramai.”

“Makanya nikahkan aku cepat, pa ,,, supaya keinginan kalian cepat terwujud. Ingat lebih cepat lebih baik.” Balas Abimana santai.

“Lho kok papa ,,, urusan mama dong. Ingat siapa yang menolak pacarmu dulu.”

Kalisha menatap tajam kedua pria yang sangat berarti dalam hidupnya. Memang dulu dirinyalah yang paling menentang hubungan Abimana dengan gadis yang belum dikenalnya namun siapa sangka jika gadis itu adalah gadis yang sama yang ia jodohku dengan putranya. Inilah resiko dari sebuah perjanjian yang hanya memikirkan jiwa muda mereka yang penuh dengan tantangan. Sehingga perjodohan anak-anak mereka pun dijadikan sebagai tantangan.

“Jangan khawatir, mama akan berunding dengan Rani semoga saja dia menyetujui rencanaku. Persiapkan dirimu untuk pernikahanmu, boy.” Ucap Kalisha jumawa.

“Beneran ma ? Jika mama beneran berhasil maka aku akan hadiahnya sesuatu pada mama.” Janji Abimana dengan mata berbinar.

“Tapi kalau Shehzad mengetahui cerita yang sebenarnya dan untuk menikahkan kalian, maka mama akan menikahkanmu dengan gadis yang lain.”

“BIG NO ma ,,, kalau bukan dengan Sheila maka Abi akan membujang seumur hidup dan keturunan mama hanya sampai padaku saja.” Tegas Abimana dengan suara sedikit kencang.

Baru saja ia bahagia karena melihat pujaan hatinya pagi-pagi dan mamanya memberikan angin segar, namun tiba-tiba perasaan Abimana bagaikan terhempas kedalam perut bumi yang paling dalam mendengar ucapan wanita kesayangannya.

Pak Kuncoro terkikik geli melihat kekesalan putra semata wayangnya begitu pula dengan Kalisha. Pasangan suami istri itu puas mengusili anaknya.

Berbeda dengan Sheila yang mulai sibuk dengan pasiennya yang merupakan korban kecelakaan tunggal. Baru saja ia memarkirkan mobilnya, ambulance sudah datang dengan seorang pria yang terluka di beberapa bagian anggota tubuhnya. Sheila hanya menyempatkan diri mengabsen lalu berlari ke bagian UGD.

“Suster ,,, tolong bantu aku.” Teriak Sheila mencoba menghentikan perdarahan yang dialami oleh pasien.

Tanpa banyak bicara suster Lina segera melakukan tugasnya. Mereka sudah terbiasa dan terlatih menangani pasien korban kecelakaan. Tak lama kemudian dokter Shania pun datang dan langsung melakukan tugasnya. Hingga akhirnya pasien pun selesai ditangani dan mereka menarik napas lega. Sheila dan dokter Shania kemudian mencuci kedua tangannya, walaupun mereka menggunakan sarung tangan namun tetap saja harus membersihkan tangan. Mereka terlalu takut pada virus.

“Kapan Alisha menikah ?” Tanya dokter Shania saat mereka keluar dari toilet.

“Tiga hari lagi kalau gak salah.” Jawab Sheila apa adanya.

Mungkin Sheila bukan kakak yang terbaik bagi Alisha. Ia terlalu sibuk dan tak sempat melibatkan diri pada pernikahan sang adik. Namun percayalah ia sangat menyayangi adiknya hanya saja Sheila memang terlalu sibuk. Bukan hanya rumah sakit tempatnya bekerja akan tetapi Sheila selalu ke perusahaan setelah jam dinasnya berakhir.

“Tapi kamu gak lupa undangan buat aku kan ?”

“Pastilah, tapi besok ya, soalnya aku belum lihat undangannya si Alisha.” Sheila nyengir kuda memperlihatkan gigi yang berjejer dengan rapi.

Plaaakkkk

“Dasar kakak gak ada akhlak. Eh, ngomong-ngomong siapa sih calon adik iparmu itu ?”

Shania mengenal Sheila dan Alisha sekeluarga dengan baik. Dan ia belum pernah mendengar Alisha memiliki pacar yang serius namun tiba-tiba akan segera menikah. Bahkan melangkah Sheila yang notabene lebih tua darinya.

“Dengan laki-lakilah ,,,”

“Iya, tahu ,,, maksud aku tuh pria yang mana ,,,” Kesal Shania.

“Orang tua pria itu datang melamar Alisha dan gadis itu langsung jatuh cinta dan setuju menikahinya.”

“Haaaa ???!! Sesimple itu ?!! Gila juga si Alisha.” Shania menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar cerita Sheila. Shania tak habis pikir dengan jalan pikiran Alisha.

“Itulah Alisha yang sembrono, mungkin anak itu mengira pernikahan hanya untuk sehari dua hari aja sehingga tanpa pikir panjang langsung setuju. Padahal papa sama mama ingin meminta waktu untuk berpikir tapi Alisha malah langsung setuju.”

“Sudahlah, Alisha sudah dewasa. Ia harus bertanggung jawab dengan keputusannya untuk menikah.” Balas Shania mendekati brangkar dimana pasien yang belum diketahui namanya terbaring lemah.

🌷🌷🌷🌷🌷

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***