Tiba di kamarnya, Sheila menutup pintu kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Ia harus mendinginkan kepalanya agar bisa berpikir dengan jernih. Walaupun malam semakin merayap dengan udara yang terasa sangat dingin karena temperatur AC di kamar Sheila namun gadis itu seolah tak merasakan dinginnya udara.
Sheila segera keluar dari kamar mandi setelah berpakaian lengkap. Kemudian membaringkan tubuh lelahnya setelah beraktivitas seharian di rumah sakit lalu dilanjutkan dengan acara pertunangan adik kesayangannya. Belum lagi dua kenyataan yang beruntun terjadi di depan matanya, beruntung Sheila merupakan gadis yang pandai mengelola emosinya sehingga pertunangan adiknya berjalan lancar. Demi kebaikan dan kebahagiaan adiknya, Sheila tak berniat untuk berterus terang tentang Ferdy yang merupakan mantan pacarnya.
Saat mata Sheila hampir terpejam, bayangan Abimana dan senyumnya tiba-tiba terlintas dipelupuk matanya. Pria yang sudah enam tahun terakhir ini berusaha ia lupakan bahkan sempat menjalin kasih dengan pria yang sebentar lagi akan menikahi adiknya. Sungguh dunia begitu sempit. Sheila merasa kehidupannya yang indah kini berubah menyedihkan.
Tak terasa mata Sheila terpejam sempurna karena kelelahan memikirkan jalan hidupnya. Hingga suara binatang malam berganti dengan kicauan burung pertanda pagi menjelang barulah Sheila terbangun. Pagi ini ia sedikit lebih santai karena jadwalnya hanya keluar kota mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh sebuah rumah sakit swasta. Sheila memang rajin mengikuti seminar-seminar kedokteran untuk menambah wawasannya.
“Selamat pagi, sayang ,,,” kompak Rani dan Shehzad menyapa putri sulungnya.
“Pagi ma, pa ,,,” Balas Sheila kemudian duduk di kursi depan mamanya.
“Selamat pagi, kak ,,,”
“Tumben cepat bangun ,,,” Sheila sengaja meledek Alisha yang pada kenyataannya memang selalu bangun kesiangan.
“Harus dibiasakan kak, kan bentar lagi kawin ,,,”
“Nikah dek ,,,” Ralat Sheila disambut kekehan oleh kedua orang tua mereka.
Begitulah keadaan rumah Shehzad dan Rani ketika kedua putrinya bertemu. Selalu saja penuh dengan pembenaran kata oleh Sheila. Gadis bungsu di keluarga itu selalu asal kalau ngomong sehingga terkadang cara bicaranya terdengar aneh oleh orang lain.
“Sayang, papa pingin denger tanggapanmu tentang putra tunggal om Kuncoro. “ Ucap,Shehzad tanpa basa basi.
Bagi pria paruh baya itu, basa basi hanya akan membuang-buang waktu saja. Toh pada akhirnya akan sampai juga pada inti pembicaraan.
“Biasa aja, pa ,,, sama seperti pria-pria pada umumnya.” Balas Sheila sembari menyendok nasi goreng ke piringnya.
“Jangan menutup diri seperti itu, nak ,,, usiamu sudah sepantasnya untuk menikah. Adikmu saja sebentar lagi akan menikah.” Ucap Rani dengan lembut.
‘Aku bukannya menutup diri ma ,,, tapi anak om Kuncoro itulah yang dulu meninggalkanku. ‘ Teriak Sheila dalam hati.
Sheila tetaplah Sheila dengan segala pikirannya. Ia tak tega bersuara keras pada kedua orang tuanya. Baginya mama dan papanya tak mungkin mengorbankan hidup putri-putrinya. Keduanya adalah orang tua terbaik bagi dirinya dan Alisha.
“Sheila belum memikirkan yang satu itu ma, pa ,,, kalau kalian hanya ingin cucu, noh minta sama Alisha kan bentar lagi dia nikah.” Balas Sheila enteng sambil menyuap nasi goreng favoritnya.
“Lalu kapan kamu akan memikirkan pernikahanmu, sayang ,,, mama sama papa semakin hari semakin tua dan keinginan kami hanya ingin melihat kalian berdua berubah tangga dan hidup bahagia. Apalagi Sheila sebelum pernikahan Arista sudah harus menggantikan papa di perusahaan. Kan sebaiknya segera menikah agar ada yang membantu mengurus perusahaan. “ Ucap Rani panjang lebar.
Sheila terus saja menyantap sarapannya dengan nikmat seolah tak mendengar kata-kata sang mama yang panjang kali lebar. Melihat tingkah putri sulungnya, Shehzad hanya bisa terkikik geli.
“Sudahlah ma, biarkan putri kita berpikir dulu ,,, papa yakin Sheila bukanlah anak kecil yang harus selalu diingatkan.” Timpal Shehzad lembut.
Kelembutan seorang ayah seperti Shehzad justru membuat hati Sheila merasa tak enak. Selama ini papanya tak pernah memaksakan kehendak. Justru sang papa selalu memenuhi semua keinginan putri-putrinya termasuk masalah pendidikan. Sheila menatap papa dan mamanya dengan tatapan yang sulit diartikan. Hatinya bimbang namun rasa sakit karena perbuatan Abimana dimasa lalu lebih mendominasi segumpal daging dalam dadanya yang bernama hati.
Sheila segera menyelesaikan sarapannya kemudian berpamitan pada kedua orang tuanya dan adik satu-satunya yang sangat ia sayangi.
“Sheila berangkat, pa, ma ,,,”Pamit Sheila seraya mencium punggung tangan mama dan papanya.
“Hati-hati dijalan sayang ,,,”
“Pikirkan kata-kata mama, sayang ,,,” Ucap Rani lembut.
“Cepat pulang, kak ,,, temani aku fighting baju.” Timpal Arista
“Aku gak bisa janji, dek ,,,kamu tahu sendiri kan gimana sibuknya kakak.”
“ Ya udah deh, gak apa-apa yang penting kakak pikirkan kata-kata mama. Sayang lho, kalau di tolak.”
Tak ada tanggapan dari Sheila. Ia tak tahu harus bagaimana menyampaikan perasaannya saat ini. Semua serba tiba-tiba dan mengejutkan. Bagaimana bisa ia dan Abimana dijodohkan sejak mereka masih kecil. Dan yang lebih membingungkan adalah sikap orang tua mereka yang sedikit tak masuk akal. Hanya saling berjanji dan tak pernah melihat bagaimana perkembangan anak-anak mereka. Jika Sheila boleh memberikan penilaian pada kedua pasangan orang tua itu, mungkin Sheila menilai keduanya sedikit gila.
Sheila kemudian melanjutkan langkahnya keluar dari rumah setelah beberapa menit tertahan karena permintaan Arista. Suara deru mobil terdengar meninggalkan halaman rumah mewah tersebut.
“Ma, sepertinya kakak ada kelainan, deh ,,,” cerocos Arista setelah suara mobil Sheila menghilang.
“Hussss ,,, jangan ngawur. Kakakmu masih memikirkan karier dan cita-citanya.” Bantah Rani tak terima dengan ucapan anak bungsunya.
“Aku juga punya cita-cita ma, tapi sebagai anak yang berbakti maka aku tidak menolak sedikitpun lamaran mas Ferdy.”
“Ck, itu karena kamu kebelet nikah aja.” Timpal Shehzad terkekeh.
Sebagai seorang papa yang selalu memperhatikan perkembangan anak-anaknya, Shehzad sangat memahami kekurangan putri bungsunya. Meskipun sedikit lemot tapi kebaikan hatinya tak diragukan lagi. Berbeda dengan Sheila yang cerdas dan tegas. Walaupun begitu kebaikan dan kepeduliannya pada sekitarnya pun tak diragukan hanya saja Sheila terlalu mandiri dan tidak terima dengan penindasan dan penipuan. Keduanya lahir dari rahim yang sama namun mereka bagaikan dua sisi mata uang yang berbeda.
“Gak gitu juga, pa ,,, Alisha hanya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada.”
“Itu hanya kata lainnya saja, girl ,,,” Ngotot Shehzad.
“Astaga ,,, masih pagi-pagi kalian sudah bertengkar ,,,” Rani menatap tajam anak dan suaminya yang mempermasalahkan hal yang sepele.
Tak ingin mendengar ceramah pagi sang istri, Shehzad langsung berdiri dan mencium kening Rani kemudian berangkat ke kantor. Hari ini ia harus menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda agar Sheila tak kewalahan saat menggantikannya nanti. Beberapa permintaan kerjasama dari perusahaan asing harus ia selesaikan.
🌷🌷🌷🌷🌷
Selamat siang ,,, 2 bab cukup ya
Selama membaca
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Amirah iz
fitting kali thor fighting mah apa tuh artinya
2023-03-14
1
𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻
tak sabar tunggu pertemuan antara Abi dan Sheila
2022-10-10
0
𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻
fighting baju = sepatutnya "fitting baju"
2022-10-10
0