Berkat bujukan Sheila dan istrinya, akhirnya pria paruh baya itu mau juga kembali ke rumahnya karena memang keadaannya tak mengkhawatirkan, dengan syarat Sheila yang harus memantau kesehatannya setiap hari. Jika dokter lain yang mendapatkan tugas seperti itu mungkin akan sangat beruntung karena menjadi dokter pribadi seorang pesohor seperti pak Kuncoro. Entah mengapa pak Kuncoro sangat menyukai Sheila bahkan beliau meminta agar Sheila rutin memantau kesehatannya. Dengan demikian tugas Sheila bertambah. Setiap selesai dinas ia harus ke rumah pak Kuncoro terlebih dahulu sebelum pulang ke rumahnya. Sheila tak mempersoalkan hal itu, semua ia kerjakan dengan tulus dan ikhlas sebagai bagian dari pekerjaannya.
Saat Sheila memasuki halaman rumahnya, jam sudah menunjukkan pukul 20.05. Ia hanya memarkir asal mobilnya karena kelelahan. Keadaan dalam rumah masih terang dan para ART masih berseliweran.
“Lho kak, kok pulangnya selarut ini ?” Alisha menatap Sheila dari atas sampai bawah.
“Tadi mampir ke rumah pasien, kakak kan sekarang merangkap jadi dokter pribadi.” Jawab Sheila mendudukkan dirinya di kursi.
“Wah, hebat kak, padahal kan masih koas.”
“Ck, jangan meremehkan dokter koas, dek. Gimana acara pertunanganmu ? Kok sampai sekarang kakak belum pernah ketemu dengan calon adik ipar.”
“Gimana mau ketemu, kakak perginya pagi pulang malam.” Timpal mama Rani ikut duduk bersama kedua putrinya.
“Maaf ma, tapi Sheila benar-benar sibuk akhir-akhir ini.” Ucap Sheila dengan nada bersalah.
“Gak apa-apa kak, yang penting pas hari pertunanganku, kakak harus ada dan gak boleh telat. “
“Siplah. Kalau perlu kakak bawa baju ganti ke rumah sakit, jadi walaupun terlambat pulang tetap sudah cantik dan rapi.”
Alisha memeluk Sheila dengan penuh kasih sayang, Sheila pun membalas pelukan sang adik dengan hangat. Keduanya saling menyayangi walau terdapat banyak perbedaan diantara keduanya. Sheila tak pernah merasa lebih dari adiknya demikian pula Alisha tak pernah merasa iri dengan berbagai kelebihan yang dimiliki sang kakak.
“Aku mandi dulu.” Pamit Sheila seraya berdiri.
Alisha dan Rani tersenyum manis melihat wajah lelah Sheila. Mereka tak tega melihat kelelahan yang terpancar dari wajah cantik seorang Sheila setiap harinya. Namun mereka tak bisa berbuat banyak karena Sheila sendiri sangat menikmati pekerjaannya. Padahal jika ia menggantikan sang papa, pekerjaannya bisa lebih santai.
Tiba di kamarnya, Sheila langsung membuang dirinya diatas kasur empuk. Hari yang sangat melelahkan namun ia harus terlihat bahagia di depan orang-orang kesayangannya. Pekerjaan ini adalah cita-citanya sejak putih abu-abu dan pilihan hidupnya. Bayangan masa-masa indahnya saat SMA kembali melintas dengan bebas pada pelupuk matanya. Sheila tersenyum manis.
“Kak Abi ,,, dimana kamu sekarang ? Anak-anakmu pasti lucu-lucu dan cantik atau tampan.” Gumam Sheila menerawang.
Sheila menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir bayangan cinta pertamanya. Walaupun pria itu berhasil menorehkan luka namun ia tak mampu melupakannya. Sakit hati ? Pasti Sheila merasakan sakit hati yang teramat sangat. Bahkan karena sakit hatinya itulah yang membuatnya selalu teringat pada sosok Abimana. Entahlah Sheila tak berharap untuk bertemu kembali dengannya.
Karena kelelahan, Sheila tertidur pulas tanpa membersihkan diri. Saat ini tidur adalah obat dari segalanya. Hingga tengah malam barulah Sheila terbangun dari tidurnya. Ia segera ke kamar mandi mencuci muka dan mandi lalu berganti baju.
Sheila menepuk jidatnya kala perutnya berbunyi. Karena kelelahan ia tertidur dan melewatkan makan malam. Sheila segera keluar kamar dan menuju mini kitchennya. Ia mengolah makanan siap saji yan tersedia di dalam kulkasnya, beruntung kemarin ia menyempatkan diri berbelanja dan mengisi kulkasnya. Sheila meringis menatap makanan tersebut, ia tahu yang akan segera mengisi perutnya kurang memenuhi standar kesehatan namun untuk turun ke lantai bawah mencari makanan, ia terlalu malas. Sudah tengah malam juga.
Ditengah asyiknya duduk sendiri menikmati makanannya, tiba-tiba Sheila merasakan sepi yang teramat sangat. Sheila tersenyum kecut memikirkan kisah cintanya yang selalu gagal. Adiknya sebentar lagi akan bertunangan walaupun setaunya mereka dijodohkan akan tetapi adiknyatampak bahagia dan menerimanya.
‘Huffftt, waktunya mencari pasangan yang memiliki masa depan yang cerah.’ Batin Sheila terkekeh.
Jaman sekarang para pria kaya selalu mencari pasangan dari kalangan atas dengan alasan yang tak masuk akal yaitu kehidupan sosial yang setara. Sheila mengingat kata-kata mama Fredy yang sangat menyakitkan hati.
Flashback on
“Ma, kenalkan ini kekasihku, kami akan wisuda bersama-sama, namanya Sheila dan dia calon dokter.” Ucap Ferdy menggenggam lembut tangan Sheila.
“Baru calon dokter, kan ? Apa yang bisa kamu harapkan dengan wanita sederhana seperti dia, mobilnya saja hanya honda jazz dan mama yakin itupun cicilan.” Ucap mama Ferdy angkuh.
“Sekaya apapun manusia tapi semua sama di hadapan Tuhan, tante. Harta bisa dicari tapi ketulusan dan keikhlasan adalah yang terpenting.” Balas Aruna tenang.
“Kalau begitu maka, lepaskan dan ikhlaskan Ferdy bersama gadis yang telah aku pilihkan untuknya. Gadis cantik dari kalangan atas dan yang pasti tidak akan membebani hidup putraku malah sebaliknya putraku bisa saja menjadi pewaris mereka.”
Sheila menatap Fredy dengan sendu namun tak mengeluarkan sepatah katapun. Demikian pula halnya dengan Ferdy yang hanya menatap mamanya dengan tatapan tak terbaca. Ferdy anak yang baik dan berbakti pada orang tuanya. Sheila memaklumi jika Fredy tak bisa memperjuangkannya di depan orang tuanya.
Merasa tak ada gunanya berada di tempat itu, perlahan Sheila mundur beberapa langkah dan akhirnya membalikkan badannya meninggalkan rumah mewah keluarga Ferdy. Sheila tak marah ataupun merasa kecewa mendapat perlakuan tak mengenakkan dari mama Ferdy.
‘Ferdy bukan yang terbaik untukku. Semoga ia bahagia kelak.’ Batin Sheila meringis.
Flashback off
Sheila mencoba melupakan masa lalunya yang tak mengenakkan hati untuk kedua kalinya. Yang satunya pergi meninggalkannya tanpa kata putus dan satunya lagi meninggalkannya karena permintaan mamanya dan alasannya ia bukan dari kalangan atas. Lagi-lagi Sheila meringis lalu tersenyum lebar.
‘Bagaimana wajah Ferdy dan mamanya kalau mereka tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Orang tua gadis yang dijodohkan dengan Ferdy tak mungkin melebihi kedua orang tuanya karena saat ini hanya perusahaan papa yang sedang berada di puncak. Apa sudah saatnya aku menggantikan papa ?’ Batin Sheila bermonolog.
Saat sendiri seperti inilah yang sangat dibenci oleh Sheila. Dalam kesendiriannya memorinya akan kembali mengingat kisah cintanya yang selalu gagal. Setelah menghabiskan makanannya, Sheila beranjak ke lemari bukunya yang berisi berbagai macam buku kedokteran. Ia mengambil sebuah buku untuk dibaca sebagai pemancing rasa kantuknya. Ia masih dinas pagi dan harus menyiapkan stamina yang baik.
Jika gadis-gadis pada umumnya akan memenuhi lemarinya dengan berbagai jenis novel romantis maka Sheila berbeda. Sheila tak ingin bermimpi tentang kehidupan novel yang terlalu mengada-ada sehingga terpengaruh pada kehidupan nyatanya.
🌷🌷⚘🌷🌷
Hai datang lagi menyapa readers setia.
Maaf ya upnya telat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Evy
jangan2 calon tunangan adiknya ya ...si mantan pacar.wah..bisa heboh tuh..
2024-11-26
0
Nuur Azzahra
kok ada dialog aruna🤭
2022-10-08
0
Nurjannah Rajja
Beneran She, dunia per novelan sangat mempengaruhi hidup, terutamanya aku. Dulu aku suka jalan kemana aja, nah sekarang malas banget. Hanya baca novel aja kerjanya apalagi baca yg gratis...
2022-10-07
0