Sheila melalui hari-harinya dengan penuh semangat. Bertugas sebagai dokter koas memberinya kepuasan tersendiri. Hingga waktu terus berputar tanpa ia sadari saking sibuknya, kini Sheila telah menyelesaikan satu tahun masa koasnya, kurang enam bulan lagi ia akan memasuki masa intershipnya.
Sang adik pun tak ingin ketinggalan, walaupun otaknya tak secerdas sang kakak namun iapun sedang berjuang untuk segera menyelesaikan studinya. Minggu lalu rekan bisnis sang papa melamarnya untuk putranya yang berhasil menarik hati Alisha pada pandangan pertama.
“Sayang, kita harus bicara.” Ucap sang papa setelah menyelesaikan makan malamnya.
Shehzad merasa inilah waktu yang tepat untuk berbicara dengan putri sulungnya yang hingga saat ini belum juga ada tanda-tanda memiliki kekasih hati, padahal adiknya seminggu lagi akan bertunangan.
“Ada apa, pa ?” Sheila mengikuti langkah kaki sang papa dan mamanya menuju ruang keluarga.
“Duduk dulu, sayang. Kami akan menyampaikan hal penting.”
Sheila mengerutkan alisnya tak mengerti arah pembicaraan kedua orang tuanya. Hatinya harap-harap cemas, ia takut jika sang papa memaksanya mengambil alih perusahaan padahal ia belum siap. Cita-citanya masih menjadi prioritas utamanya.
“Minggu lalu Alisha dilamar dan minggu depan akan dilaksanakan pertunangan mereka sekaligus menentukan tanggal pernikahan.” Ucap Shehzad menatap sendu putri kesayangannya.
“Maaf sayang, kami tidak memberitahukan acara lamarannya karena kamipun tidak tahu, tiba-tiba saja pak Wirawan datang dan mengutarakan maksudnya. Saat itu kamu sedang dinas malam.” Timpal Rani merasa bersalah pada putri sulungnya itu.
“Ck, aku pikir apaan ,,, santai aja ma, pa ,,, aku gak ada masalah kok kalau memang jodoh Alisha lebih dulu. Sheila juga kan masih koas.” Balas Sheila terkekeh.
Sungguh Sheila tak merasa keberatan atau berkecil hati. Takdir manusia beda-beda walaupun mereka sedarah. Sheila pun tak ingin mencampuri urusan asmara sang adik.
“Maksud mama sama papa, jika kamu sudah memiliki kekasih dan sudah yakin lebih baik kalian segera meresmikan hubungan kalian. Agar kami bisa mengulur pernikahan Alisha. “ Ucap Rani pelan tak ingin menyinggung sang putri.
“Sheila gak punya waktu untuk mencari kekasih pa, nyawa pasien lebih penting daripada pria. Toh jika waktunya tiba pasti ketemu juga. Lagipula untuk saat ini aku gak bisa bagi waktu. Takutnya setelah memiliki kekasih tapi malah gak bisa mengerti pekerjaan Sheila.”
“Tapi bukan karena kecewa akibat ditolak calon mertua, kan ?” Shehzad sesungguhnya sangat mengkhawatirkan jika putrinya itu mengalami trauma.
“Enggaklah pa, jangan khawatir. Sheila yakin jika pria bodoh itu bukanlah jodoh untuk Sheila. Pria itu tak layak untuk Sheila dan semoga suatu saat nanti kami bertemu hingga dia akan menyesal seumur hidupnya.” Balas Sheila terkekeh.
“Syukurlah, sayang ,,,” Shehzad dan Rani ikut tertawa mendengar ucapan Sheila.
Keduanya pun membayangkan bagaimana reaksi orang tua pria itu saat mengetahui siapa Sheila yang sebenarnya. Putri sulung mereka merupakan wanita spesial dan sulit ditemukan tandingannya. Pria yang akan menikahinya akan sangat beruntung. Kedua putrinya sama-sama cantik dan baik hati namun antara keduanya terdapat perbedaan yang sangat mencolok.
Shehzad dan Rani bukan bermaksud membandingkan atau membedakan keduanya namun faktanya memang mereka sangatlah berbeda. Dari segi kecerdasan, Sheila menang banyak pun dengan tutur katanya yang selalu lembut pada semua orang sedangkan Alisha sedikit kasar dan otaknya sedikit tumpul. Jika Sheila lebih memilih mengisi waktu kosongnya dengan belajar berbagai seni bela diri dan menembak untuk mempersiapkan diri mengganti sang papa maka Alisha lebih suka kesalon perawatan dan shopping. Jika Sheila berusaha keras mempersiapkan diri agar layak sebagai pengganti sang papa maka Alisha berusaha keras mempercantik diri karena menyadari kecerdasannya yang tak bisa menyamai sang kakak. Walaupun begitu banyak perbedaan diantara mereka namun kasih sayang sebagai saudara sangat erat.
“Pa, ma, Sheila masuk kamar duluan, ya ,,,” Pamit Sheila dengan wajah letihnya.
“Good night, sayang ,,,” Ucap Rani dan Shehzad bersamaan.
Sheila kemudian menaiki anak tangga satu per satu. Ia sengaja memilih kamar dilantai dua agar tak mendengar suara ribut-ribut. Sedangkan Alisha lebih memilih kamar di lantai bawah karena sering pulang tengah malam. Lantai dua hanya ada satu kamar yaitu kamar Sheila lengkap dengan mini kitchen dan sofa, layaknya sebuah rumah kecil. Walaupun demikian namun segala aktivitas dapur Sheila tetap dilantai bawah.
“Pa, apa kabar perjodohan masa kecil Sheila, apa masih berlaku ? Harus ada kepastian, pa ,,, bisa-bisa jadi perawan tua , gadis itu.”
"Tentu saja masih berlaku tapi papa gak mungkin mendesak mereka kan, ma. Biarkan saja seperti ini dulu." Balas Shehzad bijak.
Walaupun dimasa lalu mereka membuat sebuah tantangan perjodohan Putra putri mereka namun Shehzad tak terlalu berharap. Ia menyadari anak-anak jaman sekarang tentu saja akan menolak perjodohan dengan berbagai alasan.
Namun sebagai seorang ibu, tentu saja Rani sangat mengkhawatirkan keadaan putri sulungnya itu. Berbanding terbalik dengan Shehzad yang terlihat tenang-tenang saja dan selalu mendukung setiap keputusan Sheila. Hal inilah yang membuat Rani kadang bingung, hampir setiap bulan sang suami menanyakan tambahan hati sang putri namun sikapnya tenang-tenang saja kala putri sulungnya memberikan jawaban yang sama.
“Tenang saja ma, saat Sheila siap menggantikan papa dan kita mengumumkan hal itu maka semua rekan bisnis papa bahkan lawan bisnis pun yang memiliki anak laki-laki akan mengantri untuk melamar Sheila akan tetapi hanya putra sahabatku yang layak untuk putri kita.” Balas Shehzad optimis.
“Papa kok seyakin itu ,,, apa sahabatmu sudah pernah melihat Sheila ?”
Rani cukup bingung dengan kata-kata pria tercintanya, selama ini tak seorang pun yang mengenal Sheila apalagi Kuncoro yang hidupnya lebih banyak di luar negeri karena ia merupakan duta besar. Walaupun menurut kabar yang beredar anak-anaknya tetap menempuh pendidikan di tanah air sampai Sekolah Menengah Atas.
“Belum pernah, akan tetapi putranya sebentar lagi akan pulang ke tanah air dan menetap dinegara tercinta ini.” Balas Shehzad menyandarkan kepalanya pada pundak sang istri.
“Aku sedikit ragu, pa. Bagaimana jika akhirnya Sheila patah hati atau kecewa karena anak sahabatmu itu ternyata sudah memiliki kekasih atau paling jeleknya penganut se** bebas, pemuda itu hidup di negara bebas tidak menutup kemungkinan jika perilaku pemuda itu sedikit banyaknya terpengaruh dengan gaya hidup negaranya.” Rani benar-benar meragukan kredibilitas Putra sahabat sang suami yang hanya mereka lihat semasa masih kanak-kanak.
Berjuta harapan ia gantungkan pada Sheila karena mereka tak memiliki anak laki-laki yang bisa menjadi penerus keluarga mereka terutama bisnis yang semakin berkembang pesat. Alisha bukanlah orang yang tepat untuk mereka berbagi harapan. Gadis itu terbiasa hidup dalam kemewahan dan selalu memperoleh kemudahan dengan menggandeng nama besar Shehzad Zahid Arzaqi. Satu keuntungan yang mereka dapatkan setelah sejauh ini perjalanan hidup kedua putrinya. Sheila bisa diandalkan dalam segala hal dan mengerti arti perjuangan hidup.
“Ini juga belum pasti, kan ma ,,, biarkan Sheila yang memutuskan.” Shehzad tak ingin membuat sang istri marah. Bukan karena ia pria penganut suami takut istri akan tetapi Shehzad tak ingin jatah malamnya hilang hanya karena berbeda pendapat dengan wanitanya.
Malam semakin larut, rasa lelah bekerja seharian tak mampu Shehzad tahan. Melihat suaminya kelelahan membuat sang istri mengajak pria paruh baya tersebut masuk ke dalam kamar.
🌺🌺🌺🌺
Selamat malam semuanya,,,,
Maaf baru sempat up lagi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Sri Mulyati
Jodoh Sheilla siapa?
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘
2022-10-07
0
Ceethra DeeNa
SeMangattt Up Thor....
2022-10-05
1
Cahaya yani
ky ny seru thoorrr
2022-10-05
1