“Ma, sepertinya kita harus meminta maaf pada Sheila.” Tukas Ferdy saat sedang duduk diruang keluarga.
“Tenang aja, gadis itu sangat menyayangi adiknya. Mama yakin dia tidak akan melukai perasaan Alisha, tugasmu hanya perlu serius mengurus perusahaan peninggalan papa. Saat ini kita sudah memiliki dukungan dari keluarga pak Shehzad.” Balas Mega santai.
“Aku gak enak aja ma, aku sisa menghitung hari untuk menjadi bagian dari keluarganya dan bisa dipastikan kami akan sering bertemu. Alangkah baiknya kalau kita meminta maaf padanya.”
“Kamu gak salah tapi mama yang menolaknya jadi urusan dia sama mama dong. Sudah gak usah dipikirkan, jalani saja hidupmu dengan Alisha dan manfaatkan nama besar mertuamu untuk mengembangkan perusahaan kita.”
Ferdy hanya bisa menatap sang mama dengan tatapan yang tak terbaca. Ia tak bisa membantah ataupun menolak keinginan sang mama, jasa beliau untuk membesarkan dan menyayanginya selama ini terlalu besar. Papanya meninggal saat Ferdy masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Lagi banyak-banyaknya kebutuhan sekolah dan mamanya menjadi orang tua tunggal untuknya tanpa memikirkan kebahagiaannya sendiri. Walaupun baktinya pada sang mama menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Hingga detik ini ia belum bisa sepenuhnya melupakan Sheila.
Sementara dilain tempat tepatnya di dalam sebuah kamar, Sheila mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Pulang dari rumah sakit, sang mama minta diantar ke lokasi pembangunan kliniknya, rupanya beliau ingin memastikan sampai sejauh mana pembangunan klinik tersebut.
Sheila memang belum mengambil spesialisnya akan tetapi ia bisa menggandeng rekannya sesama dokter untuk praktek di kliniknya. Belum puas rasanya jika ia belum melanjutkan pendidikannya agar bisa menjadi seorang dokter spesialis. Apa hendak dikata sepertinya ia harus menunda cita-citanya itu karena sang papa sudah ingin mengundurkan diri. Walaupun segala fasilitas dan kemewahan lebih banyak dinikmati oleh Alisha namun adiknya itu tak bisa diharapkan.
‘Ya Allah tolong pertemukan aku dengan jodoh yang tepat.’ Doa Sheila menatap langit-langit kamarnya.
Entah mengapa Sheila tiba-tiba berdoa seperti itu padahal ia sama sekali tak sakit hati ketika Ferdy lebih memilih mengikuti kata-kata mamanya.
Meskipun Sheila mampu menggantikan posisi papanya pada perusahaan namun ia tetaplah seorang gadis yang memiliki segudang impian termasuk pendamping hidup yang bisa mengimbanginya dalam segala hal. Sheila terlalu hati-hati untuk melabuhkan hatinya karena tak ingin kelak suaminya merasa minder dan rendah diri jika posisinya sebagai seorang istri jauh diatas suaminya.
Tok
Tok
Tok
“Sheila ,,, mama bisa masuk ?” Teriak sang mama dari balik pintu kamar Sheila.
“Masuk aja ma ,,,” Balas Sheila pun berteriak tanpa merubah posisinya diatas kasur empuknya.
Ceklek
“Mama kira kamu belum mandi.”
“Ck, mama ada-ada aja deh, sejak dulu jika pulang ke rumah aku langsung mandi karena aku gak mau memelihara virus atau kuman dan menulari anggota keluargaku.” Sheila menatap datar sang mama.
“Iya ,,, iya bu dokter. Susah ya bicara sama orang kesehatan.” Gurau Rani melihat putrinya yang tampak kesal.
“Tiga hari lagi Alisha akan menikah, siang tadi mama belikan baju untuk istri dan putranya pak Kuncoro.” Ucap Rani serius.
“Memangnya mama tahu ukuran mereka ?”
“Tahulah sayang, kan mama bertanya sama Kalisha.” Balas Rani apa adanya.
Setelah pertemuan mereka pada malam pertunangan Alisha, Rani memang menelepon istri sahabat suaminya itu dan mengutarakan maksudnya. Jangan ditanya bagaimana antusiasnya Kalisha kala mendengar ide cemerlang calon besannya itu. Kalisha langsung mengirimkan ukuran baju Abimana.
“Lalu hubungannya dengan Sheila apa, ma ? Mama gak ngebobol rekening Sheila kan ?”
Plaaakkkk
“Dasar anak kurang ajar, berani-beraninya menuduh istri seorang Shehzad seperti itu. Uang dari papamu lebih dari cukup.” Omelan Rani membuat Sheila terkikik geli.
“Alisha kemana, ma ?”
“Jangan mengalihkan pembicaraan. Masalah baju bunda belum selesai.” Ucap Rani tak menjawab pertanyaan Sheila.
“Bunda ?! Apa aku dan Alisha punya bunda ?! Apa papa sudah menikah lagi ?! Kok kami gak tahu ?!”
“Istri papa Kuncoro, Sheila !!” Ucap Rani sambil mengatupkan bibirnya saat berbicara karena geram pada putrinya itu.
“Jangan ngadi-ngadi, ma. Masa pak Kuncoro pun harus kami panggil papa ,,, gak lucu. Sekarang aku harus melakukan apa untuk mamaku tercinta.” Sheila mencolek dagu sang mama sambil tersenyum manis.
Sheila tahu keinginan mama dan papanya serta sahabatnya itu. Sheila tak mungkin pula mengatakan yang sebenarnya pada mereka. Namun untuk keinginan kedua orang tuanya yang satu itu ia akan berusaha keras mencari jalan untuk menggagalkan rencana mereka.
“Tolong antarkan baju yang mama beli untuk mereka, mau kan sayang ?!” Ucap Rani lembut.
Rani mengenal sifat putri sulungnya yang tak bisa menolak permintaannya jika menyampaikannya dengan sangat lembut. Selama ini tak pernah sekalipun Sheila menolak permintaannya jika ia dengan lembut memintanya kecuali jika menyuruh agar Sheila menggunakan mobil mewah dan fasilitas yang disediakan oleh sang papa.
“Kan ada kurir, ma ,,, gunakanlah mereka yang mencari makan dari jasanya itu. Kasihan kan jika rèjeki mereka terhalang gara-gara aku yang mengambil alih tugas mereka.” Balas Sheila tak kalah lembut.
Sebenarnya Sheila hanya tidak ingin bertemu dan berinteraksi dengan Abimana yang bisa ia pastikan berada di rumah itu. Lebih tepatnya Sheila belum bisa melupakan sakit hatinya saat ditinggalkan begitu saja.
“Mama gak mau membuat bundamu tersinggung jika menggunakan kurir, sayang ,,,”
“Tante orangnya gak gitu ma, lagian beliau pasti tahu jika kita semua pada sibuk.” Sheila masih mencoba bernegosiasi dengan sang mama.
“Mama gak mau tahu, pokoknya besok pagi kamu harus antarkan baju mereka.”
Mendengar suara sang mama naik satu oktaf membuat Sheila memilih diam dan menerima perintah mamanya dengan pasrah. Sheila tak mungkin berdebat dengan mamanya hanya masalah mengantar baju.
“Baiklah ma, kalau hanya mengantar baju tante Kalisha akan aku lakukan besok tapi pagi sebelum ke rumah sakit, dan Sheila mohon jangan berharap lebih.” Ucap Sheila memasang senyuman termanis yang ia punya.
Rani tak memperdulikan kata-kata putri sulungnya. Baginya hanya Abimana yang masuk kriteria menantu idaman. Kalisha selalu menceritakan perkembangan putranya begitupula dengan dirinya yang selalu menceritakan segala hal tentang Sheila kecuali mengenai cinta Sheila yang tiba-tiba meninggalkan putrinya. Rani tak ingin calon besannya itu menganggap Sheila gadis nakal.
‘Hanya Abimana yang akan menjadi pendamping hidupmu, nak. Percayalah dengan pilihan kami.’ Batin Rani sembari menutup pintu kamar Sheila.
Setelah pintu kamarnya tertutup rapat, Sheila segera beringsut dari tempat tidurnya kemudian berlari mengunci pintu kamarnya. Ia ingin istirahat sejenak dan memanjakan matanya sebelum panggilan makan malam kembali terdengar.
Sembari menutup matanya, Sheila berusaha melupakan pembicaraan dengan mamanya yang terlihat antusias kala membicarakan Abimana. Pria yang sama sekali tak diinginkan oleh Sheila.
🌷🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Sri Mulyati
Semangat 💪💪💪 Mama Rani dan Mama Kalisha, satukan Sheilla dan Abimana.
Semangat 💪💪💪 juga up nya Thorrr 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘
2022-10-13
0
Sri Astuti
bu Kuncoro ya sama saja dgn mama Ferdy.. entahlah bsnyak mertua perempuan sulit menerima pilihan ansknya, aplg klo ga sesuai dgn status sosial mrk... ibu" yg baca di sini jgn kyk gt ya.. sakit lho ditolak tanpa punya kesalahan
2022-10-12
0
𝓜𝓪𝔀𝓪𝓻
Dengar dulu penjelasan Abi bukan terus menghukum,
rasa nya tidak adil menerima hukuman tanpa ada penjelasan dan pembelaan.
2022-10-12
0